Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PIDATO JOKOWI PADA PEMBUKAAN KTT DAPAT SAMBUTAN MERIAH

Rudi Hendrik - Kamis, 23 April 2015 - 12:57 WIB

Kamis, 23 April 2015 - 12:57 WIB

636 Views

jokowi-rana-mina
Presiden Joko Widodo. Foto: Rana/MINA

jokowi-rana-mina-300x230.jpg" alt="Presiden Joko Widodo. Foto: Rana/MINA" width="300" height="230" /> Presiden Joko Widodo. Foto: Rana/MINA

Jakarta, 4 Rajab 1436/23 April 2015 (MINA) – Pidato Presiden Indonesia Joko Widodo saat membuka pertemuan Tingkat Tinggi Konferensi Asia-Afrika, Rabu, di Jakarta, yang dianggap tegas dan menarik, berulang kali  mendapat tepuk tangah meriah dari para pemimpin dunia yang hadir.

Sejak awal konferensi, Palestina menjadi salah satu perhatian dengan berbagai isu yang dikaitkan terhadap satu-satunya negara yang masih belum merdeka itu.

Sebelum pembukaan KTT pada 22 April, Jokowi dengan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdalah melakukan pertemuan secara tertutup guna membahas isu-isu yang berkaitan dengan kedua pihak.

Pada pidatonya, Jokowi menyinggung tidak hanya isu internasional yang berhubungan dengan Asia-Afrika, bahkan sampai pemberantasan narkoba yang menurutnya menjadi ancaman besar semua Negara.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini

Berikut transkrip pidato Jokowi yang disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Assalamu alaikumWr. Wb.

Yang Mulia Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Para Ketua Delegasi.

Yang terhormat Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online

Yang kami hormati Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak B.J. Habibie, Bapak Try Sutrisno, Bapak Hamzah Haz.

Para hadirin yang saya hormati,

Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia, saya ucapkan selamat datang di Indonesia, Negara penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia Afrika 1955. 60 tahunlalu, Bapak Bangsa kami, Presiden Soekarno, Bung Karno, mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka, yang menolak ketidakadilan, yang menentang segala bentuk imprerialisme. 60 tahun lalu, solidaritas Asia-Afrika kita kumandangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan, untuk menciptakan kesejahteraan dan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita.

Itulah gelora Konferensi  Asia-Afrika 1955. Itulah esensi dari semangat Bandung. Kini 60 tahun kemudian, kita kembali bertemu di negeri ini, di Indonesia, dalam suasana dunia yang berbeda. Bangsa-bangsa terjajah telah merdeka dan berdaulat. Namun, perjuangan kita belum selesai.

Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan

Yang mulia para hadirin sekalian,

Dunia yang kita warisi sekarang masih sarat dengan ketidakadilan, kesenjangan, dan kekerasan global. Cita-cita bersama mengenai lahirnya sebuah peradaban dunia baru, sebuah tatanan dunia baru, yang berdasarkan keadilan, yang berdasarkan kesetaraan dan kemakmuran masih jauh dari harapan. Ketidakadilan dan ketidakseimbangan global masih terpampang gamblang di hadapan kita. Ketika negara-negara kaya, yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya bumi kita, maka ketidakadilan menjadi nyata. Ketika ratusan orang di belahan bumi sebelah utara menikmati hidup super kaya sementara 1,2 miliar jiwa di belahan selatan tidak berdaya dalam kemiskinan dan penghasilan kurang dari 2 dollar per hari, maka ketidakadilan semakin kasat mata.

Ketika ada sekelompok negara kaya merasa mampu mengubah dunia dengan menggunakan kekuatannya, maka ketidakseimbangan global jelas membawa sengsara yang semakin kentara ketika PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) tidak berdaya. Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB seperti yang kita saksikan telah menafikan keberadaan badan dunia yang kita miliki bersama itu. Oleh karena itu, kita bangsa-bangsa di Asia Afrika mendesak reformasi PBB agar berfungsi secara optimal sebagai badan dunia yang mengutamakan keadilan bagi kita semua, bagi semua bangsa.

Bagi saya, ketidakadilan global terasa semakin menyesak dada ketika janji semangat Bandung yang menuntut kemerdekaan bagi semua bangsa-bangsa di Asia-Afrika masih menyisakan sebua hutang selama 6 dasawarsa. Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina.

Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal

Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama. Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. Kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah Negara Palestina yang merdeka.

Yang mulia para hadirin sekalian,

Ketidakadilan global juga terasa ketika sekelompok Negara enggan mengakui realita dunia yang sudah berubah. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, oleh IMF, dan oleh ADB adalah pandangan yang usang, yang perlu dibuang.

Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya kepada tiga lembaga keuangan internasional itu. Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kelompok Negara atas negara-negara lain.

Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas

Saat ini dunia membutuhkan kepemimpinan global yang kolektif, yang dijalankan secara adil dan bertanggung jawab dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang sedang bangkit, sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di muka bumi, sebagai Negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi perdamaian dan kesejahteraan. Indonesia siap bekerjasama dengan semua pihak untuk mewujudkan cita-cita mulia itu.

Yang mulia para hadirin sekalian,

Hari ini dan hari esok kita berkumpul di Jakarta ini untuk menjawab tantangan ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan hari esok rakyat kita menanti jawaban terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita dalam membawa bangsa-bangsa Asia dan Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan semangat Bandung, dengan mengacu pada tiga cita-cita yang diperjuangkan para pendahulukita 60 tahun yang lalu.

Pertama, kesejahteraan. Kita harus mempererat kerjasama untuk menghapuskan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,dan memperluas lapangan kerja.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Kedua, solidaritas. Kita harus tumbuh dan maju bersama dengan meningkatkan perdagangan dan investasi di antara kita. Dengan membangun kerjasama ekonomi antar kawasan Asia dan Afrika, dengan saling membantu dalam membangun konektivitas, membangun infrastruktur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan kita, bandara-bandara kita, dan jalan-jalan kita. Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua.

Yang ketiga, stabilitas internal dan eksternal serta penghargaan kepada hak-hak asasi manusia. Kita harus bertanya, apa yang salah dengan kita sehingga banyak negara-negara Asia Afrika dilanda berbagai konflik internal dan eksternal yang menghambat pembangunan ekonomi kita.

Kita harus bekerjasama dalam mengatasi ancaman kekerasan, pertikaian, dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus melindungi hak-hak rakyat kita. Kita harus menyatakan perang terhadap narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita. Kita harus menyelesaikan berbagai pertikaian baik di dalam negeri maupun antar Negara secara damai. Oleh karenanya, Indonesia memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mencari penyelesaian berbagai konflik yang kini melanda dunia Islam.

Kita juga harus bekerja keras menciptakan stabilitas keamanan eksternal yang menjadi prasyarat bagi kelancaran pembangunan di setiap negara. Kita harus bekerjasama untuk memastikan bahwa samudera kita, laut kita aman bagi lalulintas perdagangan dunia. Kita menuntut agar sengketa antar Negara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekerasan. Inilah tugasdan tantangan di hadapan kita yang harus kita temukan dan rumuskan cara penyelesaiannya dalam sidang KAA ini.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Yang mulia para hadirin sekalian,

Melalui  forum ini, saya ingin menyampaikan keyakinan saya, bahwa masa depan dunia ada di sekitar ekuator, di tangan kita, bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua. Untuk itu, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Konferensi Asia-AfrikaTahun 2015 dibuka.

Terimakasih.

AssalamualaikumWr. Wb.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

(L/R04/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Khadijah