Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISRAEL MERANCANG ZIONIS RAYA

Admin - Selasa, 6 November 2012 - 15:26 WIB

Selasa, 6 November 2012 - 15:26 WIB

1715 Views ㅤ

Oleh : Zulharbi Salim

Sulit memang, jika tidak dapat disebut mustahil, pendapat umum internasional akan sepakat dapat menyelesaikan peperangan dengan berbagai jenis senjata. Perang  yang kita saksikan abad ini, adalah invasi sekutu AS ke Irak, sebelumnya invasi ke Afghanistan, kini masih berlanjut perang di Palestina.

Opini dunia  memberikan tanggapan saling berbeda, tidak sama. Apabila ada perang berkecamuk dibelahan dunia ini, tentu akan membawa malapetaka yang sangat hebat terhadap pengorbanan manusia dan itu dapat terjadi kapan dan dimana saja Bangsa Arab sudah terpecah belah setelah Irak bertekuk lutut kepada Zionis dan berakhir sudah hikayat 1001 malam. Tidak ada lagi peran Shahrazad dan Shahrayar mendongeng menghibur sang Raja ditengah malam. Tidak ada orang yang tergelak lagi melihat tingkah polah Abu Nawas. Tamat sudah riwayat pusat peradaban dunia di Timur Tengah. Yang tinggal hanya puing-puing berserakan.

Sepanjang lorong jalan-jalan kota Bahgdad  yang dulu menjadi primadona para turis, budayawan dan sejarahwan kini menjadi sepi dan penuh debu. Yang terlihat hanya bekas reruntuhan puing-puing  gedung megah peninggalan hantaman rudal penjajah baru Zionis.

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Keadaan di Baghdad menjadi sangat mengharukan, tidak lebih kurang seperti yang diperbuat tentara Israel terhadap rakyat dan rumah-rumah rakyat Palestina.

Minggu pertama setelah Baghdad lumpuh, terjadilah penjarahan oleh berbagai pihak di gedung-gedung pemerintahan, toko-toko, kediaman para mantan pejabat Irak termasuk Istana Presiden. Para penjarah ini  termasuk oknum tentara sekutu.

Konon 2000 tentara Zionis Israel (tentu berbaju seragam militer AS) bergabung bersama-sama marinir AS menduduki kota-kota Mosul, Nasiriyah dan Baghdad. (eramuslim.com)  Tidak banyak orang tahu bahwa Israel sudah lama merencenakan untuk membumi hanguskan Irak dengan Saddam Hussein yang diktator. Sejak tembakan rudal Scud Irak dalam perang Teluk I, Israel mendendam berat akan membalasnya suatu ketika. Saat invasi AS ke Irak inilah waktu yang tepat bagi Zionis Israel bergabung dan mendapat kesempatan pertama dalam perang Teluk ke II ini. Tokoh-tokoh  dibelakang layar Zionis Israel ikut merencanakan serangan jauh-jauh hari, seperti yang diungkapkan PM Israel Ariel Sharon kepada Radio Israel bahwa “Amerika harus tunduk dibawah kemauan Israel. Israel tidak perlu repot-repot mencaplok Irak, Amerika sudah berada dibawah kendali bangsa Yahudi”.

Ungkapan sombong Ariel Sharon itu menjadi kenyataan dan kemudian akan meneruskan invasinya dengan mudah ke Negara Arab lainnya untuk memulai era baru Zionis Raya sebagai Greater Zionist Israel Planned, yang dimulai dari Herzliya dan Haifa dipantai Laut Tengah menuju Beirut di Lebanon, terus ke Allepo, Homs, Palmyra terus ke Der Al-Zour di Suriah, tiba di Baghdad (meliputi sungai Tigris dan Efurat) ke selatan Irak tiba di Basra menuju ke Kuwait termasuk pelabuhan Om Kasr, Pulau Bobyan dan Teluk Parsi sampai ke Dammam di Saudi Arabia, melalui Hafar Batin, Hail, Medinah, Tabuk, dan Teluk Aqabah, berakhir di Semenanjung Sinai. Wilayah inilah yang meliputi wilayah Zionis Raya yang sudah masuk dalam master plan Zionis Internasional.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Demikian juga halnya dengan pembangunan pipa minyak yang disebut sebagai Trans Pipa Minyak Arab (Trans Arabian Pipeline atau Tapline). Saluran pipa itu menghubungkan mulai kota Dammam di Saudi Arabia sampai ke Sidon di Palestina. Pengaliran minyak Irak akan disambungkan dari Mosul melalui Suriah dan Jordania dan berakhir di Haifa.

Tujuan invasi AS ke Irak adalah untuk mengujudkan impian Israel Raya, disamping menjadikan minyak sebagai komoditi terbesar.  Negara-negara Arab yang menjadi target berikutnya tentu Suriah dan Lebanon. Jordania pada hakikatnya sudah tidak masalah karena negara ini sudah lama dibawah pengaruh Amerika dan Inggris dan tentu saja Israel berada dibelakangnya.

Untuk menjinakkan Suriah dan Lebanon AS dan sekutunya tidak perlu tergesa-gesa, tidak perlu dalam bentuk invasi militer, cukup dengan gertak diplomasi. PM Ariel Sharon secara terang-terangan meminta segera AS menginvasi Suriah dan Lebanon, karena menganggap Suriah pusat pelatihan pejuang-pejuang Palestina menentang Israel (Israel menyebutnya teroris). Di Suriah dan Lebanon terdapat pasukan Hizbullah sempalan Syi’ah pro Iran yang anti Israel. Apabila Suriah tidak diserang, bahaya laten akan datang menghantam Isarel dari High Golan dan Lebanon Selatan. Israel juga menuduh  Suriah mempunyai senjata pemusnah massal seperti Irak. Nyatanya sampai saat ini tidak terbukti.

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Rekomendasi untuk Anda