Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Menolak Penjajahan

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA

Seiring dengan kewajiban membebaskan negeri-negeri terjajah, wabil khusus seperti saat ini, satu-satunya negeri di ini yang masih terjajah oleh kolonialisme.

Lebih dari setengah abad lalu, tepatnya tahun 1953, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam yang bersifat rahmatan lil ‘alamin, telah mengeluarkan Maklumat I yang isinya, “Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah , kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.

Terpanggil oleh ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits sahih, maka Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Minhaain Nubuwwah (Kepemimpinan yang mengikuti metode Kenabian), dengan izin dan petolongan Allah telah memaklumkan secara terbuka pula ke dunia internasional tentang Perjuangan Pembebasan (Ghazwah Fath Al-Aqsha) sejak tanggal 24 Sya’ban 1427 H. / 17 September 2006.

Namun demkian, gelora pembebasan Al-Aqsha tidak akan dilalui melalui jalan kekerasan yang tidak sesuai syar’i. Ini seperti dikumandangkan oleh Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah), H.Muhyiddin Hamidy saat maklumat itu, yang mengatakan, “Kami tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan tindakan kekerasan, pembunuhan-pembunuhan terhadap wanita, anak-anak, orang tua, pendeta, pastor maupun pemuka-pemuka agama lainnya. Kami juga tidak akan melakukan perusakan-perusakan terhadap rumah-rumah ibadah, pohon-pohon yang sedang berbuah dan sebagainya. Serta kami tidak akan melakukan perampasan atas harta-harta mereka”.

Baca Juga:  Mengenal Koridor Philadelphia, Perbatasan Mesir-Gaza yang Kembali Diduduki Israel

Kemudian setelah maklumat itu, dilanjutkan beberapa amal sholih dalam rangka mobilisasi Ghazwah Fath Al-Aqsha meliputi : aksi long march gerak jalan malam hari, tabligh akbar, seminar, bedah buku, pameran foto, pemutaran film, konferensi internasional, daurah (diklat) tentang Al-Quds, penerbitan, media online, dan sebagainya.

Termasuk pengiriman para mujahid ‘profesional’ ke Jalur Gaza,untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di sana. Sebuah kerja besar yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia.

Ini seperti diakui oleh Menteri Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, dr Bassim Naim, yang menyampaikan dalam pernyataannya tentang Rumah Sakit Indonesia tersebut.

“Kami melihat rumah sakit ini cantik berbentuk persegi delapan, seperti Kubah Sakhrah, secantik hati rakyat Indonesia yang telah bersungguh-sungguh dalam membantu saudara-saudaranya di Gaza. Dengan segenap kesungguhan kita bersama, insya Allah akan menjadi washilah dan penyebab tercapainya pembebasan Masjid Al Aqsa dan kemerdekaan Palestina,” ucapnya.

Wujud dukungan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) terhadap Palestina, menolak penjajahan Zionis terhadap Palestina, pun pernah disampaikan dalam sosialisasi pentingnya pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina pada Hearing (Dengar Pendapat) dengan Komisi I DPR RI, komisi yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, dan Informasi, di Ruang Sidang Komisi I DPR RI Senayan Jakarta pada Kamis, 11 Dzulqa’dah 1430 H. / 29 Oktober 2009 M.

Baca Juga:  Miris, Pintar dalam Urusan Dunia Tapi Bodoh Urusan Akhirat

DPR sebagai perwakilan rakyat pun saat itu sangat apresiatif atas aspirasi peserta, terutama dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah). Sekarang bagaimana menyuarakan aspirasi dan statemen tersebut ke publik internasional. Sambil terus menyampaikan aspirasi dan pernyataan-pernyataan, jangan sampai bosan dan berhenti bersuara. Betapapun Israel memiliki kekuatan militer, ekonomi, dan kekuatan lainnya, sebagai umat Islam tidak boleh lelah apalagi putus asa. Tidak ada alasan untuk mundur sedikitpun. Demikian tanggapan DPR saat itu.

Anggota DPR juga merasa senang bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah)n telah mengingatkan kutipan Pembukaan UUD 1945 bahwa “Sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.” Konsekwensi dari itu, adalah kita menindaklanjutinya, bunyi pernyataan.

Bukan hanya itu, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pun sempat menyampakan pesan gema solidaritas Al-Aqsha dan Palestina kepada Presiden RI, saat itu Susilo Bambang Yudhoyono. Delegasi diterima Staf Ahli Presiden Hubungan Internasional, Dr. Teuku Faizasyah di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (3/7/2014).

Staf Ahli Presiden urusan Hubungan Internasional, Dr. Teuku Faizasyah, menyambut positif draft tersebut, dan mengatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat peduli terhadap perjuangan bangsa Palestina untuk mencapai kemerdekaannya.

Baca Juga:  Protes Mahasiswa Pro-Palestina Menyebar di Eropa

“Sesuai amanat konstitusi dan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia sangat respek dan peduli terhadap perjuangan bangsa Palestina dalam mencapai kemerdekaanya,” ujar Faizasyah.

Menurut Faizasyah komitmen tersebut hendaknya dilanjutkan oleh estafet presiden berikutnya sesuai amanat konstitusi.

Tentang pembelaan terhadap Palestina ini, pun telah disuarakan oleh pendahulu bangsa ini, Bapak proklamator RI, Bung Karno.

Dalam pidatonya pada tahun 1962, Presiden Soekarno dengan lantang mengatakan : “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”

Presiden RI saat ini Joko Widodo pun meneruskan dukungan itu, seperti ia kemukakan dalam sambutannya pada hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa ke-5 Organisasi Kerjasama Islam (KTT LB OKI) di Jakarta, 28 Jumadil Awwal 1437/7 Maret 2016.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia selalu menjadi yang terdepan dalam mendukung hak-hak dan kemerdekaan Palestina.

“Indonesia sangat prihatin dengan makin buruknya kondisi yang saat ini terjadi di Palestina. Indonesia akan selalu berada di garis terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina,” tegas Jokowi saat itu.

Menjadi kewajiban kita semua, sesuai dengan amanah, bidang, pekerjaan, dan kondisi masing-masing, secara berjama’ah melakukan pembelaan terhadap Al-Aqsha.

Marilah kita bermuhasabah (introspeksi) pada diri sendiri, sejauh mana, seberapa besar, sebanyak mana, seintensif apa, yang sudah kita lakukan sebagai sumbangsih amal shalih membela dan memperjuangkan Al-Aqsha.

Allahu Akbar !!! Al-Aqsha Haqquna!!! (RS2/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.