Jamal Khashoggi, Cerita Seri Pembunuhan Antara Turki dan Arab Saudi (Bag.2)

Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

 

Dalam tulisan sebelumnya, “Jamal Khashoggi, Cerita Seri Pembunuhan Antara Turki dan Arab Saudi (Bag.1)”, telah diuraikan tiga seri tahapan misteri kasus pembunuhan terhadap jurnalis senior .

Tulisan kedua ini adalah bagian akhir dari kelanjutan tulisan tersebut.

 

Seri 4: Erdogan Ungkap Rencana Pembunuhan

Pemimpin Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan di hari yang sama ketika keluarga Khashoggi diundang ke Istana Saudi, Selasa (23/10), membeberkan kronologis rencana pembunuhan terhadap Khashoggi di depan Parlemen Turki di Ankara.

Ia mengungkapkan bahwa rencana pembunuhan dimulai pada 28 September, ketika Khashoggi pertama datang ke konsulat mengurus surat kelengkapan untuk menikah lagi dengan wanita Turki. Sejak itu, para agen algojo mengatur rencana. Ketika tanggal 2 Oktober Khashoggi datang lagi ke konsulat untuk mengambil surat keterangan cerainya, ia pun dieksekusi.

Pembeberan itu berdasarkan hasil penyelidikan tim Turki dan itu menolak cerita pembunuhan versi pemerintah Saudi.

Erdogan mengatakan, pasukan elit yang mendarat di Istanbul melakukan misi pengintaian menjelang pembunuhan untuk mencari lokasi penguburan.

Erdogan juga mengungkapkan, anggota staf yang bekerja di dalam konsulat tempat Khashoggi tewas, sebelumnya berkumpul di satu ruangan sementara yang lain diberi cuti dan sistem pengawasan di konsulat Saudi di Istanbul dinonaktifkan menjelang pembunuhan, hard disk dari sistem kamera pun dihapus.

Namun, keberadaan mayat Khashoggi masih jadi misteri. Pejabat Saudi mengatakan bahwa mayat Khashoggi dibawa oleh pejabat lokal di konsulat setelah dibunuh.

Tak lama berselang dari pengungkapan itu, sejumlah media Turki melaporkan dari sumber intelijen dan pejabat tertentu bahwa potongan tubuh sang jurnalis ditemukan di sekitar rumah Konsul Jenderal Saudi. Ada pula yang ditemukan di dalam sumur.

Meski demikian, sebagian besar potongan tubuh Khashoggi masih dicari.

 

Seri 5: Saudi Akui Pembunuhan Khashoggi Direncanakan

Putra Mahkota menjadi tertuduh utama dalam . (Foto: dok. Nahar Net)

Hari Kamis, 25 Oktober, pemerintah Arab Saudi mengubah narasinya tentang pembunuhan terhadap orang yang pernah menjadi pejabat di Kerajaan itu. Pemerintah Saudi mengakui bahwa pembunuhan itu telah direncanakan. Versi terbaru ini menjadi tidak bertentangan dengan versi Turki sebelumnya.

Sinkronnya cerita versi Turki dan Saudi membuat misteri pembunuhan semakin terkuak.

Sehari sebelumnya pada 24 Oktober, Pangeran Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) untuk pertama kali menelepon Presiden Turki.

Pembicaran keduanya terjadi atas permintaan Pangeran MBS. Namun, sumber-sumber dekat Erdogan tidak mengetahui secara detail tentang apa saja yang dibahas Erdogan dan Pangeran.

Namun yang pasti, keduanya membahas mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk menguak misteri kematian jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.

 

Seri 6: Turki vs Saudi untuk Adili Tersangka

Setelah cerita cara Khashoggi dibunuh versinya sama antara Turki dan Saudi, giliran pengadilan terhadap para tersangka yang dipermasalahkan oleh kedua negara.

Erdogan meminta agar ke-18 tersangka pembunuhan yang telah ditangkap di Saudi diektradisi ke Turki untuk diadili, karena pembunuhan terjadi di Istanbul. Menteri Kehakiman Turki pun sudah melayangkan surat permintaan ektradisi tersebut.

Erdogan mengatakan bahwa proses peradilan harus dilakukan oleh tim yang imparsial dan “Turki akan mengusut masalah ini hingga tuntas.”

Namun, pemerintah Saudi menolak permintaan Turki tersebut.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan, ke-18 tersangka tidak bisa diektradisi karena mereka adalah warga Saudi. Itu artinya para tersangka akan diadili di negaranya sendiri.

 

Seri 7: Siapa Pemberi Perintah Pembunuhan?

Khashoggi telah diakui dibunuh di konsulat oleh agen-agen Saudi yang telah merencanakan pembunuhan dengan matang. Cerita pembunuhan versi Turki dan Saudi telah cocok sebagian besarnya. Sebanyak 18 tersangka pembunuh telah ditahan di Saudi. Selain keberadaan mayat yang belum terungkap, pertanyaan yang tersisa adalah “Siapa pemberi perintah pembunuhan Khashoggi?”

Erdogan yang telah berjanji akan mengungkap kasus ini secara “telanjang”, dengan keras mendesak pemerintah Saudi untuk mengungkap dalang pembunuhan.

Sejak awal, media-media Amerika dan Barat secara tidak langsung menuding penguasa Kerajaan yang memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi, terkhusus tuduhan itu kepada Pangeran Mohammed bin Salman. Kecurigaan itu dilatari karena Khashoggi terkenal sangat vokal mengkritik pemerintah Saudi, terutama setelah Pangeran MBS berstatus sebagai penguasa de facto Saudi.

Tudingan itu diperkuat keterlibatan sejumlah pengawal pribadi Putra Mahkota sebagai algojo kematian.

Presiden AS yang sebelumnya terkesan membela Pangeran Mohammed, kini mulai menudingnya bahwa kemungkinan putra Raja Salman itu bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap jurnalis The Washington Post tersebut.

Pernyataan keras Trump itu disampaikan setelah Direktur CIA Gina Haspel mendengar sendiri rekaman suara Khashoggi saat disiksa tim eksekutor di kantor Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

Namun, sejumlah pejabat Saudi yang dekat dengan penyelidikan dan Menteri Luar Negeri Saudi dengan tegas mengatakan bahwa Putra Mahkota tidak memerintahkan pembunuhan dan juga tidak mengetahui secara spesifik rencana tersebut.

Sebagai wujud dari pembuktian bahwa Putra Mahkota tidak terlibat, dia pun membuka diri kepada para pemimpin dan pengusaha dunia yang hadir di forum Inisiatif Investasi Masa Depan (IIF) di Riyadh, Rabu, 24 Oktober.

Dalam komentar pertamanya di depan publik tentang kematian Khashoggi, Putra Mahkota mengatakan, peristiwa terbunuhnya Jamal Khashoggi sangat menyakitkan bagi seluruh warga Saudi dan dunia, bahkan bagi tiap manusia.

Ia menegaskan Saudi akan mengadili semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Saudi akan terus bekerja sama dengan Turki untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas. (A/RI-1/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)