Jepang Bantu Pengungsi Rohingya US$ 10 Juta

Dhaka, MINA – Jepang dan Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menandatangani perjanjian senilai USD 10 juta untuk menyediakan fasilitas air bersih di kamp-kamp distrik Cox’s Bazar Bangladesh, Anadolu Agency melaporkan, Rabu (3/3).

Cx’s Bazar merupakan tempat lebih dari 1,2 juta etnis Rohingya berlindung akibat tindakan keras militer Myanmar pada 2017.

Kedutaan Jepang di Dhaka dan UNHCR mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, dana tersebut akan digunakan untuk mendukung peningkatan pasokan air dan sistem distribusi untuk masyarakat tuan rumah Bangladesh dan pengungsi Rohingya di Teknaf, atau wilayah administratif Cox’s Bazar.

“Area Teknaf di Cox’s Bazar telah menghadapi tantangan dalam memastikan akses yang aman ke air bagi penduduk lokal selama bertahun-tahun. Situasi menjadi lebih menantang setelah masuknya Rohingya yang terpaksa melarikan diri dari Myanmar dalam beberapa tahun terakhir,” ujar pernyataan itu.

Kontribusi tersebut akan membantu menstabilkan pasokan air dan meningkatkan kondisi kehidupan kedua komunitas.

Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Duta Besar Jepang untuk Bangladesh Ito Naoki dan Asisten Perwakilan UNHCR Bangladesh Kashiwa Fumiko di kantor UNHCR di Dhaka.

Proyek tersebut akan dilaksanakan selama tiga tahun dan dilaksanakan dalam kerja sama erat dengan dan di bawah bimbingan dan kepemimpinan pemerintah Bangladesh.

“Ketika masuknya pengungsi dimulai pada Agustus 2017, komunitas lokal Bangladesh di wilayah Teknaf dan Ukhiya adalah yang pertama merespons, menyediakan tempat berlindung, makanan dan air bagi mereka yang terpaksa mengungsi,” kata Fumiko.

Kashiwa mengatakan, dengan dukungan pemerintah Jepang, berkomitmen untuk mendukung komunitas tuan rumah serta populasi Rohingya, yang membutuhkan bantuan kemanusiaan lanjutan.

“Baik komunitas tuan rumah maupun pengungsi akan mendapatkan keuntungan dari proyek ini. Bantuan kemanusiaan Jepang untuk penerima bantuan ini telah mencapai USD 140 juta, dan Jepang akan melanjutkan dukungannya ke Bangladesh dalam mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” ujar Naoki.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas minoritas pada Agustus 2017.

Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA) mengatakan sejak 25 Agustus 2017, hampir 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar. (T/R5/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.