Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“JIKA PEMILIK DUA KEPANG INI JUJUR, DIA MASUK SURGA”

Redaksi MINA - Kamis, 24 Oktober 2013 - 13:22 WIB

Kamis, 24 Oktober 2013 - 13:22 WIB

1020 Views

Ibnu Hisyam menuturkan bahwa Bani Sa’d bin Bakr mengutus Dhammam bin Tsa’labah untuk menemui Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dhammam pun datang, mengikat untanya di halaman masjid, lalu masuk ke masjid ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya.

Dhammam adalah orang yang kasar dengan rambut tebal dan dikepang dua. Dia langsung masuk hingga berhadapan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di antara sahabat-sahabat beliau.

Lalu Dhammam bertanya, “Siapa di antara kamu putera Abdul Muthallib?”

Baca Juga: Terpilih Lagi jadi Ketua MUI, Ini Profil Lengkap KH Anwar Iskandar

“Akulah Putera Abdul Muthallib,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

“Apakah engkau Muhammad?”

“Ya.”

“Wahai putera Abdul Muthallib, aku ingin bertanya kepadamu dan akan mengajukannya dengan kasar, tapi janganlah engkau kesal.”

Baca Juga: Sheikh Hasina, Dari Dominasi Politik ke Vonis Hukuman Mati

“Aku tidak akan kesal. Tanyalah apa yang engkau mau.”

“Demi Allah, Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu, dan Tuhan orang yang hidup setelahmu, apakah Allah yang mengutusmu sebagai rasul kepada kami?”

“Demi Allah, ya.”

“Demi Allah, Tuhanmu, Tuhan orang-orang yang hidup sebelummu, dan Tuhan orang-orang yang hidup setelahmu, apakah Allah yang memerintahkanmu untuk menyuruh kami menyembah diri-Nya saja, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, dan meninggalkan segala tandingan yang disembah oleh orang tua-orang tua kami?”

Baca Juga: Zohran Mamdani, Jejak Anak Imigran Muslim Merebut Panggung Amerika

“Demi Allah, ya.”

Dalam riwayat lain, Dhammam berkata, “Utusanmu datang kepada kami. Dia mengatakan bahwa engkau menganggap Allah telah mengutusmu.”

Rasulullah menjawab, “Dia benar.”

“Jadi, siapa yang menciptakan langit?”

Baca Juga: Mengenal Sosok Hemedti Komandan RSF dan Sudan yang Terbelah

“Allah.”

“Siapa yang menciptakan bumi?”

“Allah.”

“Siapa yang menegakkan gunung-gunung dan menciptakan di dalamnya apa yang ada di dalamnya?”

Baca Juga: Hassan al-Turabi Pemikir Kontroversial dari Sudan

“Allah.”

“Demi Allah yang telah menciptakan langit, menciptakan bumi, dan menegakkan gunung-gunung, apakah Dia yang mengutusmu?”

“Ya.”

“Utusanmu mengatakan bahwa kami wajib shalat lima kali sehari semalam.”

Baca Juga: Sunan Drajat: Dakwah Kasih Sayang yang Menyentuh Hati

“Dia benar.”

“Demi Allah yang telah mengutusmu, apakah Dia yang memerintahkannya?”

“Ya.”

Kemudian, Dhammam menyebutkan ibadah-ibadah fardhu dalam Islam dengan cara demikian, dan setelah itu dia mengatakan, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Aku akan menunaikan ibadah-ibadah fardhu ini dan menjauhi apa yang engkau larang. Aku tidak akan menambah dan menguranginya.”

Baca Juga: Tiga Ulama, Satu Napas Keilmuan Pesantren Lirboyo

Lalu, orang yang memiliki dua kepang itu pergi.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika pemilik dua kepang ini jujur, dia masuk surga.”

Dhammam menghampiri untanya, melepas ikatannya, lalu pulang ke kaumnya.

Setibanya di kampungnya, kaumnya pun berkumpul. Ucapan pertama yang keluar dari mulutnya adalah, “Celakalah Lata dan Uzza!”

Baca Juga: Sunan Bonang, Sang Penuntun Jiwa yang Mengharmonikan Cahaya Islam dan Budaya Nusantara

Orang-orang berkata, “Diam, Dhammam. Takutlah pada barosh. Takutlah pada judzam. Takutlah pada penyakit gila.”

Dhammam berkata, “Celakalah kalian. Demi Allah, mereka berdua tidak dapat menimpakan mudharat dan tidak dapat memberikan manfaat. Allah telah mengutus rasul dan menurunkan kitab. Dengannya, Dia menyelamatkan kalian dari kondisi kalian saat ini. Sungguh, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, hanya Dia saja, tiada sekutu bagi-Nya; bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Aku akan menyampaikan kepada kalian langsung dari beliau apa yang beliau perintahkan kepada kalian dan apa yang beliau larang.”

Ibnu Hisyam mengatakan, “Demi Allah, pada hari itu, tidak seorang pun di kampung tersebut, baik laki-laki maupun wanita, kecuali telah menjadi muslim.” (P09/R2).

 

Baca Juga: Prof. Omar Yaghi, Seorang Pengungsi Palestina yang Menangkan Hadiah Nobel Bidang Kimia

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

Baca Juga: Sunan Ampel, Pelita Peradaban Islam di Tanah Jawa

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
MINA Health
MINA Edu