Di tahun 2010, Titus Umbu Jr, mahasiswa ilmu pemerintahan STPMD Yogyakarta pernah menulis bahwa sejarah perubahan di dunia ini tak lepas dari peran mahasiswa.
Ia menulis bahwa mahasiswa adalah ibarat sang penolong bagi mereka yang menginginkan perubahan dan sebaliknya petaka bagi mereka yang berkuasa. Sejarah dunia mencatat bahwa setiap perubahan dalam negara adalah bentuk dari pemikiran kritis para mahasiswa. Sepertinya, sejarah terlanjur mempercayakan kepada pemuda atau mahasiswa untuk membuat perubahan.
Dalam sejarah tercatat pergerakan mahasiswa dalam perubahan terjadi di negara-negara dunia.
Di Hungaria, revolusi menuntut kemerdekaan, kebebasan dan pengusiran Uni Soviet, dimotori oleh Dewan Mahasiswa Revolusioner. Demonstrasi besar berakhir dengan pembantaian massal yang dilakukan Tentara Merah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Perjuangan mahasiswa Yunani berhadapan dengan rezim Georgios A Papandreou, menuntut kebebasan, demokrasi, keadilan sosial dan HAM. Rangkaian aksi mengakibatkan banyak korban tewas di kalangan mahasiswa.
Perjuangan mahasiswa Perancis mempelopori pemogokan umum menyeluruh selama dua bulan pada Mei hingga Juli 1968. Aksi itu memicu “Krisis Mei” yang tercatat dalam sejarah sebagai krisis paling hebat di Perancis sepanjang abad 20.
Gerakan Mahasiswa di Amerika Latin. Bolivia mendapat sorotan dunia ketika Che Guevara, tokoh muda revolusioner yang sukses bersama Castro menumpas diktator Batista, tewas di sebuah pegunungan Bolivia. Tahun 1928, mahasiwa Bolivia mengusung dua tuntutan yaitu otonomi kampus dan partisipasi mahasiswa dalam pemerintahan kampus.
Gerakan Mahasiswa di Afrika ada revolusi Aljazair yang meletus 1 November 1954, menuntut kemerdekaan dari penjajahan Perancis. Perlawanan masyarakat Aljazair tak lain adalah unsur-unsur mobilisasi aktivis mahasiswa.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Gerakan Mahasiswa di Asia terjadi hebat di Indonesia saat krisis moneter di pertengahan tahun 1997 menghancurkan legitimasi kekuasaan Presiden Soeharto. Tuntutan mahasiswa untuk melakukan reformasi total mengerucut pada tuntutan untuk mengganti Sang Presiden.
Gerakan mahasiswa Indonesia mengalami eskalasi setelah terjadi penembakan yang mengakibatkan tewasnya empat orang mahasiswa Universitas Trisakti yang berdemonstrasi.
Puncak aksi mahasiswa terjadi pada bulan Mei 1998 dengan menduduki Gedung Parlemen selama lima hari dan berakhir dengan turunnya Soeharto dari jabatan presiden setelah berkuasa selama 32 tahun.
Benang merah perlawanan gerakan mahasiswa lahir dari kondisi dan realitas yang dihadapi. Bila melihat berbagai pengorbanan bahkan nyawa dipertaruhkan demi sebuah perubahan, maka sangatlah penting untuk menanamkan jiwa pemberontak untuk menentang ketidakadilan. Orang yang tertindas harus dibebaskan dan itu dipelopori oleh kaum intelektual mahasiswa.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Arab Spring atau Musim Semi Arab yang dimulai 18 Desember 2010, berhasil menggulingkan empat penguasa kuat di Tunisia, Yaman, Mesir dan Libya. Meski revolusi itu adalah gerakan rakyat, tetapi kaum mahasiswa tetap tampil di front terdepan dalam menentang kekuasaan yang sudah dijamuri oleh korupsi dan kezaliman.
Demi melawan ketidakadilan dan kezaliman penjajah Israel, para kaum muda Palestina pun tampil di front terdepan dalam protes Great Return March sejak 30 Maret 2018 yang hingga kini terus berlangsung.
Setiap hari Jumat, ribuan hingga belasan ribu rakyat Palestina di Jalur Gaza berdemonstrasi di dekat perbatasan menantang peluru-peluru tajam tentara Israel. Mayoritas dari mereka adalah para pemuda dan sejumlah darinya adalah para akademisi.
Para pejuang bangsa dan rakyat Palestina itu tidak takut mengorbankan cita-cita akademisnya hingga mengorbankan nyawa.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Hari Jumat 14 September 2018 lalu, sekitar 12.000 rakyat Palestina berdemonstrasi di sepanjang perbatasan. Tiga orang kembali gugur oleh timah panas tentara penjajah Israel.
Sudah 150 lebih orang Palestina gugur di dekat perbatasan dan mayoritas adalah jiwa-jiwa muda. Korban luka pun lebih dari 18.000 orang sejak protes akhir Maret lalu.
Di Indonesia terkini, kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat dan cenderung mempopulerkan sikap intimidasi terhadap kebebasan bersuara serta diperburuk jatuhnya nilai mata uang rupiah, memancing kaum mahasiswa kembali bersuara dan turun ke jalan.
Tidak tanggung-tanggung tuntutan para mahasiswa di Jakarta dan berbagai provinsi, yaitu menuntut dilengserkannya Sang Presiden.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Sejarah dunia seolah kembali memanggil jiwa-jiwa pemberontakan kaum akademisi untuk menciptakan perubahan melawan ketidakadilan para penguasa, terkhusus di Indonesia. Dan sejarah akan kembali mencatat perjalanan kaum intelektual muda ini. (A/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis