Jakarta, 7 Jumadil Awwal 1437/15 Februari 2016 (MINA) – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendukung terbukanya akses pasar modal sebagai alternatif sumber penggalangan dana Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga S. Uno mengatakan berdasarkan identifikasi, ada 50 UKM yang berpotensi menjadi emiten baru di pasar modal Indonesia.
“Kita berharap dari 50 itu, 10% bisa IPO dalam 1-2 tahun ini. Kita siap dan kita dukung langkah OJK dan BEI untuk mendorong UKM mengakses pasar modal,” kata Sandiaga, demikian keterangan pers Kadin yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Lima puluh UKM potensial tersebut, lanjutnya, didominasi oleh perusahaan e-commerce dan teknologi. Beberapa di antaranya adalah Bukalapak.com, Bhinneka.com, Traveloka, dan Go-Jek.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Kemungkinan seperti Go-Jek bisa meningkatkan basis investor BEI apabila sahamnya ditawarkan ke pengguna Go-Jek yang mencapai 600.000. Itu langsung booming,” tuturnya.
Sandiaga berharap BEI dan OJK tidak membatasi nilai penggalangan dana oleh UKM di pasar modal sebesar Rp40 miliar. Pasalnya, perusahaan besar seperti Bukalapak.com dengan nilai transaksi Rp3,5 triliun, seharusnya diberikan keleluasaan untuk meraup dana segar lebih besar dari pasar modal.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio memaparkan tiga tahap yang perlu dilewati UKM yang ingin go public, yakni persiapan legal dan administrasi, visi lima tahun ke depan, dan memastikan likuiditas saham di pasar modal.
“Yang paling penting sesuah IPO sahamnya likuid atau tidak? Tugas bursa adalah membuat proses dan infrastruktur sehingga bisa menjamin terjadinya likuiditas di pasar,” tuturnya.(T/R05/R02)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)