Sanggau, MINA – Seorang mukmin tidak patut menjadikan para pembenci agamanya sebagai teman kepercayaannya. Teman akrab orang beriman hanyalah orang-orang beriman pula.
Hal itu disampaikan oleh Ustadz Adam Abdurrahman, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Abdullah Bin Masud (STISQABM) Lampung Selatan, pada Kajian Subuh di Masjid Jabal Nur, JalanDahlia, Ilir Kota, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (4/9).
Kajian Subuh menelaah Surat Ali Imron Ayat 120 yakni, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالًا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُ ۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 118)
Adam menjelaskan, Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu ambil sebagai orang-orang kepercayaan). Maksudnya sebagai teman-teman akrab tempat kamu membukakan rahasia kamu (orang-orang yang di luar kalanganmu), maksudnya orang lain, misalnya orang Yahudi, Nasrani dan munafik (tidak henti-hentinya mereka menimbulkan kesusahan bagimu).
Adam menerangkan, bahwa kata khabaala dijadikan manshub karena dihilangkannya huruf khafadh dan arti kalimat ialah mereka tidak putus-putusnya hendak membinasakan kamu (mereka ingin) atau mencita-citakan (supaya kamu menderita) artinya berada dalam puncak kesusahan. (Telah nyata) tampak (kebencian) permusuhan terhadapmu (dari mulut-mulut mereka) dengan menjelekkan kamu dan membukakan rahasia kamu kepada orang-orang musyrik (dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka) berupa permusuhan yang lebih besar lagi.
“Sungguh telah Kami jelaskan kepada kamu tanda-tanda) permusuhan mereka itu (jika kamu memikirkan)nya. Maka janganlah kamu ambil mereka itu sebagai orang-orang kepercayaan,” katanya menegaskan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Dikatakan, ayat tersebut merupakan peringatan kepada orang mukmin agar tidak bergaul rapat dengan orang kafir yang telah nyata sifat-sifatnya yang buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan kaum Muslimin kepada mereka.
Selanjutnya, katanya lagi, ayat ini ditutup dengan ungkapan “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat kepada kamu agar kamu mengerti”. Maksudnya, agar orang beriman benar-benar mengerti dan menyadari tentang sifat-sifat buruk orang kafir dan oleh sebab itu tidak sepantasnya mereka dijadikan teman dekat dalam pergaulan selama mereka itu bersikap buruk terhadap orang beriman.
Di akhir kajiannya, Adam menekankan, janganlah orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini, yaitu:
Mereka yang senantiasa menyakiti dan merugikan Muslimin dan berusaha menghancurkan mereka. Kemudian menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum Muslimin, mendustakan Nabi Muhammad saw dan Al-Qur’an dan menuduh umat Islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatik.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Selanjutnya, bahwa kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka.
“Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk terhadap kaum Muslimin, maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka,” pungkas Adam mengakhiri kajiannya. (L/Skr/B04/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman