Jakarta, MINA – Model alternatif belajar selain di sekolah atau Homeschooling (sekolah rumah) mempunyai peran yang penting dalam pemenuhan hak anak, terutama dalam pembangunan kecerdasan dan kreativitas anak di tengah perkembangan kebutuhan anak-anak yang semakin meningkat.
“Ketika anak-anak di sekolah formal wajib mengikuti peraturan yang ketat serta jadwal pelajaran sesuai kurikulum, maka akan membatasi daya kreativitas mereka,” jelas Seto Mulyadi atau Kak Seto di sela-seka acara “Rapat Koordinasi Teknis Perlindungan Anak 2018” di Jakarta, Rabu (7/11).
“Tidak seperti di dalam sekolah formal, di mana anak-anak hanya bisa bermain dengan teman-teman seusianya,” tambahnya.
Menurutnya, anak-anak Homeschooling tidak dibatasi dalam bergaul serta berinteraksi. Mereka bisa berinteraksi dengan semua orang, berbagai usia, serta ras.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Selain itu, Homeschooling membolehkan anak-anak melakukan hal yang mereka suka setelah mereka selesai mengerjakan tugas. Tidak seperti dalam sekolah formal yang sangat bergantung dengan lonceng sehingga siswa-siswi hanya membuang waktu sebab tidak bisa bermain jika bel belum bunyi, walaupun tugas sudah selesai.
Selama ini kebanyakan orang beranggapan kalau sekolah model Homeschooling membuat anak-anak terbelenggu di rumah. Seolah-olah hidup hanyalah bersama ibu serta asisten rumah tangga lalu mengerjakan soal matematika.
Anak-anak Homeschooling malahan menjadi lebih dekat dengan keluarga. Mereka sudah terbiasa terbuka dan berdiskusi banyak hal dengan orangtua.
Kemudian masalah prestasi anak-anak lulusan dari Homeschooling yang masih diragukan, Kak Seto menjelaskan, Dampak dari model sekolah tersebut membuat lulusan malahan diterima oleh universitas ternama.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Banyak anak-anak lulusan Homeschooling meraih prestasi gemilang. Selain diterima di universitas ternama juga ada yang diundang oleh Ratu Inggris karena kemampuannya dalam membangkitkan semangat anak-anak disabilitas di Inggris,” Jelasnya.
Intinya adalah peran Homeschooling adalah memberi kebebasan kepada anak-anak untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai sepanjang itu positif dan “bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, yang penting dengan cinta,” pungkas Kak Seto. (L/Sj/P1)
Mi’raj News Agency (MINA
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru