Kaki Palsu untuk Anak-Anak Suriah

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ketika bom mendarat tidak jauh di sebelahnya tahun tahun lalu di timur Ghouta, seluruh hidup Ghadeer yang berusia 13 tahun berubah dalam sekejap.

“Sebuah peluru artileri meledak saat kami berjalan menyusuri jalan untuk mengunjungi saudara-saudara kami,” kata Ghadeer kepada Al Jazeera. “Ibu dan saudara saya meninggal, kaki saya harus diamputasi.”

Ghouta terletak di wilayah pinggiran ibukota Damaskus. Di Ghouta banyak anak-anak yang harus menanggung bekas luka konflik brutal Suriah. Ratusan anak terpaksa kehilangan anggota tubuhnya di tengah bentrokan bersenjata dan pengeboman udara.

Ghadeer sekarang memiliki anggota tubuh palsu yang dipasang sejak enam bulan yang lalu. Ia sangat berterima kasih kepada pekerja bantuan lokal dari Yayasan Farha, sebuah klinik dan lokakarya yang beroperasi di bawah tanah di timur Ghouta.

Dengan kaki barunya, Ghadeer kini memiliki kesempatan untuk berlatih berjalan, naik tangga atau bermain sepak bola.

Yayasan Farha meluncurkan sebuah program baru yang disebut Tim Harapan Manusia. Tim baru ini bertujuan untuk membantu lebih banyak anak-anak yang bernasib seperti Ghadeer untuk diobati dan dibantu dengan memberikan mereka kaki-kaki palsu.

Baca Juga:  Demonstrasi Mahasiswa Bukti Lemahnya Zionis Israel

Selama dua bulan terakhir, Tim Harapan Manusia telah membantu lebih dari dua lusin anak.

Warga Suriah yang kakinya harus diamputasi karena terluka parah oleh pertempuran. (Foto: Farha Foundation)
Warga Suriah yang kakinya harus diamputasi karena terluka parah oleh pertempuran. (Foto: Farha Foundation)

Pendiri program ini, Razan, sebelumnya adalah di Universitas Damaskus sebelum pemberontakan dimulai pada 2011. Ia masuk ke dalam pekerjaan kemanusiaan tersebut setelah kaki kakaknya terluka parah saat terkena tembakan dari pasukan pemerintah.

“Saya menyadari bahwa orang-orang (seperti kakaknya) tidak mendapat pengobatan,” kata Razan kepada wartawan Al Jazeera.

Ada banyak organisasi medis yang bekerja untuk membantu anak-anak di Ghouta. Namun, kurangnya pasokan medis membuat organisasi medis tidak dapat memberikan bantuan cukup untuk mengamputasi anak.

Sebagian besar organisasi medis hanya banyak memberikan obat penghilang rasa sakit dan makanan kepada anak-anak, serta pertemuan psiko-sosial. Menurut Razan itu tidaklah cukup.

Baca Juga:  Fakta Kebusukan Protokol Zionis Israel

Di antara mereka yang dibantu oleh program Tim Harapan Manusia ini adalah Raneem yang berusia 13 tahun. Raneem kehilangan kakinya ketika terjadi insiden penembakan. Dengan dukungan dari dewan kota setempat, dengan bus Tim Harapan Manusia membawa Raneem ke klinik Farha tiga kali seminggu untuk latihan rehabilitasi dengan kaki palsu barunya.

Raneem mengatakan bahwa sulit untuk bisa pergi dari rumahnya ke pusat klinik Farha, sebab tidak ada transportasi. Ayahnya telah meninggal dalam insiden penembakan yang sama.

Dr Mohamed Katoub, manajer organisasi Masyarakat Medis Amerika Suriah (SAMS), mengatakan, fasilitas medis seperti Farha telah berada di bawah tekanan di tengah perang saudara yang berkepanjangan di Suriah.

Diperkirakan 90 persen dokter di Timur Ghouta telah meninggalkan daerah itu sejak perang pecah pada 2011. Sementara kondisi pengepungan oleh pasukan pemerintah telah membuat pengiriman bantuan medis menjadi lebih sulit.

“Ini sangat jelas bahwa fasilitas tersebut akan kelebihan beban, terutama setelah penggunaan bom tandan,” kata Katoub.

Baca Juga:  Fakta Kebusukan Protokol Zionis Israel

Ia mencatat bahwa dalam beberapa bulan terakhir, penggunaan bom klaster atau bom tandan telah membuat jumlah amputasi meningkat dua kali lipat di Timur Ghouta.

SAMS memperkirakan bahwa setidaknya ada 5.000 korban yang diamputasi di Timur Ghouta, sekitar 20 persen adalah anak-anak.

Komponen untuk kaki palsu anak-anak sangat sulit dibuat atau didapatkan dari Damaskus. Di pusat Damaskus tidak ada banyak anak yang diamputasi, sehingga jarang ada bahan untuk kaki palsu.

Sebuah sendi lutut buatan Cina untuk kaki palsu orang dewasa harganya sekitar $ 300, tapi sendi lutut untuk anak biayanya mungkin $ 800.

Di Timur Ghouta, perang terjadi di hampir setiap sudut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut organisasi kemanusiaan Pertahanan Sipil Suriah atau White Helmets, serangan udara dan pengeboman terus terjadi setiap minggu.

PBB dan kelompok pemantau yang berbasis di Amerika Serikat, Siege Watch, menggolongkan Ghouta sebagai daerah terkepung yang memerlukan bantuan makanan dan medis yang mendesak. (T/P001/P4)

Sumber: tulisan Tom Rollins di Al Jazeera

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.