Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karakter Pemimpin Dambaan Umat

Rudi Hendrik - Jumat, 6 Januari 2017 - 09:05 WIB

Jumat, 6 Januari 2017 - 09:05 WIB

847 Views

Ilustrasi

Ilustrasi

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

لَقَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولٌ۬ مِّنۡ أَنفُسِڪُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡڪُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬

Artinya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang beriman. (QS. At-Taubah [9] ayat 128).

Baca Juga: Renungan Surat Ash-Shaff Ayat 2-3 Bagi Wartawan Sebagai Penyeru Kebenaran

Di masa yang nyaris seluruh aturan kehidupan masyarakat dipasung oleh hukum-hukum buatan otak manusia yang lemah dan terbatas ini, umat Islam dihadapkan pada dilema dan kondisi yang sarat oleh manipulasi karya seni buatan pihak-pihak kafir yang bertujuan melemahkan, menghancurkan dan membinasakan umat Islam. Di saat yang bersamaan, musuh-musuh Islam itu bisa meraup keuntungan yang melimpah.

Kondisi ini diperparah dengan adanya penyakit kronis yang diidap oleh umat dengan adanya bakteri-bakteri munafik yang hanya mementingkan keuntungan, kesenangan dan kekuasaan pribadi dan keluarga.

Kekacauan dan derita yang melanda umat Islam di mana-mana di belahan dunia ini, membuat Muslimin dunia memerlukan pemimpin dambaan. Namun sayangnya, umat Islam telah dikotak-kotakkan oleh aturan produk akal yang memaksa mereka harus memilih pemimpin yang berdasarkan selera orang berkepentingan.

Sistem demokrasi dan kerajaan yang umumnya dipakai oleh manusia di berbagai negara kini tidak bisa memberikan solusi kepemimpinan bagi umat, juteru umat kini menjadi korban terbesar dari ambisi kepentingan para pemimpin negara-negara dunia.

Baca Juga: Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikat Pun Bershalawat kepada Nabi SAW

Berdasarkan petunjuk di dalam QS. At-Taubah ayat 128, Allah menungkapkan beberapa karakter pemimpin dambaan umat sebagaimana yang terdapat di dalam diri Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Pertama, berasal dari kaum sendiri

Hal pertama yang disinggung oleh Allah dalam hal sosok pemimpin adalah asal-usulnya. Kepada bangsa Arab yang saat itu sangat jahiliyah, Allah utus Muhammad dari bangsa Arab juga, bahkan dari suku Arab yang terkenal terhormat.

Suku Quraisy dipandang sebagai salah satu bangsa yang dihormati dan disegani di antara bangsa-bangsa yang ada di semenanjung Arabia. Suku Quraisy sendiri terbagi ke dalam berbagai suku. Bani Hasyim adalah salah satu suku terhormat di antara suku-suku yang ada. Qushai bin Kilab adalah nenek moyang mereka yang bertugas sebagai penjaga Ka’bah.

Baca Juga: Terapi Hutan Dalam Tinjauan Sains dan Islam

Bacaan Al-Quran terbaik adalah qiraat (dialek Al-Quran) yang mengikuti lisan orang Quraisy.

Maka tidak aneh jika jauh-jauh hari Rasulullah telah me-nubuwwah-kan bahwa Imam Mahdi pemimpin dambaan umat di akhir zaman adalah dari darah Quraisy.

Untuk pemimpin berskala wilayah atau negeri, yang terbaik dari sisi asal-usulnya adalah pemimpin yang berasal dari pribumi atau dari etnis masyarakat itu sendiri.

Pemimpin yang berasal dari kalangan sendiri salah satu nilai tambahnya adalah persentase bahwa ia akan lebih merasakan penderitaan atau kebahagiaan umat, lebih besar, karena ada keterikatan emosional yang lebih dekat dengan umat atau rakyat.

Baca Juga: Shalat dan Transformasi Spiritual

Adapun untuk pemimpin umat Islam untuk urusan dunia, tentunya adalah pemimpin yang berasal dari komponen umat Islam itu sendiri. Jadi wajib umat Islam dipimpin oleh orang Islam sendiri.

Terlebih Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman dalam QS. Al-Maidah [5] ayat 51,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَہُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَ‌ۘ بَعۡضُہُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ۬‌ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُ ۥ مِنۡہُمۡ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] ayat 51).

Baca Juga: Kesabaran dan Eksistensi Manusia

Kedua, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi umat yang dipimpinnya

Pemimpin dambaan umat adalah pemimpin yang sangat memperhatikan agama dan keselamatan orang-orang yang dipimpinnya. Kepeduliannya bukan sebatas bibir atau retorika semata, tapi benar-benar kepedulian dari dalam hati yang diwujudkan dalam semua kebijakannya sebagai pemimpin.

Pemimpin seperti ini tidak hanya memikirkan keselamatan untuk periode hidup di dunia saja, tetapi berpikir jauh untuk keselamatan di akhirat juga.

Untuk membawa umat kepada keselamatan di dunia dan diakhirat kelak, seorang pemimpin wajib berpedoman hanya kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda,

Baca Juga: Tujuh Perkara Penyebab Rusaknya Hati

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Artinya, “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Disahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Setiap kebijakan pemimpin umat wajib berlandaskan kepada kedua pedoman tersebut. Oleh karena itu, seorang pemimpin umat idealnya adalah orang yang paham Al-Quran dan Al-Hadits serta tunduk kepada kedua aturan itu. Dan pemimpin umat wajib dikelilingi oleh orang-orang yang ahli di bidang Al-Quran dan As-Sunnah yang terkumpul dalam satu majelis yang bisa memberikan masukan dan nasehat kepada pemimpin berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.

Pemimpin yang tepat adalah pemimpin yang berani menerapkan kebijakan yang bertentangan dengan suara terbanyak umat demi keselamatan umat itu sendiri di dunia dan di akhirat.

Baca Juga: Kepastian Kehancuran Negara Zionis Israel

Ketiga, sangat berkasih sayang dengan umat yang dipimpinnya

Berdasarkan ayat di atas dan QS. Al-Fath [48] ayat 29 yang berbunyi,

مُّحَمَّدٌ۬ رَّسُولُ ٱللَّهِ‌ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَہُمۡ‌ۖ

Artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka….”

Baca Juga: Maulid Nabi dalam Perspektif Rumi dan Interaksionisme Simbolik

Pemimpin dambaan umat hendaklah memiliki prinsip “haram menyakiti perasaan umat”. Jadi, semua kebijakan pemimpin adalah demi kepentingan umat, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga semata. Cintanya kepada umat sama besar cintanya kepada dirinya sendiri dan kepada keluarganya.

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَس بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dalam sejarah Rasul, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ikut serta menyediakan segala kebutuhan hidup ahli shuffah. Kelompok ini dikenal kurang mampu secara ekonomi dan tidak memiliki tempat tinggal, termasuk di dalamnya para musafir yang kehabisan bekal. Dalam satu riwayat, disebutkan bahwa jumlah ahli shuffah mencapai 400 orang (Tafsir al-Munir III/74). Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menempatkan mereka di sisi masjid dan mengajak para sahabat yang lain untuk menyisihkan sebagian harta mereka demi kelangsungan hidup para ahli shuffah.

Baca Juga: Setelah 42 Tahun Sabra Shatila, Energi Perlawanan Semakin Kuat

Salah satu sikap pemimpin yang lebih mencintai umatnya dibandingkan yang lain, terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Khalifah Umar dengan senang hati memanggul gandum untuk rakyatnya sebagai wujud kepedulian dan rasa tanggungjawabnya.

Ada pula Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang menginfakkan 700 onta lengkap dengan segala dagangan yang diangkut di atas onta-ontanya, kepada umat Islam dibandingkan harus diserahkan kepada para pedagang yang menawar dengan keuntungan sepuluh kali lipat.

Itulah beberapa karakteristik bagi seorang pemimpin dambaan umat berdasarkan QS. At-Taubah [9] ayat 128.

Masih banyak karakter lain yang disebutkan di dalam Al-Quran dan Al-Hadits yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. (RI-1/RS3)

Baca Juga: Ini, Sejarah Maulid Nabi dan Daftar Negara Muslim yang Merayakannya

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Indonesia
Indonesia
MINA Preneur
MINA Preneur
MINA Health