Karim Younes Bebas Setelah 40 Tahun di Penjara Israel

Karim Younes bertemu dengan kerabat, teman, dan media di kampung halamannya di Ara setelah pembebasannya pada 5 Januari 2023. [Twitter]

Haifa, MINA – Karim Younes melakukan perjalanan ke kampung halamannya di Ara, desa di Haifa pada Kamis (5/1) setelah menjalani hukuman 40 tahun di penjara . Pria berusia 63 tahun itu berada di balik jeruji besi lebih lama dari tahanan mana pun.

Berbicara kepada seorang reporter, mantan napi itu tampak bersemangat. “Empat puluh tahun telah berlalu dan saya akan mengorbankan empat puluh tahun lagi untuk kebebasan rakyat kita,” katanya, The New Arab melaporkan.

Pada tahun 1983, pengadilan Israel menghukum Karim Younes seumur hidup atas pembunuhan Avraham Bromberg tahun 1980, seorang tentara Israel.

Dia juga dihukum karena menjadi anggota gerakan Fatah, dilarang pada saat itu, dan memiliki senjata secara ilegal.

Baca Juga:  1.908 Ton Bantuan Kemanusiaan Türkiye, Qatar Berlayar ke Gaza

Pada 2017, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memilih Karim Younes untuk menjadi anggota Komite Pusat Fatah.

Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir melarang warga Palestina merayakan pembebasan Younes.

Selain itu, Menteri Dalam Negeri Israel Aryeh Deri dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mencabut kewarganegaraan Israel Younes dan menyarankan langkah untuk kemungkinan mengusirnya.

Pasukan Israel mengangkut Karim Younis dari penjara Hadarim ke kota Raanana, sekitar 57 kilometer dari rumahnya di Ara.

Di Raanana, Younes ditinggalkan di terminal bus tanpa bisa menelepon kerabatnya. Kemudian, akhirnya, dia melihat para pekerja Arab yang membantunya menelepon kerabatnya di Ara.

“Para tahanan kuat, dan kekuatan mereka terletak pada persatuan mereka… Insya Allah mereka akan bebas, semuanya. Sekarang saya menunggu pembebasan Maher Younes,” kata Karim kepada wartawan.

Baca Juga:  Komandan Militer Israel Tewas di Tulkarem Tepi Barat

Maher Younes, kerabat Karim, dipenjara dan dihukum dengan tuduhan yang sama. Dia akan segera dibebaskan.

Beberapa hari sebelum keluar dari penjara Hadarim, Karim menulis surat yang mengungkapkan perasaan campur aduk tentang meninggalkan rekan-rekannya dan merindukan pembebasan.

“Saya akan meninggalkan sel saya, tetapi jiwa saya akan tetap bersama mereka yang telah berjuang untuk Palestina,” tulisnya.

Yang pertama dikunjungi  Karim di Ara adalah kuburan tempat orang tuanya dimakamkan. ()

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.