Kartono Mohamad: Industri Rokok Sasar Anak-Anak, Remaja dan Perempuan

Jakarta, 25 Ramadhan 1437/ 29 Juni 2016 (MINA) – Ketua Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI) dr mengatakan, saat ini sudah mulai mengalihkan sasaran korbannya pada anak-anak, remaja, dan perempuan, sebab untuk yang dewasa sudah tercapai titik jenuh.

“Prevalensi perokok di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia (dalam prosentase terhadap penduduk). Sebanyak 63% laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok,” kata Kartono Mohamad kepada wartawan saat melakukan konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/6).

Pihaknya memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo yang telah melakukan Rapat Terbatas Kabinet mengenai FCTC (Framework Convention on Tobacco Control).

“Kami mengapresiasi keputusan Bapak untuk melindungi anak-anak, remaja dan perempuan dari demi menjaga kesehatan generasi muda kita,” kata Hartono.

Kartono menyebutkan, perlindungan terhadap bahaya rokok bagi anak-anak dapat dilakukan dengan menjauhkan anak-anak dan perempuan dari bahaya rokok dengan menaikkan cukai dan harga rokok.

“Sehingga anak-anak dan rakyat miskin tidak mudah menjangkaunya. Harga dan cukai rokok di Indonesia adalah yang terendah di ASEAN dan dapat dijual secara per batang sehingga anak-anak sekolah dengan mudah membelinya,” ujar Kartono yang juga mantan Ketua Umum PB IDI.

Ia menambahkan, dengan menaikkan harga dan cukai rokok, selain melindungi anak-anak dan orang miskin dari mengkonsumsi rokok, terjadi juga peningkatan pendapatan negara.

Ia mengatakan, dari segi ekonomi, biaya (costs) yang harus ditanggung oleh bangsa ini untuk menangani penyakit yang berkaitan dengan rokok, dan biaya untuk menangani korban narkoba akan menjadi sangat berat jika kita membiarkan anak-anak dan remaja diracuni oleh nikotin.

“Dengan demikian dalam jangka jauh, kerugian kita tidak hanya dari segi kehilangan SDM bermutu tetapi juga dari segi kerugian ekonomi,” kata Kartono.

Terkait dengan FCTC, Kartono menyebutkan, Indonesia tidak ikut-ikutan negara lain, karena Indonesia adalah salah satu penggagas FCTC dan bahkan menjadi anggota tim perumus serta menjadi tuan rumah sidang perumusan terakhir FCTC.

Delegasi lndonesia waktu itu terdiri dari wakil Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri.

“Landasan FCTC adalah untuk melindungi kesehatan rakyat dan meringankan beban ekonomi dari biaya penanganan penyakit terkait rokok,” katanya.

Mantan Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem Brundtland, yang menjadi Direktur jenderal WHO waktu itu mengatakan bahwa inilah satu-satunya konvensi PBB yang berdasarkan bukti (evidence based convention). (L/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.