Kekerasan di Kashmir Berlanjut, Kedubes India di Jakarta Didemo

Ratusan aktivis dari LSM dan mahasiswa universitas di Jakarta berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar India di Jakarta, Senin, 6 Februari 2017. (Foto: Ismi WN/MINA)

 

Jakarta, 8 Jumadil Awwal 1438/6 Februari 2017 (MINA) – Menyikapi kekerasan India yang tidak kunjung usai di , ratusan warga dan mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta melakukan aksi unjuk rasa di Kedutaan Besar India di Jakarta.

Aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas umat Muslim Indonesia yang berlangsung pada Senin pagi (6/2) sekaligus memperingati Hari Solidaritas Kashmir (Kashmir Day) yang jatuh pada setiap tanggal 5 Februari.

“Tujuan kami ke kedutaan ini, ingin menyampaikan statement (pernyataan) kepada Perdana Menteri Anda (Perdana Menteri India: red) untuk menghentikan kekerasan di Khasmir,” kata Pengurus Aliansi Anak Bangsa sekaligus koordinator dalam memperingati Hari Solidaritas Kashmir, Azam Khan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Menurutnya, kekerasan yang terjadi terhadap Muslim Kashmir sudah melanggar resolusi PBB yang telah memberikan kebebasan kepada masyarakat Kashmir untuk melakukan plebisit menentukan nasib sendiri.

“Ini sudah tidak sesuai dengan resolusi PBB yang berkali-kali mengeluarkan bahwa negara Kashmir secara plebisit memberikan rakyatnya untuk memilih. Mereka memilih Negara Islam, tetapi kenapa di halang-halangi,” ujarnya.

Menurutnya, masalah ini bukan saja soal kejahatan terhadap umat Islam, melainkan tentang kemanusiaan yang memang harus dihentikan.

“Sebenarnya kami tidak bicara Muslimnya saja, tetapi kemanusiaannya juga. Kami melihat harus dihapuskan, di manapun, bukan cuma di Kashmir, karena ini kriminal yang paling tinggi,” tambahnya.

Oleh karena itu, ia menggagas Khasmir Day ini untuk menyuarakan pendapat kepada agar mengutuk pemerintah India yang telah membunuh ratusan ribu penduduk Kashmir yang tidak bersalah.

Namun, Kedutaan Besar India tidak mau menerima delegasi pengunjuk rasa sebagai perwakilan masyarakat Muslim Indonesia untuk Kashmir dengan alasan yang tidak jelas.

Lebih lanjut Azam menegaskan, jika Kedubes India tidak mau menerima kedatangannya, maka ia berjanji akan menurunkan masa lebih banyak dan membuat orasi yang lebih besar lagi.

Selama puluhan tahun sejak konflik Kashmir pecah, pasukan militer India telah membunuh kurang lebih ratusan ribu penduduk Muslim di Kashmir yang tidak bersalah serta menyiksa dan melukai sekitar 10 juta rakyat.

Dalam kekerasan terbaru sejak Juli tahun 2016, pasukan India menggunakan senjata berbahaya (pellet Guns) yang melukai lebih 10.000 warga sipil Kashmir dan membunuh sekitar seratus lainnya.

Selain itu, pasukan pendudukan India juga sering melakukan pelanggaran-pelanggran HAM lainnya seperti pemerkosaan, penghilangan paksa dan lain sebagainya. (L/ism/R10/RI-1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)