Tunis, MINA – Keluarga anggota Hamas Palestina berwarga negara Tunisia, pakar drone, Insinyur Mohamed Zawahri, menuntut keadilan dan mengecam pihak berwenang Tunisia, karena “keheningan”-nya, atas pembunuhan Zawahri.
Ia tewas setelah orang-orang bersenjata yang tidak dikenal menembak matinya di luar rumahnya di Tunisia pada bulan Desember 2016.
Zawahri (49) adalah ahli drone yang telah bekerja untuk Hamas selama satu dekade.
Janda Majda Saleh pada hari Jumat (17/11) mengecam pihak berwenang Tuisia karena “keheningan” mereka yang besar atas kematian suaminya.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Sehari sebelumnya pada Kamis (16/11), pejabat senior Hamas mengatakan di Beirut, Lebanon, bahwa mata-mata Israel telah menggunakan paspor Bosnia untuk memasuki Tunisia dan membunuh Zawahri.
Sehari kemudian, Hamas mendesak pihak berwenang Tunisia merilis rincian penyelidikan pembunuhan tersebut.
“Saya ingin keadilan dilakukan untuk Mohamed Zawahri,” kata janda Zawahri, Majda Saleh, kepada stasiun radio Mosaique FM. Demikian Nahar Net memberitakannya yang dikutip MINA.
“Kami menyadari bahwa Israel berada di balik pembunuhannya, tapi pihak-pihak tertentu juga terlibat. Siapa mereka? Saya berharap pemerintah Tunisia tidak akan menutup (Zawahri) dan akan melanjutkan penyelidikan,” kata Majda.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Namun, pihak berwenang Tunisia tidak segera memberi komentar.
Sementara saudara laki-laki Zawahri, Radhouene, menuding pihak berwenang “menghitung waktu” agar opini publik melupakan kasus tersebut.
Sebelumnya Pemerintah Israel mendapat kritik setelah agennya dilaporkan menggunakan paspor Inggris, Irlandia, Australia dan lainnya untuk membunuh seorang pemimpin Hamas di Uni Emirat Arab pada tahun 2010. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Mi’raj News Agency (MINA)