Oleh Evie Yana Farida*
Mengalami tekanan atau stress merupakan hal biasa dalam rutinitas kehidupan seharian kita. Stress selalu dikenali dan dianggap oleh sebagian masyarakat hanya terjadi pada orang dewasa. Padahal tekanan ini bisa juga terjadi pada anak-anak dan bahkan efek sampingannya menjadi lebih buruk jika orangtua tidak cepat mengenali secara pasti dan menanggulanginya.
Ada beberapa sebab puncak stress yang dialami anak-anak, diantaranya adalah:
Pertama, perubahan besar yang tiba – tiba terjadi pada kehidupan mereka, seperti, pindah ke rumah baru, atau pindah sekolah, atau apa saja yang sifatnya serba baru dan memerlukan waktu untuk beradaptasi.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Di sekolah atau rumah yang lama, mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sekitar dan teman teman. Untuk mengurangi tekanan ini, Ada baiknya orangtua mempersiapkan mental psikologi anak jauh hari sebelum perpindahan dengan memberikan alasan dan sebab sederhana mengapa harus pindah dan memulai dengan yang baru lagi, dan memberikan keyakinan pada mereka bahwa di tempat yang baru atau memulai sesuatu yang baru akan memperkaya pengalaman selain menambah banyak teman.
Di lingkungan yang baru bantu anak- anak untuk beradaptasi dan mencari teman, agar tidak murung dan sedih berkepanjangan,terutama yang berkaitan dengan sekolah baru, jika orangtua tidak peduli,kelak akan mempengaruhi prestasi belajar mereka , secara otomatis, emosi sosial merekapun akan terganggu .
Kedua, konflik yang sering terjadi di dalam kehidupan lingkungan keluarga. Memang tidak dapat disangkal, dalam kehidupan berumah tangga dan berkeluarga , konflik dan perselisihan terkadang terjadi juga dan tidak dapat dielakkan. Namun begitu , bukan berarti kita sebagai orang dewasa tak mampu mengawal emosi terutamanya suami istri ketika perselisihan sedang terjadi.
Jika orangtua terlalu sering membiarkan anak-Anak mereka menyaksikan pertengkaran dan perselisihan orang dewasa, ini akan menyebabkan rasa keyakinan dan kepercayaan mereka hilang. Rumah yang seharusnya dijadikan sebagai simbol keamanan, tempat bernaung, dan kenyamanan , akan bertukar menjadi suatu tempat yang gersang, panas bagai neraka sehingga mereka merasa tidak betah untuk berdiam di rumah dan akhirnya lebih banyak meluangkan waktu di luar rumah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Yang lebih menyedihkan lagi jika tekanan ini di alami oleh anak-anak yang masih dibawah usia 5 tahun, hendak ke manakah mereka melepaskan suasana keruh yang tak menyenangkan ini? Pada akhirnya mereka lebih suka berdiam diri di kamar tidurnya dan merasa malas untuk berbicara, apalagi bermain dengan teman teman di luar rumah.
Jadi, sebagai orang dewasa, seharusnya kita mampu mengkontrol emosi kita, elakkan pertengkaran di depan anak-anak, namun jika terjadi juga , setelah pertengkaran, segeralah berbincang dengan anak-anak, berikan pemahaman, bahwa segala yang baru saja terjadi tidak ada sangkut-pautnya dengan mereka, sambil meminta maaf , berikan juga pemahaman bahwa terkadang perselisihan antara orang dewasa terjadi segitu saja tanpa mampu dielakkan.
Memberikan pemahaman ini juga harus sesuai dengan peringkat umur mereka, agar mudah dipahami. Sebagai orang dewasa, kita jangan menganggap dan menyepelekan bahwa anak-anak tidak memperhatikan tingkah laku kita. Ketahuilah bahwa setiap gerak gerik yang kita lakukan akan terserap dalam daya ingatan mereka, dan akan kekal tersimpan dalam memori jangka panjang jika orangtua tidak segera mengambil tindakan .
Ketiga, jadwal kegiatan yang terlalu padat. Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka , namun, perlu diperhatikan juga, bahwa anak-anak adalah bukan robot , terlalu banyak memberikan jadwal kegiatan adalah bukan suatu yang bijaksana. Sebaiknya orangtua bertanya terlebih dahulu sebelum mendaftarkan mereka ke tempat tempat les atau kursus kursus lainnya, dan bertanya pada diri sendiri, apakah perlu?
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dan apakah ada faedahnya buat anak-anak? Karena mereka sudah terbebani dengan setumpuk kerjaan dari sekolah. Jadwal yang terlalu padat yang melebihi kapasitas dan kemampuan anak, akan menyebabkan mereka tertekan, terlebih lagi jika mereka harus mengikuti kehendak orangtua, dan pada akhirnya tidak membawa faedah langsung, kecuali hanya membuang buang waktu dan uang.
Keempat, masalah dengan kerjaan sekolah. Inilah puncak tekanan yang terkadang tidak disadari oleh guru di sekolah dan orangtua di rumah. Ada beberapa jenis masalah berkait dengan kerjaan sekolah, antaranya:jika anak-anak kurang memahami salah satu mata pelajaran dengan baik, persepsi mereka terhadap mata pelajaran tersebut menjadi buruk, ditambah lagi dengan kurangnya perhatian dari guru mata pelajaran tersebut.
Alangkah baiknya jika Guru di sekolah peka terhadap anak-anak yang kurang memahami pelajarannya , dan dianjurkan untuk memberikan bimbingan , agar proses pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan, dan anak-anak merasa diperhatikan dan merasa bahwa ” dalam proses pembelajaran , tidak memahami adalah suatu yang lumrah”,karena ada guru guru yang begitu perhatian dan akan membantu mereka. Lalu, apakah yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mengurangi tekanan ini?
Dengan memberikan semangat dan berpikiran positif terhadap anak-anak, jika perlu daftarkan mereka ke tempat les berkait dengan mata pelajaran yang kurang mereka pahami dan memang benar benar memerlukan waktu khusus untuk itu.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Jenis lain adalah, dengan terlalu banyak memberi kerjaan sekolah juga akan membuat anak-anak tertekan , setelah pulang sekolah, anak-anak juga perlu sosialisasi di lingkungan rumah mereka, mereka perlu memanjakan hobi mereka, mengerjakan sesuatu yang mereka suka , terlalu banyak kerjaan sekolah yang diberikan di rumah akan menyita waktu mereka untuk semua itu, satu atau dua kerjaan sekolah masih dianggap wajar, namun, jika anak-anak harus membawa lebih dari dua mata pelajaran kerjaan sekolah ke rumah, adalah sesuatu yang perlu dipikirkan oleh pihak sekolah. Jika di rumah anak-anak mengeluh berkait masalah ini, sebaiknya orangtua segera berkonsultasi dengan pihak sekolah.
Kelima, masalah sosial . Banyak bentuk masalah sosial yang menjadi ganjalan pada perkembangan emosi anak , baik di lingkungan sekolah ataupun lingkungan sekitar rumah. Gangguan, ejekan, dan merasa tersisihkan dari teman sebaya sangat mempengaruhi emosi jiwa anak, jika terjadi perubahan tingkah laku yang tidak menyenangkan pada anak-anak, misalnya dari selalu ceria menjadi murung, segera ambil tindakan dengan cara berkomunikasi dan bertanya sebabnya.
Karena, terkadang anak- anak merasa takut jika memberitahu dahulu kepada orangtua, terlebih lagi jika mereka berada dalam posisi bersalah.tidak ada salahnya jika orangtua mencari tau siapa sajakah teman dekat anak- anak ketika di sekolah dan di lingkungan rumah, seperti orang dewasa, anak- anak juga mengalami konflik dalam pergaulan keseharian .sekecil apapun perubahan PD anak- anak jangan dianggap sepele, bantu mereka dalam menangani dan menyelesaikan masalah, agar tekanan dapat dikurangi.
Keenam, merasa tidak disukai atau disayangi oleh orangtua , atau anggota keluarga. Wahai ibu bapak, berhati-hatilah dalam melayan anak- anak di rumah. Walaupun mereka lahir dari rahim yang sama dengan ibu bapak yang sama, namun setiap dari mereka adalah unik. Mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan yang berbeda dalam semua aspek. Jangan kita membandingkan antara mereka, dan menonjolkan rasa kasih dan sayang yang berbeda.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Terkadang tanpa disadari , dengan memberikan perhatian yang berlebihan pada salah satu anak, dan menelantarkan yang lainnya, orangtua secara tidak langsung telah menciptakan tekanan ,rasa benci dan dendam terhadap saudara kandung mereka, jika layanan ini berterusan di lakukan, tidak mustahil jika anak- anak menginjak dewasa, hubungan mereka tidak akan terjalin dengan erat dan baik sebagaimana mestinya.
Secara realitas, memang susah mendidik anak-anak 100 persen untuk menjadi anak- anak yang kita inginkan dan impikan, namun begitu dengan pertolongan Allah SWT dan kerja keras serta konsisten, kita masih mampu memaksimalkan pendidikan mereka sesuai dengan kemampuan kita sebagai orangtua . Wawloohu a’lam. (T/EYF/DS/E01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Penulis yang Lahir di Tangerang, 13 Maret 1970 adalah seorang Master of Education, International Islamic University Malaysia yang menetap di Irak dan menjadi Dosen di Universitas Koya, Erbil, Iraq Utara.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin