Beirut, 7 Jumadil Awwal 1438/5 Februari 2017 (MINA) – Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi menolak usulan penciptaan zona aman di Suriah untuk pengungsi dengan mengatakan bahwa negara itu “bukan tempat yang tepat”.
“Jangan buang-buang waktu dengan perencanaan zona aman yang tidak akan dibentuk karena itu tidak akan aman bagi warga (Suriah) untuk kembali,” kata Grandi di Beirut, Lebanon, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA, Ahad.
“Mari kita berkonsentrasi pada perdamaian sehingga di mana-mana menjadi aman,” katanya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengusulkan gagasan untuk mendirikan zona aman sebagai pengganti relokasi pengungsi di negaranya dan di tempat lain di seluruh dunia.
Presiden Trump mengeksplorasi rencana itu kepada Raja Yordania Abdullah II dalam pertemuan tatap muka di Washington, DC pada Kamis (2/2) lalu.
Sementara Yordania adalah tuan rumah bagi sekitar 650.000 pengungsi Suriah.
Turki dan Lebanon yang berbatasan dengan Suriah juga mendorong diadakannya zona aman di perbatasan mereka. Kedua negara itu menjadi tuan rumah 3,75 juta pengungsi.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Menurut Grandi, terorisme dan terbaginya wilayah Suriah serta pihak yang bertikai menjadi hambatan untuk menciptakan zona aman bisa berfungsi di negara itu.
Sementara itu, pemerintahan di Damaskus telah menyatakan keprihatinan mendalam atas berbagai usulan tentang zona aman dan mengatakan bahwa para pihak yang mengusulkan wacana itu harus berkoordinasi dengan pemerintah Suriah.
Presiden Trump menjatuhkan sistem pengungsi internasional ke dalam krisis setelah ia mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang pengungsi memasuki AS selama 120 hari.
Grandi menyebut perintah eksekutif itu “melemahkan” dan “membahayakan” norma-norma internasional yang dibuat untuk melindungi pengungsi.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Grandi mengkritik AS dan negara-negara Barat karena dianggap tidak melakukan tindakan yang cukup untuk berbagi beban relokasi bagi pengungsi Suriah.
“(Lebanon) menjadi tuan rumah lebih dari 1 juta orang dalam tiga tahun terakhir, mengapa negara-negara kaya tidak bisa menjadi tuan rumah bahkan bagi jumlah yang lebih kecil?” katanya. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon