Oleh: M Waliyulloh, Ketua Pemuda Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Lampung
Sebuah channel youtube yang menceritakan kehidupan sosialita Jakarta atau istilahnya ‘crazy rich’ dengan judul ‘Jakarta Socialite’ berwujud manusia purnarupa, mandiri, cantik gagah dan super kaya. Tampilan casingnya yang glamour, glowing dan bling bling seolah debu pun enggan menempel di kuku kaki mereka.
Aktivitas para crazy rich sepertinya aneh untuk ukuran orang dengan dompet tirus kurang gizi. Secara manusiawi kelonggaran dan kelimpahan harta yang mereka habiskan membuat enzim ludah deras terproduksi, terpaksa harus ditelan. Bagaimana tidak, aktivitas mereka setiap hari berpenampilan modis wangi seperti mau kondangan. Lengkap dengan kosmetik, baju, aksesoris, kendaraan dan tempat kumpul yang prestisius.
Mencoba menghitung pun kita perlu googling untuk mendapat gambaran berapa rupiah yang melekat di tubuh mereka. Bayangkan saja untuk sekedar urusan bulu mata mereka pakai Clonly Orly Miin berbanderol Rp 1,1 juta. Glam Glow Volcasmic untuk perawatan wajah berharga Rp 1,8 juta. Bedak Dior atau Marc Jacob senilai Rp 800 rb sampai Rp.1,1 juta.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Outfit, jangan ditanya Yvess Saint Laurent, Gucci, Chanel dan Armani. Harganya? Tak taulah. Sepatu, ya kira kira sepupuan sama merek baju yang dipakai. Aksesoris tidak kalah heboh, Dolce Gabbana, dan Gucci untuk gelang dan kalung. Prada dan Hermes untuk tas. Rolex, Franc Muller, Hublot, dan Guess untuk jam tangan yang harganya bikin hipertensi. Kendaraan sehari hari mereka gak kenal Toyota Honda atau Suzuki. Mereka pilih Rolls Royce, Phorche, Lamborgini atau ferrari. Mentok mentok Mini Cooper.
Aktivitasnya kumpul dengan rekan di cafe atau resto, makan seteplok coklat cekikikan bayar ratusan ribu, pulang mampir shopping menghabiskan jutaan, menjelang sore gathering lagi arisan milyaran.Byuh. Besok gitu lagi, besoknya sama. What a life.
Banyak orang mengira harta adalah sumber hidup bahagia. Sejatinya tidak. Jika ia, kenapa hartawan banyak tersiksa. Banyak orang mengira status adalah sumber bahagia. Jika iya, kenapa bangsawan hidup merana. Banyak orang mengira kekuasaan adalah kunci hidup bahagia. Jika iya, kenapa orang dengan kekuasaan hidupnya terpenjara.
Di sekitar kita hidup bahagia sedekat nadi tapi terasa jauh tak tergapai. Orang mengira hidup bahagia itu senang, tawa dan kepuasan dari semua keinginan. Faktanya tidak, orang bergelimang harta tapi hidupnya tersandera oleh kegelisahan yang tidak berkesudahan. Is it life… ?
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Sungguh kehidupan berbasis dunia adalah fatamorgana. Dunia tidak pernah menjanjikan happily ever after. Dunia hanya memberikan kesempatan hidup bahagia yang nisbi. Kecintaan pada harta dunia membuat manusia mencintainya seperti kesurupan. Jangan, sekali kali jangan, menjadi orang yang wa tuhibbuunal maala hubban jamma (Al Fajr:20) Lalu tidak adakah kehidupan bahagia di dunia samasekali?.
Jawabnya ada, yaitu hidup dengan harapan untuk bahagia di kehidupan baka dengan menjadikan kenikmatan dunia sebagai instrumen dan sarana untuk meraih kebahagiaan hakiki. Hidup bahagia adalah kenyamanan dan ketentraman yang digantungkan pada status hamba pada Rabbul A’la. Allah Subhanahuwataala memperingatkan dalam Surat Attakaatsur.
Bermegah megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 1-8).
Oleh karenanya hiduplah dengan kehidupan yang sesungguhnya. Jangan pilih kehidupan dunia untuk bahagia karena kehidupan akhirat kelaklah yang menjanjikan kebahagiaan yang tidak bermasa. Bal tu’tsirirunal hayatad dunya. Wal akhiratu khair wa abqa. (A/wly/B03/P1).
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Mi’raj News Agency (MINA).