Oleh: Imaamul Muslimin Yakhsyallahu Mansur
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقَالُواْ مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا نَمُوتُ وَنَحۡيَا وَمَا يُہۡلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهۡرُۚ وَمَا لَهُم بِذَٲلِكَ مِنۡ عِلۡمٍۖ إِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (Q.S. Al Jatsiyah [45] ayat 24)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Penjelasan:
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan,
يُخْبِرُ تَعَالَى عَنْ قَوْلِ الدَّهْرِيَّةِ مِنَ الْكُفَّارِ وَمَنْ وَافَقَهُمْ مِنْ مُشْرِكِي الْعَرَبِ فِى إِنْكَارِ الْـمِعَادِ.
“Allah menginformasikan tentang perkataan aliran Dahriyyah dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang sependapat dengan mereka di kalangan orang-orang musyrik Arab yang mengingkari Hari Kebangkitan.”
Aliran Dahriyyah adalah sekte yang menyandarkan segala sesuatu kepada berjalannya waktu. Aliran ini merupakan salah satu kelompok orang kafir yang juga diikuti sebagian orang musyrik Arab yang mengingkari adanya kehidupan setelah mati.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kaum Dahriyyah mengatakan, “Tidak ada kehidupan selain kehidupan kita sekarang ini. Manusia ada yang mati dan ada yang lahir. Tidak ada sebab kematian kita selain perjalanan waktu dan perputaran siang dan malam.”
Kaum Dahriyyah mengingkari adanya Hari Kebangkitan. Menurut mereka, tidak ada hisab (penghitungan), tidak ada pula balasan. Hidup lantas mati, selesai.
Kaum Dahriyyah dinamai juga Kaum Maddi (materialis), hanya percaya kepada benda atau Kaum Thabii (naturalis) yang hanya percaya kepada alam ini saja. Mereka beranggapan bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya, Tuhan tidak ada. Manusia hidup di dunia atas kehendak alam. Jika alam menghendaki dia mati, dia pun mati.
Kepercayaan bahwa segala sesuatu hanya bersandar kepada masa adalah kepercayaan yang salah dan sesat. Kepercayaan ini hanya berdasar kepada dugaan dan ilusi, tanpa bersandar kepada kebenaran sama sekali.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Menurut Ibnu Katsir, para filosof pengikut aliran Dahriyyah yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), meyakini bahwa setiap 36.000 tahun, segala sesuatu akan kembali seperti semula. Dan mereka menduga hal ini telah terjadi berulang-ulang tanpa batas. Mereka sangat mendewa-dewakan akal (rasio) dan mendustakan wahyu Allah.
Ibnu Jarir mengetengahkan hadits dengan konteks yang sangat gharib (aneh) yang bersumber dari Abu Hurairah , dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُوْلُوْنَ: إِنَّمَا يُهْلِكُنَا اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ, وَهُوَ الَّذِي يُهْلِكُنَا وَيُمِيْتُنَا وَيُحْيِيْنَا, فَقَالَ اللَّه فِي كِتَابِهِ: (وَقَالُوْا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ… / الجاثية (٤٥) / ٢٤)
“Dahulu orang-orang Jahiliyah mengatakan, ‘Sesungguhnya yang membinasakan kami hanyalah malam dan siang. Dialah yang membinasakan, mematikan dan menghidupkan.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya (Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’… –QS. Al Jatsiyah [45] ayat 24).”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
لَا تَسُبُّوْا الدَّهْرَ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الدَّهْرُ
“Janganlah kalian mencaci masa, karena sesungguhnya Allah (yang menciptakan masa).” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan hadits ini, Imam Syafi’i dan Abu Ubaidah, serta selain keduanya dari kalangan para imam, berkata, “Dahulu orang-orang Arab di masa Jahiliyah, apabila ditimpa paceklik atau malapetaka atau musibah, mereka selalu mengatakan, ‘Celakalah masa.’ Mereka menyandarkan kejadian tersebut kepada masa dan mencaci makinya. Padahal sesungguhnya yang melakukannya hanyalah Allah. Mereka seakan-akan mencaci maki Allah, padahal hakikatnya semua kejadian itu di tangan Allah.”
Oleh karena itu, beliau melarang mereka mencaci masa berdasarkan perkembangan dewasa ini. Sebab, apabila mereka mencaci masa, berarti mereka mencaci Allah yang menciptakan masa tersebut.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Antara Dahriyyah dan Komunis
Dari uraian di atas, kita ketahui bahwa paham Dahriyyah itu sama dengan ideologi Komunis.
Ideologi Komunis yang diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917, mempunyai pokok-pokok ajaran antara lain:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
- Tuhan tidak ada, dan hidup adalah materi (materialistis).
- Tidak mengakui adanya akhirat.
- Tidak mengakui adanya surga dan neraka.
- Menentang semua agama.
- Menghapus milik perseorangan dan menggantikannya dengan milik bersama.
Dalam menerapkan ideologinya itu, kaum Komunis menghalalkan segala cara. Dalam Manifesto Komunis yang dilahirkan Karl Marx dan Friedrich Engels, keduanya menyatakan, “Tujuan untuk merebut kekuasaan hanya dapat dicapai dengan menggunakan kekerasan, menggunakan seluruh sistem sosial yang ada.”
Ada 18 cara yang digunakan oleh Komunis untuk mencapai tujuan, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, yaitu: 1) berdusta, 2) memutarbalikkan fakta, 3) memalsukan dokumen, 4) menebar fitnah, 5) memeras, 6) menipu, 7) menghasut, 8) menyuap, 9) intimidasi, 10) bersikap keras, 11) membenci, 12) mencaci-maki, 13) menyiksa, 14) memperkosa, 15) merusak-menyabot, 16) membumi hangus, 17) membunuh/membantai, dan 18) adu domba.
Dalam catatan sejarah modern korban nyawa akibat komunisme lebih besar tiga kali lipat dari korban seluruh perang di jagad raya sejak Nabi Adam sampai sekarang ini. Korban Perang Dunia I, Perang Dunia II, Korea, Vietnam, Irak, Afghanistan, Palestina, Lebanon dan seluruh korban perang yang terjadi, semua digabung menjadi satu berjumlah 38 juta jiwa, sedangkan korban ideologi komunis mendekati 100 juta hingga 120 juta orang.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Sementara itu di Indonesia, Komunis telah mengadakan tiga kali pemberontakan. Pertama, tahun 1926 di masa kolonial Belanda. Kedua, 1948 yang terkenal dengan Peristiwa Madiun. Ketika Indonesia sedang mengahadapi NICA, PKI di bawah pimpinan Musso, memproklamirkan Republik Soviet Indonesia di Madiun, 18 September 1948. Pada pemberontakan itu, PKI menjadikan pamong praja dan umat Islam sasaran utama penjagalan. Ketiga, 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September/PKI, membunuh secara sadis tujuh jenderal Angkatan Darat yang anti-PKI. Namun, ketiga pemberontakan itu gagal dan akhirnya pada tahun 1966 PKI dibubarkan.
Sebagai ideologi yang anti-Tuhan dan memusuhi agama, Komunis selalu menjadikan Tuhan dan agama sebagai bahan ejekan dan hujatan.
Dalam pertemuan tertutup dengan calon-calon simpatisan awam, Karl Marx mengatakan, “Eksistensi Tuhan tidak masuk akal. Tuhan adalah konsep yang menjijikkan. Pendek kata, aku menaruh dendam pada Tuhan.”
Adapun tentang agama dia mengatakan, “Agama adalah candu (opium) masyarakat. Menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan.”
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Ucapan ini diikuti oleh tokoh PKI Dipa Nusantara Aidit, “Agama adalah candu. Revolusi mental tidak akan berhasil bila rakyat tidak dijauhkan dari agama.”
Lenin, tokoh komunis Soviet mengatakan, “Matilah agama dan hiduplah atheisme…. Kita harus memperlakukan agama dengan bengis.”
Di Indonesia, sekitar tahun 1963-1965, PKI lewat biro keseniannya, LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) sering mengadakan pementasan ludruk (semacam sandiwara) dengan judul “Matine Gusti Allah”. Di akhir acara, pembawa acara menutup dengan kata-kata, “Bengi iki Gusti Allah wis mati. Sesuk wis ora ana Gusti Allah (Malam ini Allah sudah mati, besok tidak ada lagi Tuhan).”
Mereka juga membuat judul-judul provokatif lain untuk menghina Allah seperti “Gusti Allah Dadi Manten (Allah Menjadi Pengantin)”, “Rabine Gusti Allah (Perkawinan Allah)”, “Gusti Allah Mantu (Allah Bermenantu)”, “Gusti Allah Bingung (Allah Bingung)”, “Rabine Malaikat (Malaikat Menikah)”, dan lain-lain.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Dalam memerangi agama, di awal lima tahun rezim Bolshevik Soviet (1917-1925), 50.000 pendeta dibunuh, 800.000 rakyat Muslim lenyap, 10.000 gereja dihancurkan, 30.000 masjid punah.
Yel-yel yang digunakan PKI Madiun 1948 untuk melecehkan umat Islam adalah “Pondok bobrok, langgar bubar, santri….”
Inilah sebagian kekejaman yang dilakukan oleh pengikut paham komunis yang menunjukkan kesesatan ajaran mereka. Oleh karena itu dalam Muktamar Alim-Ulama Seluruh Indonesia di Palembang tahun 1957, diputuskan beberapa hal yang menyangkut komunisme, antara lain:
- Ideologi/ajaran komunis adalah kufur hukumnya dan haram bagi umat Islam menganutnya.
- Bagi yang menganut ideologi/ajaran Komunisme dengan keyakinan dan kesadaran, kafirlah dia, tiada sah menikah dan menikahkan orang Islam, tiada pusaka mempusakai, haram jenazahnya diselenggarakan secara Islam.
Wallahu a’lam bishawab.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Cileungsi, 10 Muharram 1439 H
(A/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)