BAITUL MAQDIS bukan hanya tanah suci yang diberkahi Allah, tetapi juga madrasah kehidupan yang melahirkan para nabi dan menanamkan nilai-nilai keimanan. Dari tanah inilah lahir kisah-kisah agung para utusan Allah, kisah yang mampu membentuk karakter dan kepribadian generasi beriman, termasuk para pelajar masa kini.
Allah berfirman dalam Al-Isra’ ayat 1 tentang perjalanan Isra’ Nabi Muhammad Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menuju Masjidil Aqsha yang diberkahi sekelilingnya.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 1)
Baca Juga: Saat Sekolah Jadi “Pabrik” Kebobrokan Akhlak
Ini menegaskan bahwa Baitul Maqdis bukan sekadar tempat, tapi sumber keberkahan, pusat ilmu, dan simbol pendidikan yang berakar pada keimanan.
Dari kisah Nabi Ibrahim ‘Alahis Salam misalnya, pelajar kita akan belajar arti ketaatan dan keberanian dalam kebenaran. Beliau meninggalkan segala yang dicintainya demi menjalankan perintah Allah. Keimanan sejati menuntut keberanian moral, tetap teguh walau sendirian.
Dari Nabi Daud ‘Alaihis Salam dan Sulaiman ‘Alaihis Salam, para pelajar dapat mengambil ibrah tentang kepemimpinan dan keadilan. Kekuasaan dan ilmu mereka tidak menjauhkan dari Allah, justru semakin menumbuhkan tanggung jawab dan kebijaksanaan. Menjadi pemimpin berarti melayani, bukan mencari kemuliaan pribadi.
Dari Nabi Zakaria ‘Alaihis Salam dan Yahya ‘Alaihis Salam, kita belajar ketulusan dan keteguhan dakwah. Mereka tidak menyerah di tengah penolakan, mengajarkan bahwa perjuangan selalu membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
Baca Juga: Urgensi Kegiatan Jurnalistik bagi Pelajar
Dan dari Nabi Isa ‘Alaihis Salam, pelajar memahami makna cinta, empati, dan kelembutan hati. Ia menyeru pada kasih sayang dan menolong yang lemah, mengingatkan kita bahwa ilmu tanpa cinta hanyalah kering tanpa makna.
Semua kisah itu berakar di tanah Baitul Maqdis, tempat Allah menumbuhkan peradaban yang berbasis iman dan akhlak. Di tengah derasnya arus teknologi dan materialisme, para pelajar generasi muda kita perlu kembali menimba inspirasi dari para nabi, menjadi cerdas tanpa sombong, berilmu tanpa lupa diri, dan beriman tanpa goyah.
Kisah para nabi bukan dongeng masa lalu, melainkan cermin kehidupan yang abadi. Dari sanalah tumbuh generasi Rabbani, yakni generasi yang berilmu dan berakhlak, cerdas dan beriman, tangguh dan penuh kasih.
Selama nilai-nilai itu hidup di hati pelajar, Baitul Maqdis akan selalu menjadi sumber cahaya, menerangi jalan pendidikan Islam, menumbuhkan jiwa yang merdeka, dan menuntun menuju peradaban yang berlandaskan iman dan akhlak. []
Baca Juga: Pendidikan Prenatal dalam Al-Qur’an, Refleksi dari Kisah Keluarga Imran
Mi’raj News Agency (MINA)
















Mina Indonesia
Mina Arabic