sakit-pembersih-dosa.jpg">sakit-pembersih-dosa-300x266.jpg" alt="sakit pembersih dosa" width="300" height="266" />Oleh : Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Jujur, tak ada orang di muka bumi ini yang menginginkan sakit. Tapi bagaimana pun, sakit adalah sunnatullah (ketentuan Allah) yang pasti terjadi dan menimpa setiap manusia. Karena itu, bagi seorang Muslim, sakit merupakan ujian hidup untuk menguji sejauh mana kesabarannya, dan juga sebagai wasilah (sarana) untuk meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala yang memberi rasa sakit itu.
Sekali lagi, tidak ada orang yang ingin ditimpa penyakit. Meski demikian, ternyata ada maksud baik dari Allah Ta’ala atas penyakit yang diderita hamba-Nya. Dalam buku “Panduan Menghadapi Sakit dan Kematian” karya Ahmad Yani, disebutkan terdapat lima keutamaan sakit menurut Islam atnara lain sebagai berikut.
Pertama, Sakit Menghapus Dosa. Ini merupakan keutamaan yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena dengan sakit yang diderita oleh seorang Muslim, dosa yang pernah dilakukannya bisa terhapus karena penderitaannya dalam menghadapi penyakit menjadi kafarat (penebus) dosanya.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada seorang Mu’min yang menderita rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).
Kedua, Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Di Waktu Sehat. Hal ini karena ia tidak bisa menjalankan amal kebaikan itu bukan karena ia tidak mau, tetapi karena ia dalam keadaan sakit. Misalnya kalau kita biasa ke masjid untuk shalat berjamaah, tentu kita akan mendapatkan pahala yang besar, setiap langkahnya diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya, kemudian malaikat akan terus mengucapkan shalawat (memintakan ampunan) kepadanya, selama dia masih berada di ruangan shalat tersebut, namun pada saat ia sakit tentu tidak bisa ke masjid tapi ia akan tetap mendapat pahalanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka Allah mancatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia tidak bepergian atau sehat.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadis lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang menguatkan hadis di atas, “Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan, maka Allah berfirman kepada malaikat,“Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang biasa ia lakukan ketika sehat.” (HR. Abu Hanifah).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Ketiga, Memperoleh Pahala Kebaikan. Segala sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Seorang Muslim yang sabar dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, maka baginya pahala kebaikan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadis lain yang senada tentang ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan suatu musibah (sakit salah satunya, red.).” (HR. Bukhari).
Keempat, Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini karena di dalam di dalam surga ada derajat tertentu yang harus dicapai, bila seorang Muslim tidak mampu mencapainya dengan suatu amal, maka ia bisa memperoleh derajat yang tinggi itu dengan musibah atau penyakit yang dideritanya, misalnya mati syahid merupakan kematian yang sangat mulia, dia bisa dicapai dengan cara berperang di jalan Allah dan mati pada saat peperangan itu. Namun bila seseorang ingin memperoleh kematian yang mulia itu, tapi perang di jalan Allah secara fisik tidak terjadi, maka ia tetap bisa mendapatkan derajat mati syahid dengan penyakit yang menimpanya sehingga menyebabkan kematiannya.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Wabah adalah syahadah (mati syahid) bagi setiap muslim.”(HR. Bukhari)
Di dalam hadis lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya, maka Allah menguji dan mencobanya agar dia dapat mencapai derajat itu.” (HR. Thabrani)
Kelima, Memperoleh Ganjaran Berupa Surga. Ketika seorang Muslim menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran, misalnya penyakit yang sangat menyulitkan penderitanya dalam kehidupan ini seperti buta matanya, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, meskipun tidak menyenangkan, sakit merupakan ujian yang dapat memberikan keutamaan dan manfaat yang besar, baik bagi si penderita maupun keluarganya. Oleh karena itu, penyakit harus dihadapi dengan sikap, pemikiran dan prilaku yang positif (sabar). Menurut hukum Law of Attraction, jika seseorang selalu berlaku positif, maka hal yang positif tersebut insya Allah akan datang kepadanya. Misalnya ketika sakit, seseorang berpikiran dan memasukkan ke alam bawah sadar “sehat, kuat, sabar!!”. Maka hal tersebut dapat mempercepat kesembuhan kita.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
sakit.jpg">sakit-300x171.jpg" alt="sakit" width="335" height="191" />sakit/">Hikmah Sakit
Sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan oleh semua orang. Setiap orang ingin selalu sehat dan berupaya menjaga kesehatan. Namun, sakit kadang mesti diterima sebagai takdir dan cobaan. Setiap Muslim wajib percaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menurunkan penyakit, dan hanya Dia yang Mahakuasa menyembuhkan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Berobatlah, Allah tidak mengadakan penyakit melainkan Ia mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Sahabat bertanya, ‘Penyakit apakah itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘penyakit karena tua (pikun)’.” (HR Ahmad).
Sakit yang menimpa manusia mengandung hikmah di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap cobaan apa saja yang menimpa seorang Muslim, sampai sebuah tusukan duri, adalah karena salah satu dari dua sebab, yakni karena Allah hendak mengampuni kesalahannya yang tidak dapat diampuni melainkan dengan cobaan itu, atau Allah hendak memberi suatu kemuliaan yang tidak dapat dicapainya kecuali melalui cobaan itu.” (HR. Ibnu Abi Dunya).
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Dalam buku “Etika Kedokteran dalam Islam” karya Dr. H Ali Akbar, menguraikan kewajiban orang sakit antara lain; yaitu berobat, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, sabar dan jangan gelisah, ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, menyadari sakit/">hikmah sakit, bertobat, tetap berpengharapan sembuh, berwasiat (jika sakit keras), dan berbaik sangka kepada Allah Ta’ala.
Islam juga mewajibkan berobat bila sakit. Sementara sang dokter diwajibkan mengobati pasien. Segala penyakit yang diderita seseorang tetap ada harapan untuk sembuh dengan izin Allah Ta’ala tentunya, kecuali penyakit karena gejala umur yang disebut syaikhukhah dan sakit menjelang ajal.
Seorang ahli patologi terkemuka Inggris, Christine Galpin, mengatakan, “Ilmu pengetahuan sangat sedikit mengetahui tentang ketuaan dan kematian.” Demikian pula dengan Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya “Tadzkirah Rahasia Kematian” mengatakan, kematian adalah kafarat bagi seorang Muslim.
Dalam pengertian tersebut, sakit yang diderita seorang Mukmin menjelang akhir hayatnya dapat dipandang sebagai tanda Mahakasih Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari Abu Nu’aim bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang Mukmin yang melakukan kesalahan lalu diperberat (sakitnya) pada saat kematian, niscaya kesalahannya itu dihapuskan. Seorang kafir yang melakukan kebajikan, dipermudah kematiannya sebagai balasan kebajikan yang telah dilakukannya.”
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Mengunjungi dan mendoakan orang sakit sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Bila kalian berada dekat orang sakit atau baru meninggal dunia, ucapkanlah yang baik-baik, karena sesungguhnya malaikat akan mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan ketika itu.” (HR Muslim).
Selanjutnya patut diperhatikan makna hadis berikut, “Janganlah salah seorang kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sedang berbaik sangka kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim). Maksud hadis di atas adalah bagaimana pun dan dimana pun seorang Muslim dianjurkan agar selalu berbaik sangka kepada Allah Ta’ala. Dengan berbaik sangka itu pula hendaknya ia berharap kelak menghadap kepada Allah Ta’ala (wafat).
Semoga setiap Muslim menyadari bahwa ternyata, sakit adalah wasilah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala bagi setiap hamba-Nya untuk meraih husnul khatimah (akhir kematian yang baik). Sehingga ia akan mendapatkan curahan rahmat Allah di akhirat kelak, amin. (R02/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti