Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Idul Fitri: Menuju Kemenangan, Istiqamah dengan Amaliah Ramadhan

Insaf Muarif Gunawan - Ahad, 7 April 2024 - 10:54 WIB

Ahad, 7 April 2024 - 10:54 WIB

34 Views

Oleh: Ansaf Muarif Gunawan, Wartawan Kantor Berita MINA

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه،اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ:أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Tiada kata yang lebih tepat, lebih patut, dan lebih diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengungkapkan syukur kita selain ucapan Hamdallah (Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin). Di pagi yang cerah ini, kita berbondong-bondong keluar rumah menuju tanah lapang untuk menghadiri salah satu sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yaitu; shalat Idul Fitri secara berjamaah dan mendengarkan khutbah.

Kita hirup udara segar yang menyehatkan badan dan menjernihkan pikiran, kita susuri gang-gang dan jalan-jalan bersama keluarga dan kaum muslimin sedunia. Tua dan muda, balita dalam gendongan, anak-anak, pemuda dan pemudi, bapak dan ibu, kakek dan nenek, dengan penuh kebahagiaan menggerakkan kaki mereka sambil mengagungkan asma Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita berharap apa yang kita lakukan sebulan suntuk, sebulan penuh yang mengisi siang dan malamnya dengan aktivitas yang cukup melelahkan, menahan lapar dan dahaga, menahan pandangan dan syahwat, menahan lisan dan sebagainya demi untuk mendapat ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga dapat menghapus dosa-dosa kita di masa yang lalu.

Tidak lupa pula kita ucapkan shalawat serta salam kepada junjungan kita, sebaik-baik makhluk, penghulu para rasul, pembimbing umat manusia, uswah terbaik sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Dengan perantara beliau kita dapat mengenal apa itu Islam, iman, kitab, kebaikan dan keburukan, ketaatan dan maksiat, haq dan batil, surga-neraka dan sebagainya, tidak lupa pula semoga tercurah kepada segenap istri beliau, sahabat, pengikut dan kaum muslimin seluruhnya. Semoga kita salah satu umanya yang mendapatkan syafaat beliu di yaumul qiyamah. Amiin ya Rabbal Alamin.

Selanjunya, marilah kita tingkatkan ketaqwaan dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga dengan taqwa kita mendapat solusi permasalahan hidup dan jalan keluar dari segala kesulitan. Gelapnya kehidupan dunia yang kian hari kian banyak persoalan yang samar dan tersembunyi. Duri-duri kehidupan yang menanti mangsa, jebakan maut yang telah banyak memakan kurban, halangan yang kita sulit untuk melampauinya, tidaklah kita berhasil sampai tujuan kecuali dengan berpegang teguh dengan taqwa.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi  

Pada hari raya Idul Fitri ini, kita wajib bersyukur kepada Allah, Rabb semesta alam, yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang luar biasa banyak dan tiada tara ragamnya, khususnya:

Pertama, nikmat bertemu dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan 1445 H.

Kedua, kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan ibadah selama Ramadhan dengan sebaik baiknya.

Di bulan Ramadhan, kita semua merasa sangat berbahagia. Tak terasa berlinang air mata, mengingat akan kealpaan, dosa, kelalaian, dan kemaksiatan diri Inilah bulan tempat kita berkaca dan memperbaiki dan Inilah bulan penuh ampunan. Ampunan atas seluruh dosa kita sebelumnya.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Ada getar keharuan dalam hati kita. Ramadhan yang penuh berkah, berlimpah rahmat, dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, telah meninggalkan kita. Akankah kita bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Wallahu A’lam. Kita tidak tahu.

Ada pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita: Apa yang kita dapatkan melalui puasa sepanjang bulan Ramadhan kemarin? Benarkah kita menjadi makin bertaqwa?

Bila benar, mengapa semua itu tidak berkorelasi dengan upaya perbaikan kondisi masyarakat dan umat di sekitar kita? Padahal mereka telah melewati puluhan Ramadhan dan mengisinya dengan beragam ibadah. Kesenjangan sosial tetap merajalela, korupsi makin menggila, berbagai kemunkaran dan kemaksiatan masih bertebaran, penindasan tak kunjung reda, kerusakan moral belum terbendung.

Lihatlah apa yang terjadi di sekeliling kita! Hidup semakin terasa berat, beban ekonomi dan sosial seolah tak tertahankan. Sementara, segelintir orang bergelimang dalam kemewahan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Dengarkan pula jerit tangis saudara-saudara kita seiman di Palestina, dan juga negeri-negeri kaum muslimin yang sedang terjajah oleh kekuatan zionis Yahudi dan kafirin. Mungkin banyak di antara mereka yang tidak merasakan nikmatnya Ramadhan dan Idul Fitri sebagaimana yang kita rasakan.

Saudara kita di Palestina. Mereka melewati bulan Ramadhan di tengah ancaman senjata. Para thagut pimpinan AS dan sekutu-sekutunya, serta kaum Zionis tanpa henti terus menumpahkan darah, melecehkan kehormatan dan merampas kekayaan kaum muslimin.

Penderitaan rakyat Palestina selayaknya menyatukan manusia di dunia ini yang memiliki hati nurani, dari manapun mereka berasal, untuk mengutuk kebiadaban Zionis Israel.

Di sisi lain, mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk terbebas dari penjajahan dan mendapatkan kembali hak-hak mereka ialah keharusan, karena membela mereka berarti membela kemanusiaan.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Bagaimana membela Palestina? Ada cara-cara yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka, di antaranya:

Pertama, berdoa. Doa adalah senjata mukmin, bantuan terbesar dan mudah kita lakukan adalah doa. Lantunkan bait-bait doa kita di setiap tempat dan waktu mustajab. Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan mengabulkan doa-doa hamba yang penuh keikhlasan dan hanya berharap kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ (البقرة [٢]: ١٨٦)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Kedua, menyebarkan berita yang valid dan benar tentang kejadian sesungguhnya di Palestina. Hal itu sangat bermanfaat, di tengah gencarnya media-media pro Zionis dalam melakukan kebohongan, seolah-olah Zionis lah yang menjadi korban.

Viralkan berita Palestina ke seluruh dunia, kabarkan kepada mereka tentang kejadian yang sesungguhnya agar dunia tahu, Zionis lah yang melakukan kejahatan dan penjajahan.

Ketiga, mengajarkan pada generasi muda kita, kecintaan pada Masjidil Aqsa dan keutamaan bumi Palestina.

Keempat, menyadarkan kaum Muslimin, bahwa untuk membebaskan Al-Aqsa dan Palestina, umat Islam harus saling membantu, bersinergi, berhimpun dalam shaf perjuangan yang sama, dalam ikatan persaudaraan yang hakiki, bersih dari segala kepentingan duniawi. Persatuan umat merupakan kunci datangnya rahmat dan pertolongan. Sebaliknya, berpecah belah hanya akan melemahkan kekuatan umat Islam.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Kelima, menyalurkan bantuan kepada lembaga-lembaga terpercaya, kiranya hal itu dapat membantu meringankan beban mereka.

Semoga umat Islam mampu bersatu padu dan saling membantu dan bangsa Palestina segera terbebas dari penjajahan, Al-Aqsa kembali ke pangkuan umat Islam.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

Inilah sekilas wajah umat Islam saat ini. Umat yang disebut Allah sebagai khairu ummah, kini sedang tertindas akibat kebiadaban zionis.

Mengapa semua ini terjadi?

Jika kita meneliti dengan cermat, sesungguhnya penyebab utama dari keterpurukan umat Islam adalah saat kehidupan umat tidak lagi diatur dengan aturan Islam, tetapi diatur dengan sistem Demokrasi serta Kapitalisme Sekular. Aturan Allah Ta’ala diabaikan. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Q.S Thaha [20]: 124.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”

Imam Ibnu Katsir berkata menafsiri ayat tersebut, “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku yaitu dengan menyelisihi perintah Ku dan apa yang telah Aku turunkan pada rasul-Ku, dia berpaling darinya dan berpura-pura lupa serta mengambil selain petunjuk-Ku, bag ya penghidupan yang sempit. Yaitu di dunia dia tidak mendapatkan ketenangan dan kelapangan dada, bahkan dadanya terasa sempit sesak karena kesesatannya. Walaupun nampaknya dia bernikmat-nikmat dengan makan, pakaian, dan bertempat tinggal sekendaknya, sesungguhnya hatinya tidak akan mendapatkan nikmatnya keyakinan dan petunjuk. Dia dalam kebingungan, kegoncangan, dan keraguan. Dia akan senantiasa dalam keraguan dan kebimbangan. Inilah yang disebut dengan kehidupan yang sempit.”

Kita harus paham bahwa tidak ada ajaran yang memerintahkan kita wajib menaati Allah dan rasui-Nya hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah itu kita kembali berbuat dosa dan meninggalkan kebiasaankebiasan baik selama bulan Ramadhan. Ramadhan kita jadikan titik tolak kembali ke fitrah sejati, kita bangun komiumen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan.

Istiqamah untuk melestarikan kehidupan di bulan Ramadhan menjadi tugas kita bersama. Jika di bulan Ramadhan kita ringan untuk shalat tarawih, membaca Al-Our’an, dan puasa di siang harinya, maka kebiasaan tersebut kita teruskan setelahnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah berpesan dalam haditsnya tentang Istiqomah .

عَنْ أَبِيْ عَمْرٍو –وَ قِيْلَ أَبِي عَمْرَةَ- سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ قُلْ لِيْ فِيْ الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ أَمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. )رواه مسلم(

Dari Abu ‘Amr –ada yang mengatakan Abu ‘Amrah- Sufyan bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku tentang Islam, sesuatu perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang lain selain kepadamu.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah’.” (H.R. Muslim)

Dalam hadits lain, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengingatkan Abdullah bin ‘Ash Rodiyallahu Anhu untuk melazimi giyamul lail:

يَا عَبْدَاللَّهِ لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

“Wahai Abdullah jangan kamu seperti si fulan orang itu melakukan salat malam, kemudian ia tinggalkan.” (H.R. Al-Bukhari No. 1152)

Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang dan malam. Siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam.

Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al-Quran, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al-Quran dilupakan begitu saja.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan Allah Subahanahu wa Ta’ala.

Paling tidak ada beberapa hal yang bisa kita petik dari ibadah puasa yang telah kita lakukan pada bulan Ramadhan kemarin. Di antaranya adalah:

  1. Mengendalikan nafsu dari maksiat.

Pada bulan Ramadhan kita telah dilatih untuk mengendalikan nafsu. Kita cegah diri kita dari makan, minum, berhubungan suami istri dan berbagai larangan yang bisa merusak makna puasa. Maka, setelah Ramadhan kita harus mampu untuk mengendalikan nafsu dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

Orang yang tidak bisa mengendalikan nafsunya persis seperti binatang. Dia akan memakan apa saja, berbuat apa saja, karena memang binatang tidak diberikan pikiran untuk menimbang baik dan buruk.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam (QS. Al-A’raf [7]: 179.)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tdak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dhpergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Saat ini karena jauhnya umat dari agamanya, banyak manusia yang menjadi seperti binatang. Kewajiban kita adalah menyadarkan dari kita dan umat untuk menahan nafsu dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

  1. Bersungguh-sungguh untuk mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya.

Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh dengan sepenuh hati kepada Allah Ta’ala. Bila Allah memerintahkan kepada kita puasa, kita langsung puasa. Padahal itu perbuatan yang sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh dikerjakan. Iu menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak menaati perintah Allah. Sebab Dia-lah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang dari-Nya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikuti-Nya pasti celaka. Karena Dia-lah yang memiliki langit dan bumi. Dia-lah pula Raja di Hari Pembalasan.

Silahkan cari alasan untuk tidak menaati Allah, Anda pasti akan menemukan jalan buntu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam  (Q.S. Al-Ahzab [33]: 36).

مِنْ اَمْرِهِمْۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urasan mereka, Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”

Dalam sejarah banyak contoh kaum terdahulu yang sombong, tidak mau menaati Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu Allah hancurkan. Allah tidak gentar dengan kekuatan apapun dari makhluk-Nya, juga tidak pernah takut akibar apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab kepada mereka. Perhatikan apa yang telah Allah timpakan kaum Ad, Tsammud, Fir’aun, Nuh dan sebagainya!

Tidak ada jalan bagi satu negeri pun untuk meraih kesuksesan kecuali bersungguh-sungguh menaati Allah. Dan tidak mungkin suatu masyarakat menjadi masyarakat yang bahagia kecuali dengan menaati Allah dan rasul-Nya.

  1. Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan.

Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Kita telah berhasil membuktikan selama bulan Ramadhan meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Sia-sia artinya tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah Ta’ala. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al-Quran dan terjaga dari segala yang diharamkan.

Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.

Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد

Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita berazzam mulai saat ini, mulai detik ini, di tempat ini, amalan-amalan shalih yang mendekatkan kita kepada Allah yang telah kita lakukan di bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, kita lanjutkan di bulan-bulan yang lain. Kita jadikan bulan Ramadhan yang telah meninggalkan kita sebagai titik tolak meningkatkan kualitas keimanan dan keislaman kita. Shalat jamaah, puasa, shalat malam, sedekah, tilawah Al-Quran jangan sampai menjadi kenangan berlalu yang tidak lagi kita biasakan sebagaimana bulan Ramadhan telah berlalu.

Aktivitas dan perbuatan dosa yang kita tinggalkan dan kita benci selama bulan suci ini, perbuatan sia-sia yang kita hindari di bulan yang penuh barakah ini, kita berusaha dengan sungguh-sungguh dan mohon pelindungan kepada Allah agar dijauhkan darinya dan diberi ganti yang lebih baik.

Marilah kita akhiri khutbah ini dengan sejenak menundukkan kepala, menghadirkan hati dengan penuh kerendahan, takut, tawadhu’ dan penuh harap memohon kepada Allah, Dzat yang kepada-Nya kita mengadu dan minta pertolongan. Kita berdoa untuk kebaikan dunia akhirat, untuk kepentingan diri kita sendiri, keluarga, dan kaum muslimin seluruhnya. Marilah kita berdoa, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita.

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَا فِى فِلِسْطِيْنِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آلْمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Tausiyah
Kolom