Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Bahaya Riya’ Renungan Surah Al-Ma’un, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Widi Kusnadi - Kamis, 5 Oktober 2023 - 20:36 WIB

Kamis, 5 Oktober 2023 - 20:36 WIB

291 Views

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan anugerah-Nya kepada kita. Nikmat-nikmat yang kita rasakan merupakan anugerah yang tiada ternilai harganya. Jika kita hendak menghitung nikmat-nikmat itu, niscaya kita tidak akan sanggup menghitungnya.

Dengan nikmat-nikmat itu, hal yang pantas kita lakukan adalah menggunakannya untuk menjalankan ibadah dan ketaatan. Mari kita bersemangat dalam menjalankan ibadah semaksimal kemampuan sebagai wujud syukur kita kepada Allah Ta’ala.

Meskipun Allah Ta’ala memberi nikmat kepada kita tiada terkira, namun Dia ridha dengan syukur kita yang sedikit, sepanjang kita persembahkan tulus ikhlas kepada-Nya.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Ma’un [107] yang berbunyi:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ [١] فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ [٢] وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ [٣] فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ [٤] الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ [٥] الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ [٦] وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ [٧] (الماعون [١٠٧]: ١ــ٧)

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1) Itulah orang yang menghardik anak yatim. (2) Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (3) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat. (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya. (5) Orang-orang yang berbuat riya’. (6) Dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. (7)”

Mayoritas ulama mengatakan, surah Al Ma’un diturunkan di Mekah. Namun sebagian surahnya diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam setelah peristiwa hijrah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah    

Pengarang kitab tafsir pertama, Ibnu Juraij menyatakan, tiga ayat pertama surah Al Ma’un turun, dilatarbelakangi saat Abu Sufyan yang menghardik dan mengusir anak yatim saat ia meminta daging unta yang disembelihnya.

Sedangkan ayat selanjutnya, turun berkenaan dengan orang-orang munafik yang mereka melakukan shalat, namun bukan untuk Allah Ta’ala, melainkan untuk tujuan riya’ (pamer).

Ayat di atas menyebut ciri-ciri orang yang celaka, yaitu mereka yang lalai dari shalatnya, melakukan shalat hanya untuk dilihat dan dipuji manusia. Ia terlihat rajin saat bersama banyak orang. Namun malas dan absen dari shalat berjamaah saat orang-orang tidak memperhatikannya.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, yang dimaksud ayat di atas adalah orang-orang munafik, sebagaimana disebutkan dalam surah An-Nisa [4] ayat 142:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Memimpin Umat

…،وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلاً (النساء [٤]: ١٤٢)

“Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, makna riya’ adalah mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi melalui ibadah, dan mencari kedudukan di hati manusia.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Nabi Muhammad Sebagai Teladan Utama

Riya adalah penyakit yang tidak terlihat mata, atau bersifat abstrak. Penyakit itu sangat sulit dideteksi oleh orang lain, bahkan yang pelakunya sendiri sering tidak menyadarinya.

Sahabat Abu Sa’id al Khudri Radhiallahu ‘anhu menyam-paikan sebuah hadits bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ ، قَالَ قُلْنَا بَلَى ، فَقَالَ : الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ (رواه ابن ماجة)

“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,“Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu ia menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”.[HR Ibnu Majah).

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memahami Makna Toleransi

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berkata,” Sudah jelas dari ayat-

ayat dan hadits serta penjelasan para imam, bahwa riya’ itu dapat menghapus pahala amal, menjadi sebab kemurkaan Allah, pelakunya mendapat laknat serta dijauhkan dari rahmat dan ampunan Allah. Riya’ termasuk dosa besar yang menghancurkan.”

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhahu menjelaskan, ada empat tanda riya’:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneguhkan Konsep Ummatan Wasathan

Pertama, malas beribadah saat sendirian.

Malas beribadah disebabkan karena banyaknya maksiat dan dosa pada dirinya sehingga hatinya tertutup rapat. Cahaya hidayah tidak mampu menembus hatinya yang sudah penuh dengan tumpukan dosa.

Kedua, rajin saat berada di tengah-tengah manusia.

Ia ingin menunjukkan amal-amalnya kepada manusia, mengabadikan amalnya, mengajak awak media untuk meliput kegiatan-kegiatannya. Ia senang ditonton banyak orang. Ia bangga ketika manusia bertepuk-tangan untuk dirinya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Islam Memandang Kekuasaan  

Ketiga, bertambah semangatnya saat mendapat sanjungan dan pujian.

Ia bangga dengan apresiasi yang ia terima. Ia tersanjung dengan sorak sorai dari pemirsa. Hatinya bangga saat orang-orang menjabat tangan berterima kasih kepadanya. Baginya pujian adalah energi.

Keempat, kendor semangat saat mendapat cacian dan celaan.

Celaan orang membuat ia hilang konsentrasi. Hinaan membuat ia lepas kendali. Ia marah saat manusia tidak menghargai. Ia kehilangan gairah saat hinaan mengampiri.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Meneladani Keagungan Akhlak Rasulullah

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Riya’ adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Riya’ termasuk akhlak tercela yang seyogyanya umat Islam semua mampu menghindarinya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan agar selamat dari riya’ antara lain:

  1. Selalu memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sifat manusia yang lemah dan bodoh mengaruskan dirinya selalu memohon pertolongan Allah Ta’ala. Hanya dengan izin dan pertolongan-Nya saja lah, kita semua mampu terhindar dari bahaya penyakit tersebut.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dan Hubungannya dengan Dukungan Perjuangan Palestina

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan sebuah doa sebegaimana dalam sabdanya:

اللَّهُمَّ إِنا نَعُوذُ بِكَ مِن أَنْ نُشرِكَ بِكَ شَيئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ (رواه البخارى)

“Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari memper-sekutukan sesuatu dengan-Mu atas apa yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa-apa yang tidak kami ketahui.” (HR. Al-Bukhari)

  1. Menyembunyikan dan merahasiakan amal

Allah Ta’ala sangat menyukai hambanya yang melakukan amal ibadah secara diam-diam. Hal itulah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu ketika menunaikan amalan-amalan yang bersifat pribadi maupun sosial.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengabarkan, bahwa salah satu golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala di hari kiamat nanti adalah, mereka yang bersedekah secara rahasia:

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ (رواه البخارى)

“Seseorang yang bersedekah kemudian ia menyem-bunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Al-Bukhari)

  1. Saling menasihati, hidup dalam suasana persaudaraan.

Iman manusia bersifat fluktuatif, bisa bertambah, juga bisa berkurang. Maka, ia memerlukan nasihat untuk dapat segera keluar dari kesalahan.

Bagi umat Islam, nasihat merupakan tanda kasih sayang. Kita hendaknya menyikapinya dengan kelembutan dan kebesaran jiwa. Hidup dalam suasana persaudaraan menjadi hal yang sangat dibutuhkan manusia agar ia senantiasa terjaga dalam kebaikan dan ketaatan.

Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Kebiasaan seorang mukmin itu menutupi aib saudaranya dan saling menasehati di antara mereka. Sedangkan orang fajir (pelaku dosa) mereka suka menyebar aib dan menjelek-jelekkan saudaranya.”

Semoga kita terhindar dari sifat munafik dan riya’.  Semoga Allah menyempurnakan amal-amal kita yang tak sempurna dan berkenan menerimanya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah kedua: 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى مُحَمّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ وَسَوِّصُفُوْفَهُمْ وَوَحِّدْ اَرَاأَهُمْ بِفَضْلِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ لخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(A/P2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Kolom
Kolom
Kolom