بســــــــــــــــــم الله الرحمن الرحيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَ لَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آَلِهٖ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا، أَمَّا بَعْد .
Marilah kita selalu memotivasi diri untuk untuk meraih gelar terbaik, yakni muttaqin, sebagai puncak dan tujuan dari semua ibadah. Karena dengan ketakwaan yang terus-menerus dipupuk, dirawat dan dipelihara dalam diri, keluarga, lingkungan, masyarakat dan bangsa kita, insya-Allah akan membuahkan kesejahteraan dan keberkahan hidup yang didambakan umat manusia.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dalam kesempatan khutbah ini, marilah ita renungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ (البقرة [٢]: ١٤٣)
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Prof. Wahbah al-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir menegaskan bahwa kata “al-wasath” adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah. Makna tersebut digunakan untuk sifat atau perbuatan yang terpuji, seperti pemberani adalah pertengahan di antara takut dan gegabah.
Sementara Syaikh Muhammad bin Jarir At-Thabary memiliki definisi yang sangat menarik, yakni memberikan makna al-wasath dengan al-‘adl, karena hanya orang-orang yang adil saja yang bisa bersikap seimbang dan bisa disebut sebagai orang pilihan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kaum Muslimin sebagai umat yang terbaik, penegak keadilan, pemberi kedamaian dan keamanan di antara kelompok dan golongan, tidak melampaui batas dalam menegakkan ajaran agamanya, juga tidak sekehendak sendiri di dalam menunaikan kewajibannya.
Secara teologis, Islam menanamkan nilai ketauhidan. Islam menafikan atheisme ataupun politeisme. Islam menampik jalan maddiyun yang menghamba kepada materi dan duniawi, juga menolak jalan ruhaniyyun yang berbasis kemalasan dengan alasan mengejar ukhrawi, tetapi melupakan urusan duniawi.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Islam terdiri atas komponen akidah, muamalah, dan akhlak yang harus diimplementasikan secara harmonis, sinkron dan seimbang. Islam bukan semata-mata menawarkan ilmu, tetapi mewajibkan pengamalan atas ilmu tersebut yang bermuara pada kemaslahatan umat manusia.
Kaum Muslimin sebagai ummatan wasathan mengharuskan untuk dapat berinteraksi dengan semua pihak secara terbuka dengan mengedepankan kebersamaan. Relasi sosial dibentuk dengan tidak membatasi diri pada sekat-sekat agama, melainkan mampu hidup rukun berdampingan dengan penganut agama lainnya, berinteraksi dengan suku dan etnis yang beragam, warna kulit yang beda, dan segenap perbedaan-perbedaan lainnya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kelompok ekstremis adalah mereka yang menganut paham kekerasan. Kelompok tersebut cenderung berpikiran tertutup, menolak pendapat yang tidak sama dengannya, tidak bertoleransi, anti perbedaan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ekstremisme dipengaruhi faktor domestik seperti; ketidakadilan, buruknya kesejahteraan, rendahnya pendidikan, kecewa pada pemerintah, serta dendam yang tak berkesudahan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya; pemahaman agama yang dangkal, penafsiran yang sempit dan tekstual, serta indoktrinasi ajaran agama yang sesat.
Islam sama sekali tidak mengajarkan ekstremisme dan terorisme yang mengedepankan cara-cara kekerasan, dan merasa diri dan kelompoknya paling benar dalam memahami agama.
Inilah tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam, yakni memberi pemahaman kepada umat dengan benar, tidak boleh keliru, apalagi salah, sehingga menimbulkan perpecahan umat, ekstrimisme dan tindakan terorisme.
Islam adalah agama yang Rahmatan lil Alamin, menebar kasih sayang kepada seluruh alam. Tidak hanya kepada manusia, bahkan kepada binatang, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan yang harus merasakan lembutnya kasih sayang dan luasnya rahmat dengan hadirnya Islam di tengah-tengah mereka.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam berpesan, seorang Muslim yang baik adalah mereka yang memberi rasa aman bagi siapa saja yang ada di sekelilingnya, kepada lingkungan tempat bergaul, dan bekerja, serta masyarakat tempat ia tinggal, sehingga tercipta kedamaian dan ketenteraman dan kesejukan dalam hidup bermasyarakat.
Dalam hadits lain, beliau bersabda:
(رواه الطبرانى ودارالقطنى) « المُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ ، وَلَا خَيْرَ فِيْمَنْ لَا يَأْلَفُ ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ »ـ
“Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi sebanyak-banyak manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Maka, setiap aktivitas yang berbau ekstremisme, radikalisme dan terorisme bertentangan dengan ajaran Islam yang damai, sejuk dan menenteramkan.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ekstremisme bagaimanapun juga tidak boleh menyebar di kalangan umat. Akan tetapi, untuk menghentikannya, jangan pula dilakukan dengan cara ekstrem dan kekerasan yang sama. Sebagaimana pepatah mengatakan “Kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan, hanya cahaya yang bisa menyirnakannya, dan kebencian tidak akan mampu membendung kebencian, hanya cinta yang mampu memadamkannya.”
Bagaimana petunjuk Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam menanggulangi ekstremisme dan terorisme di kalangan umat? Hudzaifah bin Yaman, seorang sahabat yang jenius, memiliki pandangan futuristik, menanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam tentang berbagai fitnah yang terjadi di akhir zaman.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Jawaban Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam sangat lugas.
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ (رواه البخارى)
“Tetaplah Engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka”. (HR Al-Bukhari)
Ini merupakan penjelasan yang terang sebagai jalan keluar dari segenap fitnah syarr (keburukan), dan duatun ‘ala abwabi jahannam, yang termanifestasi dalam kondisi riil dengan maraknya faham yang memecah-belah ummat, ekstremisme dan terorisme.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Semua fitnah itu memiliki satu jawaban untuk menyelesaikannya, yakni dengan hidup berjamaah dalam masyarakat Islam.
Bagi umat Islam, hadits tersebut menjadi panduan bagaimana melaksanakan syariah Islam secara damai, jauh dari sikap ekstremisme.
Hadits tersebut juga menunjukkan agar ummat Islam senantiasa berjuang mengamalkan dan menegakkan nilai-nilai luhur kehidupan berjamaah, dengan terpimpin, sehingga setiap gerak langkahnya senantiasa bersama, terkontrol dan terkoordinasi.
Islam menegaskan pentingnya kebersamaan, karena kehidupan di dunia ini seperti berlayar di tengah samudera luas. Ombak yang bergulung-gulung mampu membawa siapa saja dan apa saja terombang-ambing di tengah lautan. Maka, hidup berjamaah dalam kemasyarakatan Islam, laksana sebuah kapal besar yang mampu menampung banyak orang untuk dapat berlayar, mengantarkan penumpangnya mencapai satu tujuan, yaitu tegaknya keadilan dan terlaksananya syariah Islam di muka bumi ini.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita semua dari berbagai fitnah, membebaskan manusia dari segala bentuk penjajahan dan kedzaliman, keadilan kembali tegak di muka bumi dan umat Islam mampu mewujudkan masyarakat Islami sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang membawa misi Islam yang Rahmatan lil Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2:
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
اَلحَمْدُ لِلّٰهِ حَقَّ حَمْدِهِ. وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَالصَّلاَةُ وَاسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِعَبْدِهِ، مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ لِقَاَرَبّهِ. أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)