Khutbah Jumat: Keutamaan I’tikaf Sepuluh hari Terakhir Bulan Ramadhan, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه،اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ:أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai bukti keimanan dan ketakwaan kita. Salah satu nikmat yang Allah Ta’ala berikan  adalah, hari ini kita berada di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Ibarat membangun sebuah gedung. kita sudah mencapai tujuh puluh persen, tinggal tiga puluh persen lagi sisanya yang menjadi penentu. Jika finishing-nya bagus, maka akan menjadi bangunan yang indah. Tapi jika finishing-nya tidak baik, tentu nilai dan kualitasnya menjadi rendah sehingga tidak bisa menjadi gedung yang dibanggakan.

Demikian juga di bulan Ramadhan ini, memasuki sepertiga yang akhir, mari lebih giat lagi menyempurnakan ibadah Ramadhan. Marilah kita maksimalkan episode terakhir Ramadhan ini dengan i’tikaf sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat mencontohkan.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 187:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ ٱللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَٱلْـَٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَٱبْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَٰشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَٰكِفُونَ فِى ٱلْمَسَٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (البقرة [٢]: ١٨٧)

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, ayat tersebut merupakan rangkaian tuntunan ibadah bulan Ramadhan. Ibadah utamanya adalah puasa, sedangkan penyempurnanya adalah i’tikaf.

Dalam sebuah hadits, Ibunda Sayyidah Aisyah Radhiallahu ‘anha menceritakan:

أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

“Bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beritikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini dilakukannya sampai beliau wafat. Sepeninggal beliau, tradisi itikaf dilanjutkan oleh para istri-istrinya” (Muttafaqun Alaih).

Sementara itu, seorang ulama kontemporar, Guru Besar Universitas Qasim, Saudi, Prof. Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil menjelaskan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menyantuni dan melapangkan orang-orang yang menunaikan i’tikaf.

Bentuk penyantunan kepada orang-orang yang beri’tikaf, antara lain dengan menyediakan tempat yang bersih dan nyaman, memberi makanan dan minuman, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan, juga membuat program-program yang membantu mereka meningkatkan ilmu dan wawasan.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

I’tikaf adalah bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ibadah di masjid. Dalam I’tikaf, seseorang melakukan ibadah layaknya malaikat yang tidak bermaksiat kepada Allah Ta’ala, senantiasa mengerjakan perintah-perintah-Nya, serta bertasbih memuji-Nya siang dan malam.

I’tikaf merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberikan kesempatan bagi diri untuk berkomunikasi lebih intens dengan Allah Rabbul Izzati, sekaligus menjadi sarana bagi seorang hamba untuk merenung menggunakan akal pikiran dan hati, menyucikan jiwanya dengan kajian ilmu, dzikir dan berbagai amalan ketaatan dengan sepenuh hati.

Sungguh akan terasa nikmat apabila kita dapat khusyu’ bermunajat kepada Allah Ta’ala, sejenak meninggalkan kesibukan urusan dunia, dan fokus hanya berduaan, bermesraan dengan Allah, Zat Yang Maha Menguasai segala urusan.

Dengan i’tikaf, diharapkan kita mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan, prestasi dan kegagalan, keikhlasan dan pamrih dalam amalan, kejujuran dan kebohongan, dan segala perbuatan yang telah kita kerjakan.

I’tikaf merupakan waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi. Interospeksi diri akan membuat kita semakin berhati-hati dalam bertindak di masa depan. Introspeksi juga memberikan kita kebijaksanaan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan.

Introspeksi (muhasabah) juga menjadi salah satu bekal utama menuju kampung akhirat, Sebelum amal-amal kita dihisab, maka terlebih dahulu kita hisab diri kita agar mampu menyempurnakan amal-amal baik kita, dan memohon ampun dari segala salah dan dan dosa. Dengan introspeksi, kita akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Ada beberapa keutamaan yang akan diraih oleh seseorang yang melaksanakan i’tikaf di masjid:

Pertama, berpeluang mendapatkan lailatul qadar.

Lailatul Qadar adalah malam yang mulia. Seseorang yang beribadah di malam itu, nilainya lebih baik dari seribu bulan lamanya. Ruhul Qudus, yakni Malaikat Jibril Alaihi salam dan para malaikat lainnya turun ke langit dunia, mencatat amalan manusia dan melaporkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang melakukan ibadah dan amal shaleh pada malam itu, khususnya mereka yang melakukan i’tikaf, akan menjadi orang-orang yang mulia. Ketaatan yang dilakukan pada malam itu memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lailatul Qadar juga bermakna ketentuan ilahi dalam kehidupan manusia. Itulah malam ketika Allah menentukan takdir umat manusia dan semua peristiwa yang akan terjadi pada tahun selanjutnya. Takdir itu meliputi hidup dan mati, suka dan duka, musibah dan bencana serta semua hal yang terjadi pada diri manusia.

Kedua, setiap saat mendapat pahala.

Diam dan tidurnya seseorang di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah mendatangkan pahala berlimpah di sisi-Nya karena ia dalam kondisi ber’itikaf. Hal itu tentu berbeda, jika dibandingkan dengan tidur di rumah.

Pada saat-saat terjaga, ia mengisi waktunya dengan shalat, tilawah, dzikir, bermunajat, tafakkur atau mengkaji ilmu, semuanya bernilai mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga, tidak tertinggal shalat fardhu dan lebih giat menunaikan ibadah sunnah.

Seorang mu’takifin pastinya tidak ketinggalan menunaikan shalat fardhu, karena ia sudah berada di masjid. I’tikaf juga membantu seseorang lebih mudah menunaikan shalat sunnah karena tidak disibukkan dengan urusan dunia.

Selain itu, ia juga mendapatkan pahala menunggu datangnya waktu shalat berikutnya. Para malaikat yang mulia akan selalu mendoakan mereka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya salah seorang di antara kamu tetap akan mendapat pahala shalat, selama menunggu shalat (berikutnya). Dan para malaikat pun akan mendoakan, “Ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, berilah dia rahmat,” selama ia belum beranjak dari tempat shalatnya (masjid) atau sebelum terkena hadats.” (HR. Al-Bukhari).

Keempat, Mendapatkan keberkahan dengan memakmurkan masjid.

Dengan beri’tikaf, kita dapat memakmurkan masjid secara maksimal, sekaligus terhindar dari godaan syaitan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

اِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْاِنْسَانَ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَاةِ القَاصِيَةِ وَالنَّاخِيَةِ فَإِيَاكُمْ وَالشَّعَابِ وَعَلَيْكُمً بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَةِ وَالْمَسْجِدِ (رواه احمد)

“Sesungguhnya Syaitan adalah (bagaikan) serigala terhadap manusia, seperti serigala yang akan menerkam kambing yang menjauh dari kelompoknya. Maka janganlah kalian menempuh jalan sendiri-sendiri dan hendaklah kalian (hidup) berjamaah, bersama orang banyak dan ke masjid.” (HR Ahmad)

Kelima, Meningkatkan intensitas dan fokus beribadah.

Setelah kita menjalani dua pertiga bulan Ramadhan, mungkin kita belum maksimal beribadah karena masih sibuk dengan urusan duniawi. Maka dengan i’tikaf dan meninggalkan sejenak urusan duniawi, kita akan maksimal dan fokus dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

يَا ابْنَ آدَمَ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلأُ قَلْبَكَ غِنًى، وَأَمْلأُ يَدَيْكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ! لاَ تُبَاعِدْنِيْ فَأَمْلأُ قَلْبَكَ فَقْرًا،وَأَمْلأُ يَدَيْكَ شُغْلاً (رواه الحاكم)

“Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu ) dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia).” (HR Al-Hakim)

Semoga kita mampu mengakhiri bulan Ramadhan dengan ibadah terbaik dan mengisi sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini dengan amal-amal yang maqbul, diterima di sisi Allah Ta’ala. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةُ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَا فِى فِلِسْطِيْنِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(A/P2/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.