I’tikaf dan Pembebasan Al-Aqsa

Oeh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA, Duta Al-Quds Internasional

Pasukan pendudukan Israel dan para pemukim ilegal Yahudi akhirnya terpaksa harus mundur dari penyerangan harian dan malam terhadap jamaah Masjid Al-Aqsa, yang dimulai sejak awal bulan suci Ramadhan ini.

Kesabaran dan keteguhan jamaah Masjid Al-Aqsa yang istiqamah berjamaah dan memperkuatnya dengan i’tikaf pada 10 malam Ramadhan, telah membuat pasukan zionis itu kehilangan cara mengusirnya.

Doa-doa yang dipanjatkan para mu’takifin, telah mengiringi roket-roket menjelajah Tinggi dari wilayah Lebanon menuju Yahudi ilegal.

Dikatakan ilegal karena pada dasarnya mereka telah merampas dan mengusir para pemilik tanah aslinya, warga Arab Palestina, Muslim Palestina.

Masjid Al-Aqsa memang merupakan sumber inspirasi bagi semua bangsa Arab, dan pusat dari seluruh perjuangan Muslimin dunia.

Betapa rudal-rudal dari Lebanon itu secara praktis berarti bahwa eskalasi di Masjid Al-Aqsa dapat memicu seluruh wilayah dan membawa Israel ke perang habis-habisan.

Eskalasi Israel baru-baru ini di Yerusalem yang diduduki dan Masjid Al-Aqsa praktis terhalang, dan Israel terpaksa mundur dari upaya mencegah jamaah i’tikaf. Ini adalah kasus yang sangat jarang, yang menunjukkan bahwa situasi di seluruh wilayah telah berubah, dan apa yang bisa dilakukan Israel di masa lalu tidak lagi terjadi hari ini.

Ribat (penjagaan) di Masjid Al-Aqsa yang diberkahi pun terus berlanjut, dan i’tikaf malam di dalamnya juga berlanjut, meskipun serbuan berulang kali dilakukan oleh pemukim dan provokasi terus menerus, dari pasukan pendudukan. Upaya bangsa Yahudi itu tidak berhasil mencegah orang-orang Palestina dari Ribat di dalam Masjid Al-Aqsa.

Belum ditambah kutukan, kecaman dan protes warga Muslim dunia dan pecinta kemanusiaan, yang ditujukan kepada pemerintahan Benjamin Netanyahu. Aksi demonstrasi pekanan oleh warga Israel sendiri, telah membuat PM Netanyahu risau. Ini ditandai dengan penetapan kembali Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada Senin (10/4/2023), setelah belum sebulan ia memecatnya.

Maka, Rabu malam (19/4/2023), sebanyak 20.000 jamaah, di tengah cuaca malam dingin, di tengah barikade pasukan pendudukan, dapat melaksanakan shalat Tarawih berjamaah di Masjid Al-Aqsa.

Mengutip Gerakan Perlawanan Islam Hamas, dan diperkuat oleh pemerintahan Turkiye, bahwa Masjid Al-Aqsa adalah ‘garis merah’ yang tidak boleh dilangkahi pendudukan. Sekali garis merah disentuh, maka sekali itu roket-roket menyalakan api merah membombardir kota-kota Israel.

Amunisinya adalah doa-doa orang-orang yang sedang beri’tikaf di , dan di masjid-masjid lain di bumi Allah, pada akhir bulan Ramadhan ini. Allahu Akbar! Al-Aqsha Haqquna!! (A/RS2/P1)

Kantor Berita Mi’raj (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.