Khutbah Jumat: Menjaga Kesucian dan Kemuliaan Masjid (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

ke-1:

الحَمْدُ للهِ ذِي الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، الَّذِي أَعَزَّنَا بِالْإِسْلَامِ، وَأَكْرَمَنَا بِالْإِيْمَانِ، وَنَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي عَلَا النُّجُوْمَ وَالْكَوَاكِبَ الْعِظَامَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، بُدُوْرِ التَّمَامِ وَشُمُوْسِ دِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَلَا مَثِيْلَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ ، أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ كَمَاقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى . يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Segala Puji dan syukur marilah kita selalu panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagai bentuk syukur itu, mari kita gunakan nikmat-nikmat yang telah Allah Ta’ala sesuai dengan yang diperintahkan, yakni menjadi sarana memelihara dan meningkatkan iman dan takwa kita.

Di antara tanda meningkatnya iman dan taqwa seseorang adalah dengan istiqamah mengerjakan ibadah dan amal shaleh, serta memiliki semangat dalam mengkaji ilmu-ilmu agama.

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib akan menyampaikan judul: Menjaga Kesucian dan Kemuliaan Masjid, sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 114:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَآ إِلَّا خَآئِفِينَ ۚ لَهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا خِزْىٌ وَلَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (البقرة [٢]: ١١٤)

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.”

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas, orang yang paling dzalim di muka bumi adalah mereka yang menghalang-halangi dan mencegah seseorang menyebut nama Allah di masjid, mencegah mereka yang ingin mendirikan shalat dan ibadah lainnya di dalam masjid-Nya.

Orang yang paling dzalim adalah mereka yang berusaha merobohkan masjid, baik secara fisik maupun maknawi. Makna merobohkan secara fisik adalah menghancurkan, dengan cara mengebom, seperti yang terjadi di Pakistan pada Senin (31/1) lalu. Membunuh orang-orang yang sedang shalat di masjid seperti yang terjadi di Selandia Baru pada 2019 lalu, pengrusakan bangunan beberapa masjid sebagaimana terjadi di Birmingham, Inggris dan lainnya.

Sedangkan merobohkannya secara maknawi adalah menghalangi, melakukan provokasi, dan mengusir orang-orang dari berdzikir dan bersujud di dalamnya, seperti yang sering dilakukan Zoinis Israel kepada para jamaah di Masjid Al-Aqsa dan masjid-masjid lainnya di Palestina yang mereka jajah.

Apabila para penghalang dan penghancur masjid digolongkan sebagai orang yang paling dzalim, maka sebaliknya orang yang paling mulia adalah mereka yang membangun dan memakmurkan masjid, baik secara fisik maupun maknawi.

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (التوبة [٩]: ١٨)

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah [9]: 18).

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,

Perwujudan penghancuran masjid tampak jelas, dengan apa yang dilakukan oleh kaum Zionis laknatullah ‘alaihim sejak mereka menjajah dan menduduki bumi Palestina sejak tahun 1948 hingga hari ini.

Zionis mendirikan lembaga khusus yang bertugas merobohkan dan mengalihfungsikan masjid. Sampai saat ini, lembaga itu telah menghancurkan lebih dari 1.200 masjid di seluruh Palestina, belum termasuk 75 masjid yang hancur dan 205 masjid rusak parah selama 51 hari perang Gaza Agustus 2014 lalu. Di antara masjid-masjid tersebut terdapat Masjid Al-Umari yang dibangun oleh sahabat Amr bin ‘Ash 1.365 tahun yang lalu.

Adapun masjid-masjid di Palestina yang sekarang diubah menjadi sinagog di antaranya: Masjid Al-‘Afulah, Masjid Kafrita, Masjid Thairul Karmal, Masjid Maqam Ya’kub, Masjid Wadi Hanin, dan lainnya.

Sementara yang lain, ada masjid yang dialihfungsikan, seperti Masjid Al-Bashah, yang dirubah menjadi kandang kambing, Masjid Ain Az-Zaitun, dirubah menjadi kandang sapi, Masjid Ain Khaudz, dirubah menjadi restoran dan tempat menjual minuman keras, Masjid As-Siksik, dirubah menjadi tempat bermain judi dan klub malam, dan masih banyak lagi.

Penghancuran masjid itu sepertinya akan terus berlangsung, karena tokoh-tokoh Zionis menyatakan akan terus melakukannya hingga kota Al-Quds, dan seluruh wilayah Palestina dan sekitarnya benar-benar sepenuhnya berada dalam genggaman mereka.

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,

Masjid adalah rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tempat di muka bumi yang paling dicintai-Nya. Maka sudah selayaknya, umat Islam menjaga kesuciaanya, memuliakannya, dan memakmurkannya sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam dan para sahabat mencontohkannya.

Di masa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam, masjid menjadi tempat untuk menempa, membina, mendidik, dan melahirkan generasi muttaqiin, generasi khaira ummah yang mengemban dakwah, menjadi pemimpin-pemimpin yang menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

Masjid bukanlah tempat persaingan antara satu golongan dengan yang lain. Masjid juga bukan tempat menebar fitnah kebencian, permusuhan dan perpecahan di kalangan umat. Ia tidak boleh menjadi gelanggang untuk mencaci, membid’ahkan dan menyetempel sesat kelompok lain yang tidak sepaham dan sehaluan dengannya.

Masjid harus menjadi tempat bagi orang-orang beriman untuk saling mengasihi, saling menasihati dengan santun, tempat pertemuan yang mempersatukan dan menjalin persaudaraan.

Dalam sebuah hadits dari Abu Said al-Khudri Radiallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu alaihi Wasalam bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَتَعَاهَدُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالإِيمَانِ (رواه الترمذى)

“Apabila kamu melihat orang yang membiasakan diri beribadah di masjid, maka saksikanlah bahwa dia adalah orang beriman”. (Riwayat At-Tirmidzi).

Ma’asyiral Muslimin hafidzakumullah,

Masjid adalah tempat para hamba-Nya merendahkan diri di hadapan-Nya dengan bersujud dalam shalatnya. Shalat terbaik bagi seorang Muslim adalah yang dilakukan secara berjama’ah di masjid.

Masjid adalah simbol segala macam kebaikan. Hal itu berarti, langkah seseorang menuju masjid adalah langkah menuju kebaikan.

Melangkah ke masjid dengan niat ikhlas semata-mata untuk melaksakan kewajiban-kewajiban yang Allah Ta’ala tetapkan, memiliki makna simbolik sebagai perjalanan menuju kebaikan dan meninggalkan keburukan. Orang yang menuju kebaikan layak mendapatkan ketinggian derajat, dan orang yang meninggalkan keburukan layak mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan penghargaan sangat tinggi kepada orang-orang yang dengan ikhlas mendatangi rumah-Nya dengan meninggikan beberapa derajat dan menghapus dosa-dosa pada setiap ayunan langkah kakinya. Satu langkah menaikkan derajat, dan langkah lainnya menghapus dosa.

Selain itu, masjid adalah sumber motivasi bagi kaum Muslimin untuk melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya, dimulai dengan mendirikan shalat, mengkaji ilmu-ilmu, membangun ekonomi umat dan aktifitas sosial lainnya.

Masjid yang dibangun atas dasar taqwa, adalah pusat penyebaran kasih sayang, persaudaraan, pertolongan, dan kebaikan-keaikan secara umum kepada masyarakat luas.

Makmurnya masjid dengan berbagai aktifitas ibadah juga mampu meredam murka Allah kepada manusia. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, “Sesungguhnya Aku benar-benar akan menimpakan azab kepada penduduk bumi, tetapi apabila Aku memandang kepada orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku (masjid-masjid) dan orang-orang yang saling menyayangi demi karena Aku, serta orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur, maka Aku palingkan azab-Ku dari mereka.” (HR. Al-Baihaqi).

Semoga kita mampu dan layak menjadi orang-orang yang Allah muliakan, dengan cara senantiasa menjaga kesucian, kemuliaan dan memakmurkan masjid. Aaamin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.