Khutbah Jumat : Mulia dengan Iman dan Ilmu

Oleh : Insaf Muarif Gunawan, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

قال تعالى:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ

ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ

Pertama-tama marilah kita bersyukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberi kita nikmat, terutama nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat panjang umur, nikmat iman dan nikmat sempat sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang penuh dengan barokah ini.

Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu‘Alaihi Wassalam beserta keluarganya, beserta sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman sekarang yang terang benderang dengan iman dan ilmu.

Selanjutnya, khatib berwasiat khususnya kepada pribadi dan keluarga serta mengajak para jamaah Jumah untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sebenar- benar takwa.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kkewajiban bagi orang tua adalah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya, baik secara langsung di rumah maupun tdak langsung dengan menitipkan di lembaga pendidikan.  Sesuai dengan perintah Allah kepada seluruh umat-Nya untuk sebagai bekal untuk menjalani hidup.

Dalam pandangan Islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci. Ilmu itu bagaikan cahaya dan pelita di malam yang gelap. Seseorang tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa dengan cahaya dan pelita. Demikian pula sesorang tidak akan bisa membedakan yang baik dan buruk jika mereka tidak berilmu.

Allah mewajibkan menuntut ilmu bukan hanya tanpa sebab, ada banyak sekali keutamaan dalam Al-Quran dan As-Sunah Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wassalam.

Misalnya, Allah akan mengangat derajat orang yang beriman dan berilmu sebagaimana dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Dari ayat tersebut tersirat janji Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu, tak hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Apalagi sekarang, seiring berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, kalau kita tidak mau menuntut ilmu maka akan tertinggal oleh zaman. Oleh karena itu proses belajar tidak berhenti ketika kita studi pendidikan. Menuntut ilmu juga tidak hanya di bangku sekolah, dan perkuliahan. Bukan hanya saat muda, bahkan hingga sudah tua pun tetap menuntut ilmu, samapai ajal menjemput.

Karena itu, seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami hakikat Islam itu sendiri, dan tanpa mengamalkannya. Pernyataan keislamannya itu harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Untuk melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari pengakuan bahwa kita sudah berislam, itu membutuhkan ilmu.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam haditsnya:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu atas (HR. Ibnu Majah)

Maka, ketika sudah turun perintah Allah yang mewajibkan suatu hal, sebagai seperti perintah menuntut lmu, yang harus kita lakukan adalah sami’na wa atha’na, kami dengar dan kami taat. Sesuai dengan firman Allah:

 إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya: “Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” (QS An-Nuur : 51).

Sebagai gambaran, kita tentu akan meluangkan waktu untuk salat, ketika waktunya sudah tiba, walaupun misalnya kita sedang bekerja dan pekerjaan kita masih banyak. Kita akan tetap berusaha meninggalkan aktivitas itu dan segera mengerjakan salat. Maka begitupun terhadap ilmu, sesibuk apapun kita harus terus menuntut ilmu, menghadiri kajian-kajian, mengikuti majelis-majelis ilmu, membaca buku-buku kegamaan, berdiskusi dan sebagainya;

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Tentu sangat banyak keutamaan menuntut ilmu, di antaranya pada kesempatan terbatas ini kami sampaikan, bahwa dengan ilmu menyebabkan dimudahkan jalan menuju surga.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim).

Lainnya adalah bahwa ilmu itu adalah warisan para Nabi. Hal ini sebagaimana dinyatakan di dalam hadits,

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.”(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Juga ilmu itu akan kekal dan akan bermanfaat bagi pemiliknya, walaupun seseorang telah meninggal. Seperti disebutkan dalam hadits:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim).

Keutamaan-keutamaa lainnya tentang ilmu tentu masih banyak lagi. Semoga Allah senantiasa menambahkan ilmu dan petujuk-Nya kepada kita semua. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 (A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)