Meraih Hidayah Di Bulan Ramadhan

Oleh: Rifa Berliana Arifin, Redaktur Kantor Berita MINA

Hidayah merupakan petunjuk dan bimbingan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada manusia. Ia ibarat cahaya yang Allah berikan kepada hambaNya yang Dia kehendaki. Memakai ucapan Imaam al-Ghazali tentang hidayah “نور قذفه الله” yang berarti cahaya yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala lemparkan kepada hambaNya, meski itu merupakan hak preogratif Allah tapi seorang hamba dituntut untuk selalu meminta dan mencari akan hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seorang mukmin bisa mendapatkan hidayah jika ia berusaha untuk mendapatkannya. Sama halnya seperti Ridho, Karunia dan Ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka dari itu setidaknya ada lima hal yang perlu kita upayakan untuk mencapai hidayah Allah Subhanahu Wa Ta’ala di bulan Ramadhan yang mulia ini.

Pertama, memperbanyak taubat. Sering kali kita sebagai manusia melakukan kesalahan dan ke khilafan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Dari Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR Bukhari).

Di dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristighfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR Muslim).

Seperti itulah istighfar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai manusia yang sudah diampuni setiap dosa selama hayatnya, maka sungguh harus ribuan bahkan jutaan kali kita memanjatkan istghfar kepada Allah karena diri kita penuh dengan tumpukan dosa yang dilakukan siang dan malam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Qudsi “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR Muslim).

Sungguh maghfirah itu sangat luas dan sangat dekat asalkan kita mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan manjauhi setiap larangan-Nya.

Kedua, (Belajar Agama) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang yang diberi ilmu,” (Q. S Al-Mujadalah: 11).

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam  bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air.

Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barang siapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641).

Dari ayat dan hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa menuntut ilmu merupakan keutamaan bagi umat Islam. Kita sebagai umat-Nya dianjurkan mencari ilmu terutama ilmu agama agar senantiasa diberkahi dan diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala .

Ada banyak pahala menuntut ilmu yang bisa didapatkan selama bulan Ramadhan, di antaranya mendapat pahala yang dilipatgandakan, diangkat derajatnya, menjadi pribadi yang takut Allah, jalan menuju surge, mendapat kemuliaan dunia akhirat, merupakan amal jariyah, menghidupkan hati dan yang terakhir menjadi orang yang bahagia.

Dalam kehidupan, ilmu adalah salah satu hal yang sangat penting, sedemikian pentingnya ilmu bagi manusia khususnya umat Muslim, sehingga seseorang tidak senang jika ia disebut tidak memiliki ilmu atau bodoh. Ilmu dapat membuat seseorang menjadi mulia dan dihormati. Ali bin Abi Thalib mengatakan, seseorang yang memiliki cukup ilmu akan merasa dimuliakan sementara mereka yang tidak memiliki ilmu dan tidak mengetahui apa pun akan merasa tercela dan hal tersebut akan membuat seseorang merasa bodoh.

Dalam bahasa Arab kata Ilmu itu sendiri berarti mengetahui dan merupakan lawan kata jahlu yang artinya tidak tahu atau bodoh. Sedangkan menurut istilah, Ilmu atau yang lebih utama di sini adalah ilmu syar’i adalah ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan petunjuk yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan kepada rasul Nya atau dengan kata lain Ilmu yang menyangkut Al- Qur`an dan Al-Hadits.

Meskipun demikian tidak berarti bahwa ilmu yang lain tidak penting atau tidak dianggap dalam Islam. Ilmu-ilmu yang ada dalam kehidupan manusia dapat bermanfaat apabila ilmu tersebut menuntun manusia untuk lebih taat dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Ilmu akan membuat seseorang mengetahui berbagai macam perkara dan menjauhkannya dari kebodohan sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah berikut ini:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS: Al Isra’: 36)

Ketiga, Taqwa, semua ibadah adalah untuk meningkatkan takwa. Dan bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk menggapai derajat takwa tersebut. Hal itu sebagaimana difirmankan oleh Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

Ayat di atas menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa. Dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Oleh karena itu sebagai muslim jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan besar di bulan Ramadhan ini. Kenapa? Karena dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Dan inilah yang sebenarnya dimaksud dengan takwa.

Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut. Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap larangan, diantaranya makan, minum, berjima’ dengan istri di siang hari dan sebagainya. Di lain bulan Ramadhan, apa apa yang dilarang bukanlah larangan. Sehingga umat Islam benar-benar diuji untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah. Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan.

Keempat, Tadabur Al-quran, sudah demikian jelasnya kedudukan al-Qur`an namun masih banyak dari kita yang meninggalkannya. Tidak pernah membacanya apalagi merenungkan dan mentaddabburinya.

Fenomena ini muncul di dalam kehidupan kaum muslimin umumnya, kecuali di bulan Ramadhan. Kita lihat banyak kaum muslimin yang mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan ini. Ini satu hal yang membanggakan namun sayang hanya sekedar meng-khatam-kannya saja tanpa ada perubahan dalam dirinya. Tidak ada bedanya sebelum dan sesudah menkhatamkannya dan tidak faham sedikitpun apa yang dibacanya.

Sebenarnya tidak ada yang lebih bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat seorang hamba dan lebih mendekatkannya kepada kebahagian dan keselamatan dari tadabbur al-Qur`an dan merenungkan isi kandungannya. Seorang yang membaca al-Qur`an dengan tadabbur akan melihat kebaikan dan keburukan serta nasib para pelakunya, seperti ia melihat tenggelamnya kaum nabi Nuh alaihissalam, mengetahui sambaran azab halilintar terhadap kaum ‘Ad dan Tsamud, mengerti tenggelamnya Fir’aun dan terpendamnya Qarun dan hartanya.

Dengan tadabbur al-Qur`an inilah seorang muslim hidup bersama akherat seakan-akan ia berada di sana dan hilang darinya dunia hingga seakan-akan ia telah keluar meninggalkannya. Hingga akhirnya mendapatkan hati seperti dijelaskan dalam firman Allah “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS Al-Anfaal: 2)

Marilah kita dekatkan diri kita kepada al-Qur`an dengan membacanya dan mentadabburinya, semoga di bulan Ramadhan bulan Al-Qur`an ini kita dapat menggapainya.

Kelima, Mendirikan Shalat.

Shalat tarawih adalah salah satu shalat sunah yang pelaksanaannya hanya digelar pada bulan Ramadhan saja. Tidak seperti beberapa shalat-shalat sunah lainnya yang bisa dilangsungkan setiap hari sepanjang tahun, shalat tarawih ini memang memiliki keutamaan tersendiri.

Shalat tarawih memiliki beberapa keutamaan. Yang pertama, umat Islam yang mengerjakannya akan diampuni terkait dosa masa lalu. Yang kedua, shalat tarawih adalah salat sunah yang juga dikerjakan oleh Nabi Muhammad semasa hidup beliau. Yang ketiga, yang mengerjakan salat tarawih berjamaah akan mendapatkan pahala seperti mengerjakan shalat semalam suntuk. Yang keempat, shalat tarawih yang dikerjakan pada malam lailatul qadar akan membuat dosa-dosa pelakunya diampuni Allah.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau,” (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Diriwayatkan Abu Dzar, Nabi bersabda, “Siapa yang salat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi).

Semoga Allah Subhanahu watalla memberikan kita hidayah-Nya di bulan Ramadhan yang penuh rahmat dan ampunannya. Aamiin ya Rabbal Alamin. (T/RA-1/P1)

Miraj News Agency (MINA)