EBOLA-300x198.jpg" alt="Korban virus Ebola di karantina (Gambar: AP)" width="300" height="198" /> Korban virus Ebola di karantina (Gambar: AP)
Monrovia, Liberia, 16 Syawwal 1435/12 Agustus 2014 (MINA) – Pemerintah Liberia telah menyatakan akan menerima dosis obat Ebola eksperimental yang belum teruji untuk mengobati dokter yang terinfeksi di negara Afrika Barat itu.
Sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs Presiden Liberia, Senin (11/8), mengatakan Amerika Serikat telah menyetujui permintaan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf untuk mengirimkan obat, ZMapp, setelah pengajuan langsung kepada Presiden AS Barack Obama, Jumat pekan lalu.
Namun, seorang Juru Bicara Departemen Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan (HHS) AS mengatakan pihak berwenang AS telah cukup membantu dalam menghubungkan Pemerintah Liberia dengan produsen obat, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Karena obat itu dikirim untuk digunakan di luar AS, prosedur ekspor yang tepat harus diikuti,” kata Juru Bicara HHS, menambahkan perusahaan obat telah bekerja secara langsung dengan Pemerintah Liberia.
Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas
Pernyataan Liberia, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan, telah mensahkan pengiriman dosis tambahan dari obat percobaan ke Liberia untuk mendukung pengobatan dokter yang terinfeksi. Dosis tersebut akan diberikan oleh ahli WHO pekan ini.
Namun Juru Bicara WHO tidak segera berkomentar menanggapi permintaan itu.
Lewis Brown, Menteri Informasi Liberia, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tidak jelas berapa banyak dosis obat yang telah dikirim, tapi dalam 48 jam obat itu bisa tiba di Monrovia, ibu kota Liberia.
Namun perusahaan obat itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa pasokan telah habis.
Baca Juga: PBB Tuduh Paramiliter Sudan Halangi Bantuan untuk Darfur
Zmapp yang diproduksi oleh Mapp Biopharmaceutical yang berbasis di California, telah digunakan untuk mengobati dua pekerja bantuan AS dan seorang pendeta Spanyol terinfeksi Ebola.
Darurat kesehatan global
Korban meninggal akibat wabah terburuk di dunia Ebola telah naik ke angka 1.013 orang, menurut angka hari Senin dari WHO, yang telah dicap sebagai wabah darurat kesehatan internasional.
Baca Juga: MSF: Separuh Penduduk Sudan Hadapi Kekurangan Pangan
WHO mengatakan epidemi kemungkinan akan terus terjadi selama berbulan-bulan di saat sistem kesehatan di wilayah ini berjuang untuk mengatasi, mengimbau, dan mendesak adanya pendanaan dan staf medis darurat.
Sebuah komite etika kedokteran WHO telah membahas, Senin, penggunaan obat eksperimental untuk mengatasi wabah terburuk di dunia dari virus mematikan. Komite ini akan mengumumkan temuannya pada Selasa.
Selain etika menggunakan obat eksperimental pada manusia, panitia mempertimbangkan siapa yang harus mendapat prioritas karena persediaan obat terbatas. (T/P09/IR)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Aljazair Siap Normalisasi Hubungan dengan Israel tapi Pakai Syarat