Bogor, MINA – Sandi Octa Susila adalah alumni IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian yang saat ini tercatat aktif menduduki beberapa posisi penting diantaranya sebagai Komisaris Utama PT Bumi Parahyangan Investama, CEO PT Sinergi Tani Indonesia dan Direktur Utama Sub Terminal Agribisnis Cigombong Cianjur.
Pemuda kelahiran 1992 ini dinobatkan menjadi Ketua Umum Duta Petani Milenial oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2019 serta pernah meraih Kick Andy Heroes pada tahun 2020 atas kiprahnya dalam memberdayakan 385 petani dan dedikasinya untuk pertanian Indonesia.
Usaha tani Sandi berupa produk hortikultura. Ia mengawali bisnis itu sejak masih mahasiswa di semester lima. Awal terjun di dunia bisnis, Sandi melihat banyak hasil panen kebun sayur tidak maksimal diperjualbelikan. Bermodalkan salah satu website jual beli, Sandi mendokumentasikan satu per satu hasil produksi ayahnya dan para petani di kampung halamannya. Dari situlah dia mendapat pengalaman pertama.
“Lahan yang kami garap saat ini ada 100 hektar,” ujarnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Karena kisah suksesnya ini, Owner Mitra Tani Parahyangan tersebut dihadirkan oleh Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Alumni IPB University untuk mengisi acara Alumni Insgihts yang bertajuk “Getting Motivated and Learning to Succeed Become a Techno-Sociopreneur,” demikian keterangan tertulis IPB University yang diterima MINA, Senin (6/7).
Sandi berbagi cerita mengenai peluang pasar dan daya saing produk hortikultura di tengah turbulensi COVID-19.
“Era pandemi COVID-19 teknologi menjadi harga mati. Pertanian yang awalnya belum tersentuh teknologi, mau tidak mau harus melihat peluang itu,” kata Sandi yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Manajemen Bisnis, IPB University.
Dia juga menuturkan jika di era COVID ini, pembelanjaan produk pertanian online secara keseluruhan naik 400 persen. Untuk produk sayuran tercatat naik sebesar 7,62 miliar rupiah per bulannya sementara buah-buah meningkat sebesar 360 juta rupai di setiap bulan.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Karena tingginya peluang itu, ia dan pemerintah Kabupaten Cianjur bersama-sama mendigitalisasi pertanian. Mereka membentuk Kedai Emak yang ditujukan untuk memudahkan para pembeli sekaligus menjaga harga produk petani agar hasil panen para petani tidak dihargai sangat rendah.
Selain usaha di bidang hortikultura, Sandi juga membina Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) yang terbuka bagi siapa saja.
Pada level bisnis, ia mengembangkan UD Mitra Tani Parahyangan sebagai perusahaan pemasok bahan baku di hotel-hotel, restoran dan event-event nasional.
“Belajar di kelas adalah kewajiban setiap mahasiswa yang tidak bisa diganggu-gugat sementara mengikuti organisasi adalah hak kita. Apakah mau dijalankan atau tidak hak kita tersebut,” ujar Sandi yang pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) itu.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Ia mengakui jika dari organisasi yang ia ikuti selama menjadi mahasiswa menjadi bekal saat ia bekerja saat ini. Ia berprinsip jika untuk berada di tangga teratas maka harus melewati tangga terbawah dulu.(AK/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis