Jakarta, MINA – Anggota Komisi VII DPR RI Andi Yuliani Paris mendesak pemerintah melakukan moratorium pembangunan pabrik semen.
Menurutnya, tanpa adanya moratorium pada pabrik semen, akan mematikan perusahaan-perusahaan semen yang kebanyakan sahamnya dimiliki Bangsa Indonesia.
Demikian ditegaskan Andi Yuliani usai mengikuti pertemuan Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi VII DPR RI dengan Direksi PT. Semen Tonasa, Direksi PT. Semen Bosowa, Ditjen Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, baru-baru ini.
“Berdasarkan laporan dari Direksi PT. Semen Tonasa maupun PT. Semen Bosowa, kini terjadi over suplai semen, meski pembangunan infrastruktur sedang digalakkan. Ke depan diharapkan penyerapan konsumsi semen dari kedua industri itu bisa ke sektor retail, maupun perseorangan,” tandas legislator PAN itu, demikian laporan Parlementaria, Senin.
Hal yang sama dipertanyakan Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Riyanto.
Menurutnya, jika sekarang terjadi over produksi, kenapa pemerintah membuka peluang investasi dari luar, termasuk Cina.
Mestinya ada koordinasi antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan kementerian terkait lainnya serta ada pembatasan investasi.
“Saya khawatir kalau masuk investasi besar-besaran, mereka makan daging, tapi bangsa sendiri hanya makan tulangnya,” ungkap legislator Partai Gerindra itu dengan menegaskan masuknya pemodal asing harus memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan bangsa sendiri.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
Sementara itu, Direksi PT. Semen Bosowa Wahyu Budi Susetyo mengakui, kondisi semen sekarang dan profitnya berbeda dengan tahun 2014 lalu dan sebelumnya.
“Dulu nafasnya agak lega, sekarang ini agak kembang kempis. Dulu pemasaran kemana-mana, sekarang hanya konsentrasi di sektor tertentu,” jelasnya.
Dirut PT. Semen Tonasa Subhan mengakui pernah over capacity sampai 40 juta ton. Dari sisi permintaan pada 2016 mengalami penurunan dan 2017 naik kembali sekitar 7,1 persen dan hingga Agustus 2018 naik sebesar 7 persen. Diakui pula bahwa yang banyak menyerap produksi semen adalah infrastruktur sementara di sisi retail mengalami penurunan.
“Penopang pemasaran kita adalah retail, sementara sektor ini mengalami kelesuan. Pada tahun 2016 lalu over produksinya sampai 40 juta ton, akibatnya pada tahun 2017 lalu penurunannya sampai 60 persen dari propability, sehingga berdampak pada penurunan program pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio
Selengkapnya Tim Kunspek Komisi VII DPR RI ke Sulsel dipimpin Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Tamsil Linrung (PKS) dengan Anggota Komisi VII DPR RI Dardiansyah dan Denny Jaya Abri Yani dari PDI-Perjuangan, Bambang Riyanto (Gerindra), Ihwan Datu Adam (Demokrat), Andi Yuliani Paris (PAN), Peggi Patricia Patippi (PKB) dan Mukhtar Tompo (Hanura). (R/R01/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)