New Yor, 26 Dzulhijjah 1437/28 September 2016 (MINA) – Komisi Walikota New York pada Hak Asasi Manusia, Bill De Blasio meluncurkan kampanye media sosial bertujuan untuk menghentikan kasus Islamophobia.
Kampanye ini terdiri dari lima iklan banner menampilkan Muslim New York, seperti yang diberitakan IINA dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kejahatan kebencian Anti-Muslim melonjak pada 2016 di Amerika Serikat terutama selama pemilihan presiden dan pejabat New York berharap untuk memerangi kenaikan mereka melalui serangkaian iklan layanan masyarakat dan workshop pendidikan.
Iklan yang berbunyi, “saya seorang Muslim. saya NYC.” Secara kumulatif, mereka berusaha untuk mengingatkan warga New York bahwa pelecehan berbasis agama dan diskriminasi adalah ilegal di kota tersebut, berita Mic melaporkan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Iklan ini baru berani menegaskan hak setiap Muslim New York untuk hidup dengan aman dan bebas dari diskriminasi,” Ketua dan Komisaris Komisi NYC untuk Hak Asasi Manusia, Carmelyn P. Malalis, mengatakan dalam sebuah email.
Mereka juga menunjukkan bahwa Muslim New York pekerja keras seperti yang lain.
“Mereka adalah polisi, guru, pemilik usaha kecil dan tetangga kita dan mereka layak mendapatkan rasa hormat yang sama seperti orang lain,” tegasnya.
Dalam kemitraan dengan Walikota Urusan Masyarakat, Kantor Imigran Negeri dan tokoh masyarakat Muslim NYC lainnya, Komisi Hak Asasi Manusia akan melengkapi kampanye dengan kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar agama dan memerangi Islamophobia di kota itu.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Salah satunya akan dibuat workshop bertajuk “Memahami Islam,” yang akan diadakan di New York University Islamic Center; workshop ini dirancang untuk membantu kota, pegawai pemerintah dan swasta belajar lebih banyak tentang iman dan memecahkan setiap kesalahpahaman tentang Muslim.
Acara yang akan diselenggarakan pada Oktober itu bertujuan untuk menekan keprihatinan terhadap Muslim Amerika dan komunitas Muslim New York karena berbagai insiden dan ancaman yang diterima dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2016 saja, misalnya, seorang turis wanita Muslim mengenakan jilbab dan pakaian tradisional Muslim dibakar oleh penyerang di Midtown Manhattan pada 10 September.
Sebelum itu, pada 5 Juni, Mohammed Rasheed Khan secara brutal dipukuli oleh tiga orang tak dikenal ketika mengendarai sepeda saat pulang dari shalat Isya di masjid di Jamaika, Queens. Dia menderita patah tulang rusuk, mata dan gegar otak, dan harus dioperasi setelah serangan itu.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Sebelumnya juga terjadi pembunuhan Imam Maulama Akonjee (55), dan asistennya Thara Uddin (64), yang menyebabkan kegemparan dan protes dari banyak Muslim New York.
Akonjee dan Uddin ditembak pada 15 Agustus ketika berjalan pulang dari masjid mereka di Ozone Park, Queens. Kejahatan tetap belum terpecahkan; Polisi New York sedang menyelidiki insiden itu sebagai kejahatan rasial.
Sama mengkhawatirkan tingkat kejahatan kebencian anti-Muslim dan kekerasan yang jauh lebih tinggi sekarang daripada mereka di tahun-tahun awal setelah serangan 11 September pada 2001. Para peneliti telah menghubungkan kekerasan anti-Muslim berasal dari serangan teroris dan Islamofobia yang diserukan oleh calon presiden seperti Donald Trump.
Pada Desember 2015 lalu, misalnya Trump menyerukan “keluarkan semua umat Islam”.
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza
Sebuah studi AS oleh Pusat Pemahaman Muslim-Kristen Universitas Georgetown University juga menemukan 53 insiden dilaporkan kejahatan kebencian anti-Muslim.
Sejak Maret 2015 , studi Pusat Pemahaman Muslim-Kristen Universitas Georgetown AS mendokumentasikan lebih dari 180 insiden yang dilaporkan kekerasan anti-Muslim, termasuk 12 pembunuhan, 34 serangan fisik, 49 serangan verbal atau ancaman terhadap orang dan lembaga, 56 tindakan perusakan atau penghancuran properti, 9 pembakaran, dan 8 penembakan atau pemboman.
Angka-angka tersebut masih belum menceritakan kisah lengkap tentang serangan anti-Muslim di Amerika Serikat.
Menurut data dari Departemen Kehakiman, dua dari tiga orang Amerika Muslim mengatakan mereka tidak melaporkan kejahatan kebencian karena mereka tidak percaya insiden akan dianggap serius.
Baca Juga: Demonstrasi Meletus di Paris Protes Galang Dana Zionis
Columbia Journalism Review memperkirakan ada sekitar 156.000 Muslim Amerika yang mengalami kekerasan anti-Muslim.
Di tengah itu semua, perwakilan dari Komisi Kota HAM New York berharap kampanye anti-Islamophobia akan menenangkan kekhawatiran yang diungkapkan oleh masyarakat Muslim New York dan menghilangkan cibiran anti-Muslim.
“Di New York City, kami tidak akan mentolerir diskriminasi atau kekerasan apapun terhadap komunitas Muslim pekerja keras dan keluarga mereka dan kami tidak akan membiarkan retorika kebencian yang telah menjadi hal yang biasa terjadi pada dialog nasional kita yang menjadi norma di kota besar kita,” katanya. (T/P004/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ukraina Gempur Moskow dengan Drone