Khartoum, MINA – Komite Sentral Dokter Sudan yang terkait dengan oposisi pada Rabu (5/6) mengungkapkan, jumlah korban demonstran yang tewas setelah serangan militer pada Senin meningkat dari 35 menjadi sedikitnya 60 orang.
Komite itu mengatakan, jumlah orang yang tewas sejak pasukan keamanan menyerbu kamp protes di ibukota telah melonjak menjadi setidaknya 60.
Negara-negara Eropa mengutuk tindakan keras terhadap demonstran pro-demokrasi itu, tetapi Dewan Keamanan PBB gagal mencapai kesepakatan untuk menyatakan sikap.
Meningkatnya jumlah korban tewas terjadi ketika junta yang berkuasa mengatakan pada hari yang sama bahwa mereka terbuka untuk negosiasi baru dengan aliansi oposisi.
Baca Juga: Pesawat Kargo Kenya Kecelakaan di Somalia, Seluruh Awak Tewas
Pasukan keamanan menembakkan amunisi langsung saat fajar pada hari Senin (3/6), ketika mereka menyerbu dan membersihkan kamp aksi duduk di luar markas militer di Khartoum. Kamp tersebut telah berpekan-pekan menjadi titik berkumpul utama para demonstran dalam perjuangan panjang mereka untuk pemerintahan sipil.
Komite Sentral Dokter mengatakan, “milisi dewan (militer) … yang bertanggung jawab atas pembantaian ini.”
Penguasa militer Sudan pada hari Rabu menawarkan untuk melanjutkan dialog tentang transisi menuju demokrasi, satu hari setelah mereka membatalkan semua perjanjian dengan koalisi oposisi.
“Kami di Dewan Militer, mengulurkan tangan untuk negosiasi tanpa belenggu kecuali kepentingan tanah air,” kata Ketua Dewan Militer Transisi Letnan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan dalam pesan hari Raya Idul Fitri melalui siaran televisi.
Baca Juga: Afrika Selatan Sesalkan Pengusiran Utusannya dari AS
Dia sebelumnya mengumumkan bahwa dia akan melewatkan negosiasi dengan kelompok-kelompok protes dan berencana menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu sembilan bulan ke depan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Uni Afrika: Pemerintahan Paralel di Sudan Ancam Pecah Belah Negara