Komunisme, yang didasarkan pada materialisme historis dan ateisme, dianggap sebagai ancaman serius bagi peradaban. Ideologi ini menolak keberadaan Tuhan dan menjadikan kesejahteraan material sebagai tujuan utama hidup. Dari sudut pandang Islam, ideologi yang menolak eksistensi Allah dan prinsip moral-Nya adalah ancaman bagi tatanan kehidupan yang diinginkan-Nya. Dengan penolakannya terhadap agama dan norma sosial tradisional, komunisme berfungsi sebagai virus peradaban yang merusak fondasi moral dan spiritual masyarakat.
Islam menekankan pentingnya iman kepada Allah sebagai dasar kehidupan manusia. Tanpa iman, manusia akan mudah terjebak dalam kekosongan spiritual dan kesalahan moral. Al-Qur’an menyatakan,
أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِۦ أَهْدَىٰٓ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas wajahnya lebih terpimpin, ataukah orang yang berjalan tegak di atas jalan yang lurus?” (Qs. Al-Mulk: 22). Ideologi komunisme, yang menolak petunjuk Ilahi, dapat dianalogikan sebagai individu yang tersesat dan berjalan tanpa arah, mengarah pada kehancuran moral dan spiritual.
Salah satu aspek yang membuat komunisme berbahaya adalah sifatnya yang mempromosikan materialisme ekstrem. Menurut komunisme, seluruh perjuangan manusia berkisar pada masalah material dan ekonomi, sementara dalam Islam, kehidupan manusia mencakup dimensi spiritual dan moral yang jauh lebih luas. Islam tidak hanya membahas soal ekonomi dan kesejahteraan fisik, tetapi juga memperhatikan kebahagiaan rohani dan tujuan akhir manusia di akhirat. Al-Qur’an menegaskan, ”
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah Allah berikan kepadamu kebahagiaan akhirat, dan jangan lupakan bagianmu dari dunia.” (Qs. Al-Qasas: 77).
Komunisme juga mempromosikan ateisme secara aktif, menolak keberadaan Tuhan dan segala bentuk agama. Dalam Islam, ateisme dianggap sebagai penyimpangan besar dari fitrah manusia. Allah berfirman,
أَمْ خُلِقُوا۟ مِنْ غَيْرِ شَىْءٍ أَمْ هُمُ ٱلْخَٰلِقُونَ
“Apakah mereka tercipta tanpa sesuatu apa pun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Qs. At-Tur: 35). Keberadaan Tuhan adalah kebenaran yang paling fundamental dalam Islam, dan menolak-Nya sama saja dengan menghancurkan fondasi kehidupan manusia yang sehat dan seimbang.
Dalam komunisme, konsep kepemilikan pribadi dihapuskan, digantikan dengan kepemilikan kolektif yang diatur oleh negara. Namun, Islam mengakui hak kepemilikan individu sebagai bagian dari fitrah manusia dan bagian penting dari kehidupan sosial. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram [untuk dilanggar oleh sesama] satu sama lain.” (HR. Muslim). Islam menekankan pentingnya menjaga hak-hak individu, termasuk dalam hal kepemilikan harta.
Salah satu akibat negatif dari penerapan komunisme dalam sejarah adalah munculnya kediktatoran yang represif. Sistem pemerintahan komunis sering kali dipimpin oleh rezim totaliter yang menindas rakyatnya, seperti yang terlihat di Uni Soviet, China, dan Korea Utara. Islam sangat menentang penindasan dan kedzaliman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jauhilah kedzaliman, karena kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim).
Bahaya komunisme juga terlihat dalam upayanya untuk menghancurkan tatanan keluarga. Komunisme menempatkan negara di atas keluarga, menganggap institusi keluarga tradisional sebagai hambatan bagi revolusi. Padahal, dalam Islam, keluarga adalah pilar utama masyarakat. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (Qs. Ar-Rum: 21).
Komunisme juga mengajarkan konsep revolusi kekerasan sebagai sarana untuk meraih kekuasaan. Ini bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang menekankan perdamaian dan keadilan dalam menyelesaikan konflik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَفْوَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah mencintai kemaafan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari). Islam menolak segala bentuk kekerasan yang tidak sahih, apalagi ketika itu dilakukan untuk merebut kekuasaan.
Selain itu, komunisme menekankan bahwa agama adalah “candu” masyarakat yang harus dihapuskan. Islam sebaliknya mengajarkan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut bahwa dengan mengingat-Nya hati menjadi tenang,
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (Qs. Ar-Ra’d: 28). Dengan demikian, ajaran komunisme yang menolak agama sangat bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Komunisme juga menolak keberadaan hari akhir dan kehidupan setelah mati. Islam, sebaliknya, menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan merupakan ujian menuju kehidupan yang kekal di akhirat.
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌۭ وَلَعِبٌۭ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya.” (Qs. Al-Ankabut: 64).
Berdasarkan semua fakta ini, jelas bahwa komunisme bukan hanya merupakan ancaman ideologis, tetapi juga virus yang merusak tatanan moral, sosial, dan spiritual yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Islam menawarkan solusi yang komprehensif, dengan mengakui kepemilikan pribadi, pentingnya keluarga, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap hak-hak individu serta kewajiban kepada Allah Ta’ala. Komunisme yang menolak nilai-nilai ini, pada akhirnya, terbukti tidak sejalan dengan fitrah manusia dan hanya membawa kehancuran.[]
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)