Maungdaw, Myanmar, 24 Muharram 1438/25 Oktober 2016 (MINA) – Sebagian warga kota Maungdaw, negara bagian Rakhine, Myanmar, yang mengungsi saat pertempuran polisi dan sekelompok orang bersenjata di awal bulan, mulai pulang kembali ke rumah.
Daerah yang berbatasan langsung dengan Bangladesh itu mulai kembali normal.
Pejabat pemerintah Rakhine mengatakan kepada Radio Free Asia (RFA) yang dikutip MINA, Selasa (25/10), sebagian sekolah telah dibuka kembali di Maungdaw, tapi sekolah di pedesaan tetap ditutup karena khawatir akan keselamatan.
“Guru perempuan sudah di Maungdaw,” kata Menteri Kesejahteraan Sosial negara bagian Rakhine, Chan Thar. “Ketika itu aman bagi mereka, kami akan mengirim mereka ke desanya.”
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Sekitar 40 orang dari 14 keluarga yang mengungsi ke Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine, telah kembali ke rumahnya. Pejabat pemerintah negara bagian menyediakan bagi mereka barang-barang darurat keperluan hidup.
Sementara organisasi masyarakat sipil Layanan Pemakaman Gratis Sittwe menyediakan subsidi 50.000 kyat (US $ 39) untuk setiap keluarga.
Menteri Pembangunan Kota negara bagian Rakhine, Min Aung mengatakan, warga ingin kembali ke rumahnya karena mereka tahu sekarang sudah aman
“Itu sebabnya pemerintah negara bagian berencana untuk mengirim mereka kembali ke rumahnya,” katanya.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Setelah sembilan petugas tewas dalam penyerangan di tiga pos patroli perbatasan di Maungdaw dan Rathedaung pada 9 Oktober lalu, tentara dan polisi segera melakukan operasi pembersihan orang-orang yang dicurigai berhubungan dengan kelompok bersenjata yang mengklaim dirinya bernama Aqa Mul Mujahidin.
Bentrokan antara pasukan keamanan dan kelompok orang bersenjata memaksa sekitar 3.000 warga mengungsi ke bagian lain kota Maungdaw, kota tetangga Buthidaung dan ibukota negara bagian Sittwe.
Kota Maungdaw telah berada di bawah kontrol dan blokade militer sejak serangan terjadi.
Menurut laporan pejabat dan media pemerintah, sejauh ini, pasukan keamanan telah menewaskan sekitar 30 terduga anggota Aqa Mul Mujahidin dan menangkap 29 orang lain.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Keamanan Myanmar mengklaim sedang memburu sekitar 400 orang yang diduga terlibat dalam serangan, yang mereka yakini adalah warga Muslim Rohingya lokal yang menerima dana dan pelatihan dari kelompok bersenjata di luar negeri.
Namun, warga Muslim lokal dan aktivis hak asasi manusia mengatakan, operasi militer di Maungdaw telah membunuh lebih banyak orang daripada laporan resmi yang telah diumumkan, Bangkok Post memberitakan.
Warga yang berbicara kepada Reuters dengan status anonim, menuduh pasukan keamanan membunuh non-kombatan dan membakar rumah-rumah mereka.
“Jelas ada lebih dari 30 yang tewas,” kata Chris Lewa, aktivis Arakan Project, sebuah kelompok pemantau yang mendapat informasi dari jaringan sumber di seluruh kota Maungdaw. “Dan banyak dari mereka adalah warga sipil, bukan penyerang.”
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Lewa mengatakan, tentara menggunakan dalih “tindakan kontra-pemberontakan” khusus terhadap warga sipil, termasuk menembak warga sipil, membakar rumah, menjarah properti dan melakukan penangkapan sewenang-wenang. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan