Jakarta, MINA – Greenpeace Indonesia bersama dengan Aliansi Ummah for Earth melakukan kolaborasi dengan Indonesia Banking School saat meluncurkan kampanye keuangan Islam di Jakarta, Kamis (13/2).
Konferensi tersebut dihadiri berbagai pemangku kepentingan seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.
“Melalui kampanye keuangan Islami, Ummah for Earth akan mengupayakan dialog antar pemangku kepentingan, serta menghubungkan narasi solusi dan aksi iklim dengan audiens kami, sehingga keuangan Islami dapat diperhitungkan sebagai solusi pembiayaan iklim,” ucap Rahma Shofiana, Ummah for Earth Project Lead.
Sementara Dr. Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH-SDA MUI) menyatakan, berdasarkan laporan GEFI, industri keuangan Islam memiliki peluang unik dalam mendukung pembiayaan aksi iklim melalui konsep keuangan syariah berkelanjutan, yang tidak hanya berlandaskan pada prinsip kehalalan tetapi juga pada aspek thayyib.
Baca Juga: Kepala BPJPH Akan Tindak Tegas Oknum LPH yang Memungut Biaya Mahal
“Sebagai wujud Islam yang rahmatan lil alamin, keuangan syariah dengan prinsip halalan-thayyiban menghadirkan solusi untuk membangun sistem ekonomi dan keuangan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial yang halal, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan lingkungan yang positif,” kata Hayu.
Selain itu, Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Islam untuk Aliansi Ummah For Earth, menambahkan, keuangan Islam bukan sekadar sistem keuangan alternatif—tetapi juga kekuatan yang kuat untuk aksi iklim.
“Dengan aset yang ditetapkan mencapai $6,7 triliun pada tahun 2027, bahkan hanya dengan 5% untuk energi terbarukan dapat memobilisasi $400 miliar untuk solusi iklim pada 2030,” jelasnya.
Di Indonesia hal ini telah berkembang—program sukuk hijau perintis negara tersebut telah membantu mencegah lebih dari 974.000 ton emisi CO2 setiap tahunnya.
Baca Juga: 10 Cara Menjadi Muslim Berdayaguna
Dengan sukuk ESG mencapai $9,9 miliar hanya dalam paruh pertama tahun 2024, momentum untuk keuangan Islam yang berkelanjutan sedang dibangun.
“Saatnya untuk bertindak adalah sekarang—lembaga keuangan Islam harus mempercepat investasi energi terbarukan mereka untuk mengatasi krisis iklim,” pungkas Tariq.
Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari peluncuran laporan baru berjudul “Islamic Finance and Renewable Energy”, hasil kolaborasi antara Greenpeace MENA (sebagai bagian dari Aliansi Ummah For Earth) dan Inisiatif Keuangan Etis Global (GEFI), mengungkap potensi transformatif keuangan Islam dalam mempercepat transisi global menuju energi terbarukan.
Temuan laporan itu menunjukkan bahwa dengan mengalokasikan hanya 5% dari aset senilai $4,5 triliun sektor keuangan Islam untuk proyek energi terbarukan, dapat terhimpun dana sebesar $400 miliar untuk pembiayaan iklim.
Baca Juga: Gamis Warna Denim Cocok dengan Jilbab Warna Apa? Ini Daftarnya!
Laporan tersebut menekankan keselarasan antara prinsip-prinsip keuangan Islam—yang menonjolkan pengelolaan lingkungan, investasi etis, dan tanggung jawab sosial—dengan kebutuhan mendesak akan investasi energi berkelanjutan.
Dengan kesenjangan pendanaan energi terbarukan tahunan sebesar $5,7 triliun, sektor keuangan Islam memiliki posisi unik untuk menjembatani kesenjangan ini melalui instrumen keuangan yang sesuai syariah.
Instrumen keuangan Islam ini berpotensi mengatasi tiga krisis planet: perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.[]
Baca Juga: Kekuatan Pikiran dalam Islam: Kunci Menuju Kesuksesan
Mi’raj News Agency (MINA)