Berlin, MINA – Gelombang kemarahan rakyat terus meletus di ibu kota dan kota-kota Eropa, dari Paris hingga Berlin, Brussels hingga Ghent dan Amsterdam, sebagai protes terhadap perang genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Para demonstran menuntut tindakan Eropa yang efektif, bukan sekadar pernyataan diplomatik dan kecaman berulang-ulang. Quds Press melaporkan, Ahad (5/5).
Pada Sabtu malam, kota Ghent di Belgia menyaksikan demonstrasi besar-besaran di alun-alun katedral kota tersebut.
Ribuan warga menerjang cuaca dingin dan hujan, meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk pendudukan Israel dan menuntut diakhirinya agresi segera serta masuknya bantuan kemanusiaan tanpa syarat ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Universitas Harvard Menang Sementara di Pengadilan, Mahasiswa Asing Tetap Bertahan
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan termasuk, “Hentikan kelaparan di Gaza,” “Putuskan kemitraan dengan Israel,” “Tidak ada keadilan tanpa akuntabilitas,” dan “Diam adalah keterlibatan.”
Para peserta menyatakan kekecewaan mereka yang semakin besar terhadap sikap Uni Eropa, yang mereka pandang tidak proporsional dengan skala bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, di mana kelaparan digunakan sebagai senjata di tengah blokade yang menyesakkan dan penghancuran yang meluas terhadap berbagai fasilitas sipil, termasuk fasilitas medis dan pendidikan, akibat dari agresi Israel.
Sejumlah demonstran menekankan bahwa “penargetan Israel yang terus berlanjut terhadap warga sipil dan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang harus ditanggapi dengan tindakan nyata Eropa, dimulai dengan penerapan sanksi dan penghentian kerja sama politik dan militer dengannya.”
Gerakan rakyat yang meluas ini bertepatan dengan berkembangnya aksi politik di sejumlah parlemen Eropa, dengan Belanda mengajukan usulan untuk mempertimbangkan kembali perjanjian kemitraan antara Uni Eropa dan Israel, mengingat pelanggaran hak asasi manusia berat di wilayah Palestina yang diduduki.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Lanjutkan Pertukaran Tahanan, 307 Personel Dibebaskan
Anggota parlemen Belgia, Jos Dehesse, mengatakan, “Meningkatnya partisipasi ribuan orang dalam mendukung rakyat Palestina merupakan bentuk protes terhadap genosida yang telah berlangsung selama 19 bulan, tanpa tindakan atau sanksi apa pun dari Belgia atau Uni Eropa.”
“Gerakan rakyat Eropa tengah meluas, dan ada tekanan yang meningkat pada politisi, yang telah mulai berbicara tentang peninjauan ulang perjanjian kemitraan antara Uni Eropa dan Israel,” tambah Dehesi.
Sementara itu, aktivis Tunisia, Afifa mengatakan, “Kami di sini untuk memberi tahu Gaza dan Palestina bahwa mereka tidak sendirian, dan bahwa apa yang terjadi di sana bukan sekadar perang terhadap satu bangsa, tetapi terhadap seluruh umat manusia.”
Afifa menghimbau Uni Eropa untuk “menghentikan dan melarang segala bentuk kerja sama dengan pendudukan Israel, menghentikan penjualan dan ekspor senjata ke negara itu, dan menghentikan pembiayaan persenjataan militernya yang telah menewaskan anak-anak dan warga sipil di Gaza selama lebih dari 75 tahun.” []
Baca Juga: Banjir di New South Wales Australia, Empat Orang Tewas
Mi’raj News Agency (MINA)