Oleh : Nurhadis, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Waktu menunjukkan pukul 11.45 menit saat penulis masuk ke masjid dan menerobos barisan jama’ah yang sedang berdzikir menunggu sang khatib naik ke atas mimbar. Sejurus, penulis melihat ada cela untuk berdiri pada shaff ketiga, segera saja berjalan menuju cela kosong. Dilanjutkan dengan bertakbir untuk menunaikan kewajiban dua rakaat shalat tahiyatul masjid sebelum akhirnya duduk berdzikir.
Rakaat kedua shalat tahiyatul masjid, sekilas terlihat di shaff kedua kotak beroda, biru warnanya, berjalan begitu cepat bak ambulance dengan sirine mengaungnya. Tak ada satupun yang berani menghalangi, menghentikan laju kotak biru itu.
“Astaghfirullah….Ngk khusyuk ni shalat gegara benda itu, “ gumamku setelah salam tanda usainya sholat.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Penulis melirik ke arah kanan, sang ambulance itu mulai ada yang menghambat. Terlihat santri berumur sekira 15 tahun mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, dengan perlahan melipatnya, lalu memasukkan kertas ke dalam kotak yang dibuatkan lubang kecil berukuran 1 x 5 cm itu. Sempat terlihat olehku saat sang anak melipat kertasnya, gambar Pangeran Antasari dengan peci khas seperti surban yang dililit di kepalanya.
Terus kuawasi kotak misterius itu, sampai akhirnya sampai juga di hadapanku, “Ini dia fikirku, akhirnya kutangkap juga kau, “ gumamku dalam hati.
Sedikit tersadar, penulis harus merogoh kocek belakangku membuka dompet dan mencari di mana letak sang pangeran Antasari itu. Tidak satupun terselip di antara tumpukan kartu nama, KTP, dan STNK motorku. Ow tidak…fikirku, “Inikah ajalmu wahai I Gusti Ngurah Rai? Gumamku kepada kertas biru yang sudah lama berada di dompetku namun terlihat rapi dengan gambar Ngurah Rai berpeci hitam itu. “
Dengan tarikan nafas panjang, “Kulepas engkau dengan Basmalah, “ ujarku. Tak apa, biarlah tumpukan kartu nama, KTP, dan STNK di dompetku lebih lapang bebaris ketika sang Pahlawan itu keluar menemui temannya yang sedang berkumpul di kotak ambulans tadi.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Menjadi muhasabah diri bagi penulis, selama ini ketika dihadapkan dengan kotak infaq, kita lebih dominan mengeluarkan uang terkecil dari dompet kita atau bahkan membiarkan kotak itu lewat begtu saja karena tahu persis isi dompetnya tidak ada pecahan kecil.
Padahal Allah mengingatkan kita untuk menginfakkan yang terbaik dari harta kita sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah : 267-268 yang bunyinya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنفِقُوا مِن طَيِّبَاتِ مَاكَسَبْتُمْ وَمِمَّآأَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ اْلأَرْضِ وَلاَ تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِئَاخِذِيهِ إِلآَّ أَن تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ {267}
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَآءِ وَاللهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُُ {268}
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan jangan-lah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. Setan men-janjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyu-ruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 267-268).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dalam tafsirnya dijelaskan bahwa Allah ta’ala menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan sebagian apa yang mereka dapatkan dalam berniaga, dan sebagian dari apa yang mereka panen dari tanaman dari biji-bijian maupun buah-buahan. Hal ini mencakup zakat uang maupun seluruh perdagangan yang dipersiapkan untuk dijual belikan, juga hasil pertanian dari biji-bijian dan buah-buahan dengan memilih yang baik dari itu semua dan tidak memilih yang buruk, yaitu yang jelek lagi hina yang seandainya mereka memberikan barang seperti itu kepada orang-orang yang berhak mereka berikan, pastilah merekapun tidak akan meridhainya, mereka tidak akan menerimanya kecuali dengan kedongkolan dan memicingkan mata.
Maka yang seharusnya adalah mengeluarkan yang tengah-tengah dari semua itu, dan yang lebih sempurna adalah mengeluarkan yang paling baik. Sedang yang dilarang adalah mengeluarkan yang jelek, karena yang ini tidaklah memenuhi infak yang wajib dan tidak akan memperoleh pahala yang sempurna dalam infak yang sunnah.
“Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji“.
Pada ayat ini juga Allah ta’ala adalah Mahakaya atas seluruh makhluk, Allah ta’ala Mahakaya dari infak orang-orang yang berinfak, dan Allah ta’ala Mahakaya atas ketaatan orang-orang yang taat. Allah memerintahkan hal itu kepada mereka dan menganjurkan mereka untuk itu demi kemaslahatan mereka, dan semata-mata karena karunia dan kemuliaan-Nya atas mereka.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Allah melarang kita dari menahan harta yang dapat merugikan. Allah menjelaskan bahwa kita itu di antara dua seruan Yang Maha Penyayang, yang mengajak kepada kebaikan, menjanjikan kepadanya kebaikan, karunia dan pahala yang segera maupun yang tertunda serta mengganti apa yang telah mereka infakkan, dan seruan dari setan yang mengajak mereka untuk menahan harta dan menakut-nakuti mereka bila mereka menginfakkan harta mereka pastilah mereka akan menjadi miskin.
Dan barangsiapa yang memenuhi seruan ar-Rahman lalu ia menginfakkan sebagian dari apa yang Allah rizkikan kepadanya, maka bergembiralah dengan ampunan dosa dan mendapatkan apa yang dicarinya. Dan barangsiapa yang mengikuti penyeru setan maka sesungguhnya setan hanya mengajak kelompoknya agar menjadi penghuni-penghuni neraka. Karena itu, seorang hamba harus memilih di antara kedua perkara itu yang lebih pantas dan cocok untuknya.
Lalu Allah menutup ayat ini bahwasanya Dia, (وَاسِعٌ عَلِيمٌ) “Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui“. Maksudnya, luas sifat-sifat-Nya, banyak pemberian-Nya, Maha Mengetahui orang yang berhak untuk dilipat gandakan pahalanya dari orang-orang yang beramal dan Maha Mengetahui orang yang pantas yang akan dibimbing kepada perbuatan kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.
Mari kita infakkan yang terbaik dari harta kita dengan ikhlas, meskipun berat awalnya semoga menjadi momentum belajar mengikhlaskan harta yang Allah titipkan kepada kita. Keluarkan yang terbaik dari harta kita, Allah akan lipatgandakan pahalanya, dan jangan khawatir, Allah akan gantikan dengan yang jauh berlipat ganda.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Jangan sampai kita termasuk orang yang menyesalkan harta kita ketika kelak berhadapan dengan Allah sebagaimana sudah diingatkan sebelumnya pada QS. Al-Munafiqun : 10 yang berbunyi :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”.(QS.Al-Munafiqun :10).(T/K08/P2)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?