Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KPAI Nilai Film G30S/PKI Tak Layak Ditonton Anak-anak

Risma Tri Utami - Ahad, 17 September 2017 - 17:46 WIB

Ahad, 17 September 2017 - 17:46 WIB

235 Views ㅤ

Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan. (Foto: MONITOR)

 

Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan. (Foto: MONITOR)

Jakarta, MINA – Film berjudul ‘Pengkhianatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI)’ garapan sutradara Arifin C Noer selama era Orde Baru (ORBA) menjadi tontonan yang wajib diputar setiap 30 September. Saat masa reformasi bergulir, film itu akhirnya berhenti tayang di layar kaca.

Hingga kini, film Pengkhianatan G30S/PKI tak pernah lagi diputar. Namun, jelang 30 September  saat ini muncul permintaan dari beberapa kelompok masyarakat untuk memutarnya kembali pasca isu kelahiran komunisme merebak beberapa waktu lalu.

Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, film tersebut tidak layak ditonton oleh anak-anak. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online

Pertama, dalam film tersebut muncul beberapa adegan sadis dan penuh kekerasan, yaitu ketika para perwira militer diculik dari rumahnya. Mulai ditembaknya Jenderal Ahmad Yani oleh pasukan Tjakrabirawa hingga darah yang menetes dari tubuh Ade Irma Nasution, termasuk adegan saat anggota Gerwani menyilet salah satu wajah korban.

“Adegan kekerasan, baik kekerasan verbal, apalagi kekerasan fisik berupa penyiksaan dan pembunuhan akan menimbulkan trauma buruk pada anak-anak,  hal ini membahayakan kondisi psikologis anak-anak,” kata Retno dalam keterangan pers yang diterima Mi’raj News Agency (MINA), Ahad (17/9) sore.

Kedua, dalam film tersebut banyak diksi yang juga mengandung kekerasan, salah satu pernyataan ‘darahmu halal jenderal’,  dan diksi lain yang kemungkinan besar tidak dipahami anak-anak.

Ketiga, masih banyak film-film sejarah yang lebih mendidik dan layak disaksikan anak-anak. Film sejarah sejatinya harus membangkitkan rasa nasionalisme dan menstimulus cara berpikir kritis pada anak-anak. “Film-film perjuangan dan biografi para pahlawan bangsa Indonesia ada banyak, dan layak dipelajari serta ditonton oleh anak-anak,” ujar Retno.

Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

Karena pertimbangan ketiga hal tersebut, maka KPAI menghimbau para orangtua sebaiknya ikut mencegah anaknya menonton film ‘Penghianatan G30S/PKI’ tersebut, demi kepentingan terbaik bagi anak-anak. (R/R09/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
Breaking News