Jakarta, MINA – Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (KPEU MUI) mengadakan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Summit 2020 dari Senin-Selasa 16-17 November 2020.
“Pertemuan tersebut dihadiri 300 peserta dari seluruh Indonesia secara daring. Terdiri dari beberapa koperasi syariah, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan BMT di seluruh Indonesia,” kata Ketua Panitia Ardito Bhinadi di Jakarta, Selasa (17/11).
Ia menyampaikan, BMT Summit dilaksanakan karena BMT masih menghadapi beberapa masalah. Saat ini belum ada payung besar bagi BMT-BMT di Indonesia yang dapat merepresentasikan suara BMT secara nasional.
“Selain itu, digitalisasi di sektor keuangan dapat memperlemah posisi BMT yang belum menerapkan teknologi informatika,” ujarnya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Masalah lain BMT, dikatakan Ardito adalah belum adanya pihak yang menjadi lembaga penjamin simpanan untuk BMT/KSPPS, dikarenakan regulasi BMT masih belum sekuat regulasi di sektor keuangan dan pembiayaan lainnya.
“Sementara pemberdayaan ekonomi umat memerlukan skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik ekonomi dan sosial umat,” ujarnya.
BMT, menurut dia, adalah harapan masyarakat yang berpendapatan menengah ke bawah dan pelaku usaha mikro, untuk meningkatkan kemandirian dan kemakmuran. Ini terbukti dari menjamurnya BMT dimana-mana yang artinya diperlukan masyarakat.
Acara Summit ini ingin mewujudkan kolaborasi yang lebih besar dan langkah lebih jelas untuk semua BMT ke depan.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
BMT Summit ini diselenggarakan secara daring dan offline. Peserta offline hadir sekitar 40 orang di hotel. Sementara peserta daring melaksanakan kegiatan melalui zoom meeting. (L/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon