Bogor, MINA – Presiden Joko Widodo mengikuti empat pertemuan di hari ketiga penyelenggaraan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-37 ASEAN, Sabtu (14/11) secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo mengawali kegiatan dengan menghadiri pertemuan KTT ASEAN-Selandia Baru dan didampingi oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung serta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Dalam KTT tersebut, ujar Menlu, Presiden membuka dengan pernyataan menyampaikan ucapan selamat atas kembali terpilihnya Jacinda Ardern sebagai Perdana Menteri Selandia Baru.
Lebih lanjut, Presiden mengharapkan kemitraan ASEAN dengan Selandia baru dapat diperkuat, terutama di beberapa isu. Pertama, pentingnya memperkuat kemitraan di Pasifik. Kemitraan Selandia Baru di Pasifik cukup kuat, Indonesia dan ASEAN juga ingin memperkuat kemitraan dengan negara-negara Pasifik.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Hubungan baik antara Selandia baru dan ASEAN dapat digunakan untuk memperkuat kemitraan kita dengan Pasifik Selatan, termasuk di bidang perikanan dan perubahan iklim, dan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dapat dijadikan pijakan bagi pengembangan kerja sama tersebut,” ujar Menlu mengutip pernyataan Presiden.
Kedua, lanjut Menlu, Presiden menyampaikan pentingnya untuk terus memperkuat multilateralime. “Kita perlu memastikan bahwa multilateralism delivers for all,” kutip Menlu.
Ketiga, Presiden menyampaikan bahwa sebagai salah satu perwujudan multilateralisme, maka integrasi ekonomi perlu diperkuat. “Presiden menyambut baik keputusan Selandia Baru untuk menandatangani RCEP (the Regional Comprehensive Economic Partnership),” ujar Menlu.
Dalam pertemuan KTT ASEAN-Australia, Presiden menekankan pada dua isu. Pertama, mengenai pentingnya memperkuat integrasi ekonomi. Presiden mengapresiasi peran Australia dalam perjalanan negosiasi RCEP yang tidak mudah dan memakan waktu yang cukup lama.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
“Presiden mengapresiasi atas peran konstruktif Australia, sehingga RCEP akan dapat ditandatangani besok,” papar Menlu.
Tantangan berikutnya adalah implementasi dari RCEP itu sendiri, yang tentunya diperlukan komitmen politik yang tinggi dan harus bermanfaat bagi semua. “Presiden yakin bahwa RCEP akan menjadi katalis pemulihan ekonomi di kawasan dan bahkan di dunia,” imbuhnya.
Yang kedua, Presiden mendorong terciptanya stabilitas dan keamanan kawasan yang dinilainya sebagai fondasi bagi upaya pemulihan ekonomi pascapandemi. Pernyataan Presiden tersebut, ungkap Menlu, disambut baik oleh PM Australia.
“Presiden juga mengharapkan bahwa semua negara mematuhi hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dan prinsip-prinsip ini harus terus digaungkan oleh semua. Presiden menyampaikan bahwa Australia adalah salah satu mitra untuk kerja sama implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” papar Menlu.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Pada pertemuan ASEAN Plus Three (APT) Summit, Presiden memfokuskan pandangannya pada upaya untuk memperkuat kerja sama di bidang kesehatan.
“Berkaca dari pandemi saat ini, Presiden menyampaikan bahwa ASEAN APT perlu memiliki mekanisme ketahanan kesehatan kawasan untuk menghadapi pandemi di masa mendatang. Kita harus keluar dari pandemi ini sebagai pemenang,” terang Menlu.
Lebih jauh, Presiden menyampaikan tiga hal. Pertama, pentingnya pembangunan infrastruktur kesehatan di tingkat nasional.
“Tantangan masing-masing negara adalah membangun akses kesehatan dengan harga terjangkau. Kalau hal ini terwujud, maka akan sangat membantu memperbaiki ketahanan masyarakat dan kapasitas kesehatan publik di masa darurat,” kutip Menlu.
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon
Disampaikan Presiden, kapasitas teknologi kesehatan digital sangat penting artinya sebagai bagian dari infrastruktur kesehatan publik dan layanan online access ke telehealth menjadi semakin relevan di masa pandemi.
“Oleh karena itu, Presiden menyampaikan diperlukan kolaborasi di antara negara-negara ASEAN Plus Three untuk membangun infrastruktur kesehatan di masing-masing negara,” papar Menlu.
Kedua, Presiden menyampaikan pentingnya kerja sama pembangunan industri kesehatan di kawasan. Ia kembali mengingatkan pentingnya kerja sama membangun industri kesehatan yang kuat di bidang alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat, farmasi, dan bahkan vaksin.
“Tentunya industri ini harus ditopang oleh kapasitas riset dan pengembangan. Oleh karena itu, negara ASEAN Plus Three penting untuk membangun medical sciences hub,” ujar Menlu mengutip pernyataan Presiden.
Baca Juga: Lanjutkan Kunjungan Kenegaraan, Presiden Prabowo Bertolak ke AS
Ketiga, Presiden menekankan pentingnya pembentukan kerangka kawasan yang komprehensif. Kerangka ini dapat berupa sistem SoP, sistem peringatan dini, sistem kesediaan alat kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu, ASEAN Centre for Public Health Emergency and Emerging Diseases diperlukan.
“Presiden menutup pernyataan dengan menyampaikan bahwa pandemi ini telah menjadi wake up call untuk memperbaiki sistem kesehatan nasional, kawasan, dan global. Recover together recover stronger,” ujar Menlu.
Pada pertemuan East Asia Summit (EAS), yang merupakan KTT terakhir, Presiden menyampaikan bahwa tahun 2020 adalah tahun yang sangat berat bagi semua, namun kesulitan tersebut akan dapat diatasi dengan bekerja sama.
“Presiden mengirim pesan yang sangat kuat bahwa sebagai forum dialog tingkat pemimpin, EAS harus terus digunakan untuk membangun strategic trust untuk memperkuat kerja sama,” ujar Menlu.
Baca Juga: Pemerintah Filipina Evakuasi Warga Jelang Kedatangan Badai Toraji
Modal EAS sangat besar, karena lima anggota EAS duduk dalam Dewan Keamanan PBB, delapan anggotanya tergabung dalam G20, serta EAS mewakili 54 persen penduduk dan 58 persen GDP dunia.
Dengan potensi itu, maka kesepakatan dan upaya apapun yang dilakukan oleh EAS pasti berdampak besar bagi kawasan dan dunia.
Dalam pertemuan, Presiden menyampaikan, pertama, EAS harus meningkatkan kerja sama ketahanan kesehatan. Isu kesehatan sudah menjadi prioritas dalam EAS dan harus mendapat perhatian lebih besar.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan, dalam waktu dekat ketersediaan vaksin COVID-19 di kawasan adalah sebuah keharusan, sementara dalam jangka panjang kawasan harus lebih siap mengantisipasi pandem.
Baca Juga: Prabowo Inginkan Kolaborasi Ekonomi dan Pendidikan dengan China
“Beberapa hal yang perlu dipertahankan, menurut Presiden, antara lain sistem peringatan dini, mekanisme obat-obatan, peralatan medis darurat, pembentukan inventory buffer di kawasan untuk alat kesehatan, serta kapasitas industri kesehatan maupun riset teknologi kesehatan,” jelas Menlu.
Pernyataan Presiden itu, imbuhnya, merupakan sebuah konsistensi dari pesan yang disampaikan selama KTT berlangsung.
Kedua, Presiden menyampaikan bahwa EAS harus menjadi penggerak perdamaian dan stabilitas dunia.
“Bibit perpecahan dan konflik tidak boleh dibiarkan, persatuan harus dikedepankan dalam melawan COVID-19,” kutip Menlu.
Baca Juga: Badai Kongrey Hantam Wilayah Taiwan
Presiden mengingatkan kembali nilai dan norma yang ada di “Bali Principle”, mulai dari penghormatan kedaulatan, penyelesaian masalah secara damai, hingga menghormati hukum internasional.
Ia juga menyampaikan pentingnya mengedepankan dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan.
“Semangat inilah yang diusung dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Dengan outlook ini, ASEAN mengundang semua negara EAS untuk bekerja sama menciptakan Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera,” pungkas Menlu mengutip pernyataan Presiden. (R/RE1/R1)
Baca Juga: Vietnam Peringatkan Warga Waspada Badai Trami
Mi’raj News Agency (MINA)