Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih Dari Setengah Warga Israel Ingin Tinggalkan Negaranya

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - Kamis, 18 Juli 2024 - 15:34 WIB

Kamis, 18 Juli 2024 - 15:34 WIB

17 Views

Sejumlah maskapai internasional menangguhkan penerbangan ke Israel karena meningkatnya ketegangan regional. (Foto: MEMO)

Tel Aviv, MINA – Sebuah laporan baru dari Institut Kebijakan Rakyat Yahudi (JPPI), yang diterbitkan pada Rabu (17/7), menunjukkan lebih dari setengah warga Israel ingin meninggalkan negara tersebut karena gejolak politik.

Laporan itu menunjukkan, berdasarkan Indeks Masyarakat Israel Juli 2024, 25% warga Yahudi Israel dan 40% warga Arab Israel menyatakan kesediaannya meninggalkan negara tersebut jika mereka memiliki kesempatan untuk melakukannya. The Jerusalem Post melaporkan.

Temuan ini muncul pada saat kepercayaan terhadap kepemimpinan militer dan politik masih rendah.

Berdasarkan survei yang dilakukan JPPI, Satu dari empat orang Yahudi Israel dan empat dari 10 orang Arab Israel akan beremigrasi jika diberi kesempatan. Hasil ini menggarisbawahi meningkatnya ketidakpuasan terhadap kepemimpinan negara dan situasi keamanan.

Baca Juga: Irlandia Tolak Tarik Pasukan Penjaga Perdamaiannya dari Perbatasan Lebanon

Laporan tersebut menggambarkan Israel yang sedang bergulat dengan pertikaian internal dan berkurangnya kepercayaan terhadap lembaga-lembaganya. Kepercayaan publik terhadap komando senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menurun drastis, dengan 55% responden Yahudi menyatakan kepercayaan yang rendah atau sangat rendah.

Penurunan ini terutama terjadi di kalangan kelompok sayap kanan Israel, yang 80% di antaranya tidak mempercayai kepemimpinan puncak IDF. Hilangnya kepercayaan ini meluas ke bidang politik, di mana hanya 27% warga Israel yang mempercayai Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan hanya 26% yang memiliki kepercayaan terhadap pemerintah.

Dukungan terhadap wajib militer bagi pemuda ultra-Ortodoks (haredi) masih menjadi isu kontroversial. Keputusan Mahkamah Agung yang mengamanatkan wajib militer haredi ke dalam IDF didukung oleh 63% warga Yahudi Israel, dengan dukungan tertinggi di kalangan Yahudi sekuler dan tradisionalis.

Namun, dukungan ini anjlok hingga hanya 12% di kalangan ultra-Ortodoks, yang mencerminkan perpecahan yang mendalam di masyarakat Israel.

Baca Juga: Gelar Protes, Mahasiswa Universitas Columbia Sebut Ribuan Nama Korban Syahid di Gaza

Survei juga menyoroti perubahan sikap terhadap kebijakan keamanan Israel di masa depan. Meskipun mayoritas warga Yahudi Israel pernah mendukung aksi militer agresif, kini terdapat penurunan nyata dalam dukungan terhadap serangan terhadap Hizbullah, turun dari 62% pada bulan Maret menjadi 56% pada bulan Juli.

Pada saat yang sama, terdapat sedikit peningkatan dukungan terhadap solusi diplomatik, khususnya di kalangan warga Arab-Israel, dimana 67% di antaranya mendukung penyelesaian damai.

Prof Yedidia Stern, presiden Institut Kebijakan Rakyat Yahudi, menekankan gawatnya situasi ini. Ia mengatakan temuan ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan yang mendalam antara masyarakat dan kepemimpinan keamanan dan politik.

“Hal ini merupakan tantangan yang signifikan setiap saat, namun sangat penting pada saat krisis kepercayaan baru antara pimpinan dan masyarakat untuk meningkatkan ketahanan nasional menghadapi tantangan ke depan. Cara untuk mencapai hal ini adalah melalui pemilihan umum,” ujarnya. []

Baca Juga: Peringati Setahun ”Tufanul Aqsa” Ratusan Orang Demonstrasi di London

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Israel Serang Masjid di Lebanon Selatan

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional