Tokyo, MINA – Gelombang kencang wisatawan Muslim memicu meningkat pesatnya jumlah restoran halal dan hotel yang sesuai syariah di Jepang.
Seperti dilaporkan New Straits Times, Ahad (30/12), untuk memenuhi kebutuhan Muslim, beberapa orang Jepang telah mendirikan hotel ramah Muslim atau syariah, termasuk satu di kaki Gunung Fuji.
Bandara internasional di Jepang juga telah membuka surau, menawarkan makanan halal bagi umat Islam, di tengah rencana yang lebih luas untuk membuat bandara Jepang lebih ramah Muslim.
Bulan lalu, Jepang mengadakan peragaan busana yang pertama kali bagi wanita Muslim. Acara ini diadakan bersamaan dengan Halal Expo Japan di Tokyo. Sekitar 10 merek, terutama dari Singapura, memajang kreasi mereka di pameran.
Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen
Berkat media sosial dan penerbangan berbiaya murah dari Asia Tenggara, Jepang memikat sejumlah wisatawan Muslim. Pada 2017, hampir 360.000 turis Indonesia mengunjungi Jepang, naik dari hanya 80.000 pada 2010.
Hotel halal di Jepang dilengkapi arah Kiblat di setiap kamar. Semua makanan adalah masakan gaya Jepang yang disiapkan di dapur halal bersertifikat, dan hotel ini bebas alkohol.
Sektor pariwisata Jepang sedang menikmati ramainya pasar perjalanan Muslim global, yang telah mengalami perubahan besar dalam 10 tahun terakhir.
Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) mengatakan Asia adalah pasar dunia yang paling banyak dikunjungi pada 2017, setelah Eropa. Penggerak utama: prevalensi teknologi seluler dan akses Internet di seluruh Asia, dan kaum milenial.
Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku
Di samping itu, semakin banyak wanita Muslim yang melakukan eksplorasi dengan cara mereka sendiri.
Media sosial memacu minat milenial Muslim berwisata. Dan dengan diperkenalkannya maskapai berbiaya murah, orang Asia Tenggara semakin terinspirasi untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang menjadi lebih ramah dan mudah diakses oleh mereka.
Aplikasi seluler, seperti Halal Trip, www.halaltrip.com, juga memungkinkan para pelancong untuk mengetahui arah Kiblat dari mana saja di dunia, mengecek waktu shalat atau menemukan restoran halal terdekat.
Sejauh ini pembelanja Muslim terbesar berasal dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dengan para pelancong Teluk kaya menghabiskan lebih dari US$ 40 miliar secara global tahun lalu.
Baca Juga: UMK Wajib Sertifikasi Halal 17 Oktober 2026: Bagaimana dengan Produk Luar Negeri?
Indonesia berada di urutan ketiga dalam pengeluaran oleh para pelancong Muslim, sebesar US$ 7,5 miliar dan terus bertambah, dengan Malaysia menghabiskan sekitar setengahnya.
Wisatawan dari Asia, terutama dari Malaysia dan Indonesia, diperkirakan akan membelanjakan lebih banyak dari mereka yang berasal dari Eropa dalam dua tahun ke depan.
Segmen pelancong Muslim muda yang tumbuh cepat dari Asia Tenggara menuju ke destinasi wisata seperti Jepang dan Korea Selatan.
Secara keseluruhan Jepang mengalami peningkatan kedatangan wisatawan asing yang dapat mencapai rekor 31 juta pada 2018, naik tajam dari hanya 6,2 juta pada 2011 karena Gempa Bumi Besar di Jepang Timur 2011 dan tsunami.
Baca Juga: BPJPH, MUI, dan Komite Fatwa Sepakati Solusi Masalah Nama Produk Halal
Pemerintah Jepang memperkirakan jumlah kedatangan wisatawan akan mencapai 40 juta pada 2020, ketika Olimpiade Tokyo diadakan.
Olimpiade itu sendiri menawarkan potensi besar bagi perusahaan halal Malaysia dan lembaga sertifikasi halal.
Di Shinjuku, MHC Co. Ltd, sebuah perusahaan yang dijalankan oleh orang Malaysia, berwenang mengeluarkan standar halal Jepang untuk restoran dan produsen makanan Jepang.
“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan jumlah restoran halal di kawasan Tokyo untuk Olimpiade,” kata Iori Numata, seorang pejabat di MHC.
Baca Juga: BPJPH, MUI Tuntaskan Nama Produk Bersertifikat Halal
Sebagai tanda positif, Malaysia dan Jepang bulan lalu menandatangani nota kerja sama (MoA) untuk meningkatkan upaya menembus pasar halal di kedua negara.
MoA ditandatangani di Tokyo oleh Menteri Pengembangan Pengusaha Malaysia Datuk Seri Mohd Redzuan Md Yusof dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko.
Redzuan juga berdiskusi dengan pejabat Dewan Olimpiade Tokyo (TOC) tentang pasokan makanan Malaysia halal untuk Olimpiade.
TOC tampaknya menyasar 40 hingga 45 persen dari F&B di Kampung Olimpiade dan pada acara yang direncanakan untuk disertifikasi halal. (T/R11/P1)
Baca Juga: LPPOM Tegaskan Sertifikasi Halal Bagi Retailer
Mi’raj News Agency (MINA)