Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Setelah memperjuangkan akidahnya dari teror keluarga Kristennya, diculikm dipukuli hingga berulang kali pingsan, dinodai bergilir, dan nyaris gila, akhirnya Indah Hutabarat (nama sebelum menjadi muallaf) melanjutkan hidupnya di tanah Jawa.
Indah menimba ilmu di pondok pesantren khusus akhwat (muslimah). Sambil belajar agama, ia kuliah D-1 di Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), sambil mengajar di TK.
Setahun kemudian ia melanjutkan kuliah ke fakultas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kota yang sama. Masa kuliah ini pun tidak berjalan mulus karena kendala finansial. Orang tua angkatnya di Riau mengirim uang pendidikan setiap bulan Rp300 ribu, padahal biaya kontrakan saja Rp400 ribu.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Untuk menutupi kekurangan, ia mulai berusaha mandiri mencari nafkah dengan berjualan makanan dan mengajar TK. Dari mengajar TK ia dapat tambahan pemasukan Rp250 ribu guna menutupi biaya harian.
Indah sempat memutuskan berhenti kuliah karena biayanya terlalu besar. Tapi teman-temannya terus memotivasi agar ia terus berjuang menyelesaikan kuliah. Maka ia kembali bertekad menyelesaikan kuliah. Untuk biaya kuliah yang makin menggunung, ia terpaksa meminta-minta dan berhutang kepada teman-teman maupun ibu-ibu pengajian yang dikenalnya di majelis taklim.
“Saya pinjam ke teman-teman untuk menutupi biaya kuliah dan tugas-tugas. Puncaknya itu ketika saya nyusun skripsi, PPL, KKN yang butuh biaya besar. Sampai hutang kuliah itu mencapai sekitar Rp31 juta ke beberapa orang,” ujarnya kepada tim relawan Infaq Dakwah Center (IDC) yang berkunjung ke kontrakannya beberapa bulan lalu.
Tingginya biaya rumah sakit
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Di tengah lilitan hutang, musibah datang lagi. Tengah malam, Indah jatuh di kamar mandi hingga tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke lantai. Teman satu kontrakannya segera melarikannya ke Rumah Sakit Islam, lalu dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. “Dari hasil CT-Scan ternyata ada penyempitan dan pembengkakan di otak kecil di belakang kepala,” ujarnya.
Akhirnya ia berobat ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf. Dokter pun menyarankan untuk dirawat inap. Dengan uang seadanya melalui bantuan salah seorang teman, ia dirawat di rumah sakit. Total biaya pengobatan dan perawatan sekitar Rp7 Juta belum termasuk obat. Setelah diopname, Indah masih harus rawat jalan selama beberapa bulan.
Untuk menutupi biaya ini, dia dibantu teman satu kontrakannya, mereka kembali melakukan jurus “berhutang” kepada teman dan kenalan yang ada. Padahal hutang yang lama untuk biaya kuliah belum terbayar. “Hutang pun bertambah menjadi sekitar Rp37 jutaan,” tuturnya sembari memperlihatkan kwitansi berobat kepada relawan IDC.
Melepaskan diri dari Bos Syi’ah
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Singkat cerita, Indah bisa lulus kuliah dengan peringkat sangat memuaskan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,49. Usai kuliah, ia sempat bekerja menjadi asisten pribadi salah seorang wanita karir yang memiliki tiga perusahaan. Dari gajinya, ia bisa mencicil hutang, hingga sisa hutangnya Rp30 juta-an. Namun kemudian ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena bosnya adalah seorang Syi’ah yang aktif. Ia tidak mau akidahnya diintervensi oleh orang-orang Syi’ah.
“Gaji saya lumayan sehingga bisa mencicil hutang saya. Tapi belakangan ternyata ibu itu seorang Syiah, tiap shalat dia bawa batu untuk sujud. Akhirnya saya memutuskan keluar,” ungkapnya.
Tanpa penghasilan tetap, ia terus mencari para donatur yang bersedia membantu melunasi hutang-hutangnya. Memang ada beberapa kalangan yang mau membantunya, tapi dengan berbagai syarat yang sulit ia penuhi.
Bersama salah seorang temannya, Indah kini mencoba bertahan hidup dengan menjual pakaian, makanan, madu, herbal dan sebagainya. Ia berjualan di kalangan pengajian dan arisan ibu-ibu. Namun hasilnya tak seberapa, sekedar bisa untuk memenuhi kebutuhan menyambung hidup pas-pasan.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Indah tidak mau sedih di malam hari dan terhina di siang hari karena terjerat hutang. Ia juga sudah sangat malu, bosan hidup meminta-minta dan terhina dikejar-kejar hutang.
Akhirnya semua hutang lunas
Perjalanan hidup Indah yang penuh ujian dan memang sangat membutuhkan bantuan, membuat lembaga amal IDC mempublikasikan kisahnya dengan tujuan penggalangan dana.
Dari hasil penggalangan dana peduli kasih untuk muallaf Indah Hutabarat terkumpul uang dari para dermawan sebesar Rp40.143.000.
Bantuan diserahkan dalam dua tahap. Tahap pertama diserahkan langsung ke rumah kontrakannya pada 14 Oktober 2014, tahap kedua diserahkan sebulan berikutnya. Dengan bantuan dari kaum Muslimin melalui IDC itu, gadis Batak ini sangat bersyukur. Dia lega karena sudah terbebas dari hutang. “Kesibukan saya sekarang dagang kue pia kurma sama herbal,” ujarnya.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Terima kasih banyak, Pak. Alhamdulillah, akhirnya selesai juga saya lunasin hutang. Buat para muhsinin, semoga apa yang telah diberikan dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Terima kasih juga buat IDC, mudah-mudahan Allah memudahkan segala urusannya di dunia dan akhirat,” ungkapnya dengan penuh haru.
Usai serah terima dana, esoknya beberapa relawan IDC mengantarkan Indah melunasi hutangnya ke beberapa orang. Ada juga muhsinin yang mengikhlaskan hutangnya sekitar Rp 2 juta. Dengan bantuan dana itu, Indah masih memiliki kelebihan dana Rp12 juta untuk modal usaha dan ingin hijrah ke daerah yang lebih kondusif.
“Ke depan rencananya mau hijrah dari sini, Pak. Selama ini belum bisa hijrah karena terganjal hutang. Kalau saya pindah alamat sebelum melunasi hutang, khawatir dikira melarikan diri dari tanggung jawab,” tuturnya. “Peluang usaha di sini kelihatannya agak sulit, sementara biaya hidup lumayan tinggi.”
Di tempat yang baru, gadis yang sudah melewati banyak duka nestapa dan kegetiran hidup ini bercita-cita membuka usaha kuliner dengan sisa dana yang masih ada, sembari menyalurkan pendidikannya untuk dakwah. (T/P001/R01)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sumber: Infaq Dakwah Center
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel