Tripoli, 13 Muharram 1435/17 November 2013 (MINA) – Libya mengumumkan 48 jam keadaan darurat di ibukota Tripoli, setelah gelombang bentrokan baru pecah menyusul protes mematikan terhadap kelompok-kelompok bersenjata.
Setidaknya satu orang tewas dan puluhan terluka dalam bentrokan Sabtu (16/11) yang berlangsung sehari setelah lebih dari 40 orang tewas dalam penembakan oleh kelompok bersenjata, Al Jazeera melaporkan yang diberitakan Mi’raj News Agency (MINA).
Angggota Kongres lokal, Mohammad Sasi, mengatakan bahwa pertempuran senjata Sabtu pecah di sebelah timur ibukota, di Tajoura, di mana orang-orang bersenjata yang bersaing bentrok di pos pemeriksaan yang didirikan untuk menghentikan lebih banyak orang bersenjata dekat kota Misrata memasuki Tripoli.
Ribuan demonstran berkumpul di pusat kota untuk berkabung bagi mereka yang tewas dalam serangan hari Jumat, ketika milisi menembaki kerumunan demonstran yang mendesak pembubaran kelompok bersenjata yang melanggar hukum.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Pelayat meminta pemerintah mengundurkan diri dan milisi bersenjata meninggalkan kota.
“Saya menyampaikan rasa duka cita terpanas saya. Semoga Tuhan menghibur semua keluarga para martir. Ini adalah kerugian besar bagi negara, apa yang telah terjadi sangat disesalkan,” kata Perdana Menteri Libya Ali Zeidan pada konferensi pers hari Sabtu.
Banyak toko di kota ditutup pada hari Sabtu. Para pejabat di Tripoli telah menyatakan masa berkabung tiga hari.
Protes Jumat telah menjadi acara terbesar dari kemarahan publik terhadap milisi dalam beberapa bulan.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Perdana Menteri telah menuntut bahwa semua milisi, tanpa terkecuali, yang menembaki warga sipil untuk meninggalkan ibukota Libya.
“Manifestasi bersenjata dan intimidasi pada negara dengan senjata yang disita selama revolusi (melawan Muammar Gaddafi ), tidak diterima oleh masyarakat.”
Zeidan yang sempat diculik oleh milisi bulan lalu, mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintah yang diperangi sedang bekerja pada sebuah rencana untuk mengusir semua milisi dari Tripoli.
Bentrokan baru terjadi meskipun Perdana Menteri mendesak para milisi untuk tetap keluar dari Tripoli dan mengatakan bahwa itu memiliki konsekuensi negatif dan bencana.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Pertempuran mengikuti demonstrasi hari Jumat, di mana imam selama sholat Jumat menyerukan protes terhadap kelompok-kelompok bersenjata dan mantan pejuang yang menolak untuk melucuti senjatanya, yang kemudian berubah menjadi bentrokan mematikan yang terus berlanjut sampai malam.
Setelah kematian Muammar Gaddafi pada tahun 2011, para pemimpin baru Libya telah berjuang untuk mengendalikan kelompok bersenjata yang berebut kekuasaan dan pengaruh. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa