Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lima Karakter Orang Jahil

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 23 detik yang lalu

23 detik yang lalu

0 Views

Jahil adalah jalan kehancuran (foto: ig)

Orang jahil dalam pandangan Islam bukan hanya merujuk pada seseorang yang tidak memiliki ilmu, tetapi juga orang yang memiliki perilaku yang jauh dari akhlak mulia dan nilai-nilai Islam. Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah menjelaskan lima karakter utama dari orang jahil dalam kitabnya Bahjatul Majalis, yaitu sifat-sifat buruk yang dapat menjauhkan seseorang dari kebenaran dan merusak hubungan sosial serta agamanya. Berikut penjelasan dari lima karakter orang jahil yang beliau sebutkan.

Pertama, Marah Tanpa Sebab

الغضب في غير شيء

“Marah tanpa sebab.”

Salah satu karakter utama orang jahil adalah mudah marah tanpa alasan yang jelas. Kemarahan adalah emosi yang normal, namun ketika seseorang marah tanpa sebab atau karena hal-hal sepele, ini mencerminkan ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan marah sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,

Baca Juga: Bulan Solidaritas Palestina (BSP) November 2024

وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)

Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan pentingnya menahan amarah, beliau bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari, no. 6114). Orang yang marah tanpa sebab menunjukkan ketidakdewasaan dan ketidakmampuan dalam menghadapi tantangan hidup.

Kedua, Memberi kepada yang Tidak Berhak

Baca Juga: Menjadi Hamba yang Dermawan, Bagaimana Caranya?

العطاء في غير حق

“Memberi kepada yang tidak berhak.”

Memberi adalah perbuatan baik, tetapi memberikan sesuatu kepada orang yang tidak berhak bisa menjadi tindakan yang merugikan. Ini menunjukkan bahwa orang jahil tidak mampu membedakan antara orang yang benar-benar membutuhkan dan orang yang memanfaatkan kesempatan. Islam sangat menekankan pentingnya memberikan bantuan kepada orang yang berhak, seperti fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلصَّدَقَٰتُ لِلۡفُقَرَآءِ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡعَٰمِلِينَ عَلَيۡهَا وَٱلۡمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمۡ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya…” (QS. At-Taubah: 60). Islam mengajarkan agar kita bijak dalam memberikan bantuan dan memastikan bahwa orang yang menerima benar-benar berhak.

Ketiga, Melelahkan Badan dengan Kebatilan

Baca Juga: Refleksi Hari Santri 2024, Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan

وإتعاب البدن في الباطل

“Melelahkan badan dengan kebatilan.”

Orang jahil seringkali menghabiskan tenaga dan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mengajarkan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga dalam hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah, bukan dalam perkara yang sia-sia. Allah berfirman,

وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَٰتِ

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS. Al-‘Asr: 1-3). Menghabiskan waktu dan tenaga dalam kebatilan hanya akan membawa kerugian, baik di dunia maupun di akhirat.

Keempat, Minimnya Pengetahuan antara Kawan dan Lawan

Baca Juga: Genosida terhadap Pendidikan dan Kebudayaan di Gaza

وقلة معرفة الرجل لصديقه من عدوه

“Minimnya pengetahuan antara siapa kawan dan lawan.”

Seseorang yang jahil tidak mampu membedakan siapa yang benar-benar teman dan siapa yang menjadi musuhnya. Hal ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang mempercayai orang yang tidak pantas dipercaya, dan sebaliknya, menjauhi orang yang sebenarnya baik untuknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

المرء على دين خليله، فلينظر أحدكم من يخالل

“Seseorang itu tergantung pada agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang dijadikannya teman.” (HR. Abu Dawud, no. 4833). Mengenali siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang harus diwaspadai adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, dan orang jahil cenderung gagal dalam hal ini.

Kelima, Menyia-nyiakan Rahasia

Baca Juga: Mengapa Pengadilan Kriminal Internasional Belum Tangkap Netanyahu?

وتضييعه لسره

“Menyia-nyiakan rahasia.”

Orang jahil seringkali tidak mampu menjaga rahasia. Dalam Islam, menjaga rahasia adalah tanda amanah dan integritas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الْحَدِيثَ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ

“Jika seseorang berbicara kepada orang lain kemudian ia menoleh ke kanan dan kiri (seperti memastikan tidak ada orang lain yang mendengar), maka itu adalah amanah (yang harus dijaga).” (HR. Tirmidzi, no. 1959)

Membocorkan rahasia orang lain atau bahkan rahasia diri sendiri tanpa pertimbangan adalah tanda kurangnya kebijaksanaan. Orang yang bijak tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam.

Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Jangan Pernah Berhenti Menuntut Ilmu

Menghindari Karakter Jahil dalam Islam

Islam menekankan pentingnya memiliki akhlak yang baik dan menjauhi perilaku jahil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خِيَارُكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari, no. 6029)

Karakter orang jahil bertentangan dengan akhlak yang baik. Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim, kita harus berusaha untuk meningkatkan akhlak dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang menunjukkan kebodohan dan ketidaktahuan.

Baca Juga: Lima Kader Muhammadiyah Perkuat Kabinet Merah Putih

Salah satu cara terbaik untuk menjauh dari karakter orang jahil adalah dengan menuntut ilmu. Allah Ta’ala berfirman,

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٍۚ

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11). Ilmu adalah pelita kehidupan yang akan membantu seseorang memahami mana yang benar dan mana yang salah, serta bagaimana berperilaku dengan baik di dunia ini.

Karakter orang jahil mencerminkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Marah tanpa sebab, memberi kepada yang tidak berhak, melelahkan badan dengan kebatilan, tidak bisa membedakan teman dan musuh, serta menyia-nyiakan rahasia adalah tanda-tanda orang yang jahil. Islam mengajarkan untuk menjauhi karakter seperti ini dan menggantinya dengan akhlak yang baik, menuntut ilmu, serta berusaha untuk selalu berada di jalan kebenaran.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Di Manakah Jenazah Yahya Al-Sinwar?

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Indonesia
Tausiyah
Tausiyah