Lima Madrasah Raih Prestasi Dalam Kompetisi Penelitian Kemendikbud 2020

Penelitian tim MAN 4 Bantul yang terdiri atas Munarsih dan Putri Rahayu (kelas 12 MIPA 1) mengangkat tema, “Kajian Profil Pemahaman Pedagang dan Profil Penjualan Empon-empon di Pasar Tradisional Kabupaten Bantul."(Foto: Kemenag)

Jakarta, MINA – Lima unjuk prestasi di ajang Siswa Indonesia (KoPSI) 2020 yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan () Republik Indonesia.

Kepastian pemenang tersebut diumumkan pada Jumat, 6 November 2020, demikian keterangan resmi Kemenag RI yang diterima MINA, Ahad (8/11).

Kelima madrasah tersebut adalah MAN 2 Malang (emas bidang Matematika, Sains, dan Tenologi atau MST), MAN 1 Jembrana (perak bidang MST), MAN 4 Bantul (perunggu bidang Ilmu Sosial dan Humaniora atau ISH), MAN Blora (apresiasi kepedulian lingkungan bidang MST), dan MAN 1 Yogyakarta (Apresiasi Tema Terkini bidang ISH).

KoPSI 2020 diikuti siswa SMA/MA/Sederajat dari seluruh Indonesia. Ajang ini sebelumnya bernama Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).

Ada 150 finalis terpilih yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu: 59 finalis bidang MST, 21 finalis bidang Fisika, Terapan, dan Rekayasa (FTR), dan 70 finalis bidang ISH. Pada KoPSI 2020, ada 28 tim madrasah, terdistribusi pada 12 finalis bidang MST, 2 finalis bidang FTR, dan 14 finalis bidang ISH.

Sebagai peraih perunggu bidang ISH, penelitian tim MAN 4 Bantul yang terdiri atas Munarsih dan Putri Rahayu (kelas 12 MIPA 1) mengangkat tema, “Kajian Profil Pemahaman Pedagang dan Profil Penjualan Empon-empon di Pasar Tradisional Kabupaten Bantul.”

Empon-empon adalah tanaman rimpang yang sering digunakan untuk ramuan jamu. Ini merupakan kali kedua Tim MAN 4 Bantul berhasil masuk sebagai finalis.

Mereka melakukan penelitian sejak 20 Mei 2020 hingga 24 September 2020. Lokasi penelitiannya adalah MAN 4 Bantul dan sembilan pasar tradisional di Kabupaten Bantul. Yaitu, Pasar Piyungan, Pasar Bantengan, Pasar Ngipik, Pasar Jejeran, Pasar Imogiri, Pasar Niten, Pasar Bantul, Pasar Kepek, dan Pasar Barongan.

“Alhamdulillah MAN 4 Bantul meraih medali perunggu. Selamat dan sukses atas capaian prestasi Ananda dan terima kasih kepada pembimbing serta dukungan bapak ibu guru MAN 4 Bantul,” ujar Kepala MAN 4 Bantul Singgih Sampurno, Ahad (8/11).

Menurut Singgih, capaian ini membuktikan kecintaan anak-anak madrasah terhadap dunia penelitian.

Dia berharap ke depan madrasah bisa mewujudkan madrasah riset sebagai tipologi MAN 4 Bantul. Selain itu, siswa madrasah bisa berkompetisi dengan siswa SMA/MA seluruh Indonesia.

Terpisah, Munarsih menjelaskan penelitiannya dilatarbelakangi meningkatnya kebutuhan empon-empon sebagai alternatif pencegahan Covid-19. Minuman ini menjadi solusi alternatif atas belum ditemukannya pengobatan Covid-19.

Peningkatan kebutuhan tersebut berpengaruh pada tingkat penjualan empon-empon di pasar tradisional. Selain itu, tingkat pemahaman pedagang juga sangat berpengaruh dalam peningkatan penjualan dan berguna bagi pembeli yang buta akan empon empon.

Hal ini mendorong Munarsih dan Putri Rahayu untuk melakukan penelitian terhadap tingkat pemahaman pedagang dan penjualan empon-empon.

“Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Terdapat 26 pedagang empon-empon yang dijadikan sebagai responden,” ujar Munarsih.

Dia menjelaskan, tatacara penelitian yang digunakan meliputi: studi pustaka, analisis situasi, pembuatan kuesioner, uji bahasa dan validitas, pembagian kuesioner, dan dokumentasi.

“Sedangkan untuk teknik analisis data, yaitu pengambilan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan,” lanjutnya.

Putri Rahayu menambahkan, penelitian yang mereka berdua lakukan menghasilkan sejumlah kesimpulan.

Terkait profil responden misalnya, diperoleh informasi bahwa rata-rata perempuan (96,15%) dengan rentang usia 40-60 tahun (50%).

Mereka umumnya sudah di atas 15 tahun. Hanya 34,63% responden yang berdagang empon-empon kurang dari 15 tahun. Bahkan, ada juga yang sudah lebih dari 40 tahun (15,38%).

Alasan mereka berdagang, faktor permintaan konsumen (53,84%), ekonomi (26,94%), tradisi budaya (15,385), dan faktor SOP (3,84%).

Pemahaman responden mengenai empon-empon bersumber dari turun-temurun (34,61%), mulut ke mulut (23,07%), dan individu (42,32%).

Dari 26 responden, pedagang yang memiliki pemahaman mengenai khasiat dan cara pengolahan empon-empon sebesar 69,23% dan yang tidak sebesar 30,77%. Adapun pedagang yang memberikan edukasi khasiat dan cara pengolahan empon-empon kepada konsumen sebesar 69,23%, dan yang tidak sebesar 30,77%.

Jenis empon-empon yang banyak dijual adalah kunyit, lengkuas, temulawak, kencur, dan jahe.

Perolehan keuntungan pedagang dalam jangka waktu satu bulan bervariasi, mulai dari Rp630.000,00 sampai Rp2.730.000,00.

Pada awal pandemi (Maret-Juni) penjualan empon-empon bisa mencapai 2.970 kg. Angka penjualan ini turun pada masa New Normal, hanya berkisar 990 kg.

“Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pedagang memiliki pemahaman yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat akan empon-empon terhadap pembeli atau konsumen,” ujar Putri Rahayu.

“Selain itu diharapkan pemerintah dapat memberikan pembinaan dan sosialisasi kepada para pedagang guna peningkatan pemahaman dan upaya pelestarian empon-empon,” imbuhnya.(R/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)