Jakarta, MINA – Dalam beberapa dekade terakhir, konsep makanan sehat telah memberikan pendekatan baru dan praktis untuk mencapai kesehatan yang optimal. Salah satu jenis bahan baku makanan sehat tersebut adalah Teripang jenis Stichopus Vastus.
Untuk itu, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) memandang pentingnya mendirikan Pusat Teripang Nasional.
“Namun, teripang jenis itu masih jarang dibudidayakan sehingga ketersediaannya di alam terbatas. Kami berharap, di tahun 2019 dapat menciptakan Pusat Teripang Nasional,” kata Kepala P2O LIPI Dirhamsyah di Jakarta, Kamis (22/2).
Teripang atau timun laut termasuk dalam filum Echinodermata yang merupakan salah satu biota laut yang telah dipanen dan diperdagangkan di lebih dari 70 negara di dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
“Teripang banyak ditemukan di perairan Indonesia. Secara geografis, perairan Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan habitat terbaik untuk hewan teripang. Sayangnya, budidaya teripang masih belum banyak dilakukan,” terang Dirhamsyah.
Sementara Hendra Munandar, Peneliti Balai Pengembangan Bio Industri Laut (BBIL) LIPI mengatakan, spesies teripang mengalami praktik tangkap lebih (overfishing) karena nilai ekonomisnya yang tinggi, volume perdagangan yang besar, dan relatif mudah ditemukan di perairan dangkal.
Teripang pasir diambil secara terus menerus dari alam tanpa memperhatikan umur dan ukuran, dari anakan muda sampai dewasa, untuk memenuhi tingginya permintaan pasar. “Hal ini mendorong perlunya penguasaan teknologi budidaya biota ini untuk mendukung upaya konservasi, usaha budidaya, dan sekaligus penyediaan bahan baku pangan,” ujar Hendra.
Perlu diketahui, Balai Bio Industri Laut (BBIL) LIPI mulai melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan budidaya teripang pasir dalam skala komersial. Melalui penguasaan teknologi pembenihan, panti benih BBIL LIPI telah mampu memproduksi benih secara massal sejak 2015. (L/R09/R01)
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
Mi’raj News Agency (MINA)